4

13 2 1
                                    

Jesslyn membuka matanya perlahan, ia memegangi kepalanya yang masih sedikit sakit.

"Udah sadar?" Tanya Aksa yang sedari tadi menunggunya sadar.

"Kamu yang bawa aku kesini?" Tanya Jesslyn.

"Lo udah sadarkan? Gue duluan," ucap Aksa. Jesslyn menahan tangan Aksa.

"Aksa, maaf," ucap Jesslyn menatap Aksa sendu. Aksa menepis tangan Jesslyn lalu pergi meninggalkan Jesslyn sendiri di UKS.

"Kesalahan aku terlalu fatal ya, Sa? Sampe-sampe kamu nggak mau dengerin aku lagi?" Batin Jesslyn.

Jesslyn melangkahkan kakinya keluar dari gerbang SMA Adipati, sekolah sudah sangat sepi karena bel pulang sudah berbunyi dua jam yang lalu. Jesslyn duduk dihalte sambil menunggu bus lewat.

Hari sudah mulai gelap tapi tidak ada bus yang lewat lagi, Jesslyn menundukkan kepalanya menatap sepatunya. Ia takut berada disini sendirian.

"Aksa, kenapa kamu tega ninggalin aku sendirian disini?" batin Jesslyn.

"Ngapain ngeliatin sepatu mulu?" Jesslyn mendongakkan kepalanya. Ali, Revan dan Angga yang menghampiri Jesslyn.

"Kalian ngapain disini?" Tanya Jesslyn.

"Lo sendiri ngapain disini?" Tanya Ali.

"Gue lagi nunggu," ucap Jesslyn.

"Nggak ada gunanya lo nunggu Aksa disini," ucap Angga.

"Anterin gue nyari makan ya," ucap Jesslyn mengalihkan pembicaraan.

"Traktir yakkk," ucap Revan.

"Iya," ucap Jesslyn.

"Asekkk," ucap Revan.

Lalu mereka pergi ke sebuah Kafe yang ada didekat sekolah itu dengan menggunakan mobil sport Angga.

"Mau pesen apa, Jes?" Tanya Ali.

"Burger sama Lemontea aja," ucap Jesslyn.

"Samain semua aja, Al," ucap Angga.

"Siap," ucap Ali lalu pergi.

Tak lama kemudian Ali datang sambil membawa pesanan mereka. Mereka langsung menyantap makanan itu.

"Aksa," gumam Jesslyn melihat ke arah pintu masuk. Ali, Angga dan Revan menengok ke arah pandangan Jesslyn.

"Hai guys, gue sama Aksa boleh gabung nggak?" Tanya Cilla.

"Gabung aja, Cil. Nggak ada yang keberatan kok," ucap Angga. Lalu Cilla dan Aksa bergabung dengan mereka.

"Kenapa muka lo, Sa?" Tanya Ali melihat wajah Aksa yang seperti habis berantem.

"William sama genknya mencegat gue sama Cilla di jalan," ucap Aksa datar.

"Tapi tadi udah Cilla obatin kok," ucap Cilla.

"Cari masalah tuh anak, kapan mau bales?" Tanya Revan.

"Ekhm," Jesslyn berdehem sedikit keras.

"Ada Jesslyn, bego. Lo mau diomelin sama Jesslyn lagi?" Bisik Ali.

"Gue lupa," ucap Revan dengan cengirannya.

"Kita serang mereka malam ini, gue nggak sabar mau bikin mereka masuk rumah sakit," ucap Aksa.

"Nggak usah ngomongin itu dulu bisa kan? Disini ada Cilla sama Jeca," ucap Angga.

"Emang kenapa?" ucap Aksa.

"Nanti biar Cilla yang ngobatin luka kalian," ucap Cilla. Jesslyn hanya diam sambil terus memakan makanannya.

"Nggak boleh, kamu cuma boleh ngobatin luka aku aja. Nanti kamu dimodusin lagi sama mereka," ucap Aksa.

"Kamu juga biasanya modus sama aku," ucap Cilla.

"Kan kamu pacar aku," ucap Aksa mencubit pipi Cilla. Jesslyn yang sudah panas mendengar Cilla dan Aksa, langsung berdiri.

"Gue pulang duluan, jangan lupa dibayar," ucap Jesslyn meletakkan sejumlah uang diatas meja lalu pergi.

"Kalau lo emang nggak mau maafin Jeca, lo nggak perlu nyakitin dia," ucap Angga lalu pergi menyusul Jesslyn.

"Jangan egois, bro. Jesslyn juga manusia yang pasti punya kesalahan," ucap Revan lalu pergi bersama Ali.

"Aska, mereka benar. Harusnya kamu bisa maafin Jesslyn," ucap Cilla.

"Cilla, sebaiknya kita nggak ngomongin ini," ucap Aksa.

"Aku salah ya, Sa? Kalau aja aku nggak ada mungkin kamu bisa balik lagi sama Jesslyn," ucap Cilla.

"Cill, jangan ngomong gitu. Aku cinta sama kamu, kamu yang udah bikin hari-hari aku penuh warna lagi," ucap Aksa.

"Aku harap aku nggak jadi penghalang kamu sama Jesslyn," ucap Cilla.

"Kamu bukan penghalang, Cil. Aku sama Jesslyn udah selesai, dan sekarang cuma kamu kebahagiaan aku. Kamu percayakan sama aku?" Tanya Aksa. Cilla menganggukkan kepalanya.

KEMBALI UNTUK BERTAHAN #NNDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang