Walking To School

2.8K 395 43
                                    

Maaf ya baru bsia update di sini. Baru senggang sekarang :')

Ngomong-ngomong, takutnya lupa ...

Ohayou: selamat pagi
Sensei: guru
Senpai: kakak kelas
-san: sebutan formal
-chan: sebutan buat kawan dekat/lebih muda/biasanya ke anak-anak or anak cewek.
-kun: sama kayak -chan, tapi buat anak cowok atau yang boyish.

Happy reading!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kageyama tiba lebih awal di pagi hari yang dingin ini. Langit begitu gelap, maklumlah sudah masuk awal bulan Desember.

Suasana kelas belum terlalu ramai. Masih banyak meja-meja yang kosong, termasuk meja milik [your name]. Kageyama melangkah mendekati meja di tepian kelas tersebut. Jemari panjangnya mengusap permukaan meja, seolah tengah membersihkan debu tak kasat mata di atasnya.

Kemudian pandangannya teralihkan ke luar jendela--yang kebetulan tepat di sisi meja--sambil berharap [your name] terlihat di sana. Melangkah di antara orang-orang yang melewati gerbang sekolah. Menenggak ke arah jendela yang sama, kemudian tersenyum hangat dan melambaikan tangan. Pasti akan menyenangkan sekali rasanya.

Oh, tunggu sebentar. Rasanya Kageyama memang menanggap rupa familiar dalam pandangannya; [your name].

Kageyama mengerjap. Kehaluannya terkabul pagi hari ini. Ini pasti pertanda baik, pikirnya.

[your name] memang tersenyum seperti dalam bayangan Kageyama. Dia juga menenggak, melihat ke arah bangunan sekolah. Namun sayang, pandangan mereka  tidak bertemu, dan senyum itu tidak ditujukan untuknya.

[Your name] terlihat tengah asik bercanda gurau dengan temannya.  Seorang siswa yang sejak tadi memasuki gerbang bersama [your name]--seseorang yang Kageyama sangat kenali.

Siapa lagi kalau bukan Oikawa Tooru? Alih-alih, Kageyama kemudian terbakar api cemburu.

Pemuda itu lantas berpaling. Tangannya mengepal kesal. Sambil menggerutu dalam hati atas tindakan yang menurutnya agak bodoh itu, Kageyama menunggu [your name] sambil duduk di mejanya.

Syukurlah, tidak lama kemudian [your name] tiba di kelas. Dengan semringah di wajahnya, dia menyapa penghuni kelas. Dan ketika ia tiba di mejanya, [your name] pun tidak segan menyapa Kageyama.

"Ohayou, Tobio!" sapanya.

Namun wajah Kageyama semakin masam. Dia menatap agak sinis si gadis yang tengah sibuk merapikan barang-barangnya tersebut.

Hal tersebut membuat [your name] menyernyit. Masih mempertahankan senyum miring dia bertanya, "Ada apa, pagi-pagi sudah murung begitu?"

"Aku tidak sedang murung!" bantak Kageyama saat itu juga.

[Your name] terkikik geli. Tentu barusan dia hanya bercanda, tetapi tidak disangka Kageyama akan nenanggapinya serius.

Gadis itu menarik kursi untuk duduk berhadapan dengan Kageyama.

"Jadi? Kenapa? Ayo ceritakan padaku," tanyanya kini serius.

"Pertanyaan itu seharusnya untukmu," ketus Kageyama.

Ia menyilang lengannya sambil meaikan dagu angkuh, "Apa, sih, yang kau membuatmu sampai datang bersama musuh ke teritorialnya? Cari perkara saja! Kau sendiri yang bilang kalau gara-gara dia, kau jadi dimusuhi gadis-gadis di sekolah ini!"

Butuh waktu 5 detik setelah Kageyama selesai, barulah dia bisa memahami perkataan pemuda itu. "Maksudmu Oikawa-senpai?" tanyanya balik.

"Jangan bilang begitu. Biar bagaimanapun, dia tetap senior kita di klub. Sensei bilang untuk saling membantu sesama anggota klub. Jadi, tidak perlu khawatir soal apa pun. Aku hanya membantunya sedikit," tutur gadis itu menggampangkan.

