"Kalian tidur bareng?"
Aiko langsung tersedak saat Krystal bertanya padanya dan tersangka lainnya ketika sarapan. Sementara Aiko tersedak, Felix justru diam saja seolah tidak terganggu dengan pertanyaan mamanya. Ia memilih menyodorkan air di gelasnya untuk Aiko minum. Tak lupa ia usap punggungnya.
"Alen, jawab! Kamu tadi malam gak pulang kan?" mamanya kembali bertanya. Nadanya menuntut.
"Terus kenapa, sih, ma? Kalau Alen gak pulang terus tidur bareng Ai? Kan bentar lagi nikah," ungkapnya. Krystal, Adrian, dan Nia terdiam usai Felix menjawab.
Aiko berdehem sejenak lalu menaruh gelasnya yang masih berisi setengah di atas meja. Ia menundukkan dirinya kemudian melanjutkan sarapannya. Ia takut akan aura-aura buruk yang Krystal keluarkan karena ketahuan tidur bareng dengan Felix semalam, setelah berciuman di balkon. Hanya saja, tidur bareng ini tidak memiliki konotasi negatif. Mereka memang tidur berdua di satu ranjang tanpa kegiatan apapun. Hanya tidur.
Awalnya Aiko menolak, bahkan menendang Felix dari atas ranjang karena bebal. Lelaki itu ngotot ingin tidur di atas kasurnya bersamanya tadi malam, dengan dalih merindukan kasurnya. Aiko sempat pindah ke kamar tamu. Tapi tidak tau kenapa, saat tengah malam ia terbangun, ia sudah berada di pelukan Felix di kamarnya di lantai dua. Lelaki itu bukan merindukan kasurnya, melainkan merindukan dirinya sampai rela menggendongnya naik ke kamarnya.
Sejujurnya Aiko tidak tahu kenapa Felix merindukan dirinya. Mungkin karena dulu mereka berpisah setelah Felix berhasil sembuh dari sindrom mematikannya.
"Meskipun sebentar lagi nikah, bukan berarti kamu bisa tidur bareng. Kamu tau kan kalau tradisi kita sebelum wanita menikah, dia harus dipingit!"
Felix mengangguk. "Tau, kok. Cuma tadi malam, Aiko ngajak tidur aja. Takut ditinggal sendirian di rumah yang luas."
Aiko mendelik. Tidak merasa mengajaknya tidur bersama meski penggalan kalimat terakhir itu benar. Memang rumah Krystal tadi malam sepi sewaktu Felix membawanya pindah ke rumah. Cuma, Aiko tidak segampang itu mengajak manusia berambut pirang bernama Felix untuk tidur Felix bersama.
Dalam diam, Aiko mencubit paha Felix dengan kukunya sampai Felix sedikit meringis. Lelaki itu lantas mendelik ke arahnya begitu cubitannya terlepas. Aiko dengan muka lempeng bak penggorengan martabak, diam saja.
"Adanya kamu yang ngajak Aiko tidur, Len. Kamu tuh ngebet banget. Heran, ayah." gantian sang ayah yang berkomentar.
"Tau tuh. Nanti malem, si Alen suruh pulang ke rumahnya. Aiko di sini." Nia ikut menimpali.
Felix mencebik sementara Aiko bersorak dalam hati. Ada baiknya juga Krystal menciduk mereka.
"Mama tanya, Len. Kenapa kamu sengebet itu nikah sama Aiko? Bukannya kamu punya pacar kan? Siapa sih namanya? Yiren?" tanya mama.
"Tanya aja sama Aiko. Dia yang bikin Alen kayak gini," jawab Felix sebelum memasukkan potongan daging ke mulutnya.
Aiko mencoba mengunyah makanannya yang terasa pahit karena tatapan dari kedua orang tua Felix, yang duduk di hadapannya. Krystal menatapnya biasa, tetapi senyum samar terdapat di bibirnya. Adrian juga, hanya saja lelaki itu lebih tampak senyumnya. Aiko kan takut kalau dituduh menggunakan pelet kepada si Felix.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2/2] Querencia ✖ Lee Felix
Fanfiction[sequel of Nebula] Aiko dan Felix bertemu lagi sepuluh tahun kemudian setelah pertemuan terakhir mereka di kolam. Takdir mempertemukan mereka kembali dan berusaha mengikat keduanya. Aiko berusaha lari, sedangkan Felix mencoba menarik tangan Aiko. Ke...