Tiba-tiba [your name] berbalik. Ia merogoh tasnya seolah sedang mencari sesuatu. Sementara itu dia melanjutkan bercarita, "Tadi pagi kami tidak sengaja bertemu di halte. Jadi naik bus sama-sama, deh. Lalu Oikawa senpai memberiku sekotak cokelat."

Akhirnya benda yang dicari oleh [your name] ketemu. Dengan bangganya ia memperlihatkan kepada Kageyama. Sebuah kotak berisi cokelat merk ternama yang diberi pita berwarna biru cerah.

"Tada! Aku juga akan membaginya denganmu kalau kau mau!" umum [your name] ceria.

Sayang, hal tersebut malah membuat suasana hati lawan bicaranya semakin suram.

"Tidak butuh," ketus Kageyama dan bangkit berdiri. Tanpa berkata-kata lagi, dia langsung membalikan badan kemudian pergi ke luar kelas.

Bukan maksud Kageyama merajuk sampai meninggalkan [your name] dalam kebingungan seperti itu. Saat ini dia hanya merasa kesal ... kesal karena [your name] tampak tidak bisa mengerti situasi di sekolah.

Semenjak [your name] menolong Oikawa tempo hari, dan Oikawa mulai mengekor setiap pulang sekolah, rumor beredar sepenjuru sekolah. Gosip hangat soal [your name] yang gemar menggoda Oikawa.

Kageyama tidak suka kabar burung tersebut. Ingin sekali dia teriakan agar seisi sekolah tahu, kalau [your name] itu bersamanya--miliknya. Namun tentu saja itu hanyalah angan-angan Kageyama. Karena pada nyatanya, dia bukanlah siapa-siapa melainkan hanya teman sekelas [Your name] yang kalah tenar dengan Oikawa.

Kageyama mendengus. Sekarang bagaimana caranya menjauhkan gosip itu dari telinganya--dari [your name]?

Berjalan tanpa arah di koridor sekolah, begitu tersadar Kageyama sudah berada di lingkungan kelas tahun ke-3. Pemuda itu mengerjap terkejut, apa yang dia lakukan di tempat itu?

Niatnya hendak segera kembali ke wilayah kelasnya. Namun niatan itu harus dia telan ketika mendadak seseorang merangkulnya.

"Ohayou, Tobio-chan!" sapa sipelaku begitu riang di telinga. Kageyama sampai menjauhkan telinganya, tidak ingin menjadi tuli dadakan.

"Oikawa-san," balas Kageyama berusaha tetap tenang. Karwna jauh di lubuk hati, dia sedang mengutuk Oikawa.

"Apa yang kau lakukan di sini? Dan kenapa alismu berkerut begitu? Lucu sekali, haha!" Oikawa menyentuh kening adik kelasnya dengan telunjuk, dan itu benar-benar membuat kekesalan Kageyama seolah meletup-letup.

Sang adik kelas pun menggeliat keluar dari rangkulan. Sambil memandang agak sinis, ia membantah, "Alisku tidak berkerut barusan. Dan aku mau kembali ke kelas. Sampai jumpa."

"Eeeh! Jangan pergi dengan kejam begitu, dong, Tobio-chan!" Oikawa mengejar. Akhirnya dia bisa menyamakan langkah dengan sanga dik kelas.

"Ngomong-ngomong, kau lihat [your name] pagi ini? Dia kelihatan senang sekali, bukan?" Pemuda itu masih keras kepala mengajak Kageyama mengobrol.

'Sabaaar, sabar. Jangan ngamuk, buat apa juga? Orang sepertinya memang menyebalkan bawaan lahir!' batin Kageyama.

"Apa itu ada hubungannya dengan Senpai?" tanyanya mencoba tetal tenang.

Oikawa mendadak berlari mendahuluinya, lalu berdiri menghalangi jalan. Wajahnya tampak sangat semringah dengan senyum lebar dan tatapan yang berbinar.

"Tobio-chan," tuturnya, "kau, kan, teman yang paling dekat dengan [your name] ... bagaimana pendapatmu kalau aku dan dia berpacaran?"

~~~~~~~~~~~~~~~~

Udaaaah, segitu dulu aja, ya :'D
Sampai jumpa di laon waktu.

Also, aku seneng banget liat masih ada yang mau komen di buku ini, hiks ... Makasih banyak! Yang ngasih vote dan nambahin ke reading list juga--makasih banyak! QwQ

Love,

Alice

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NOTICE ME! [KAGEYAMA X READER X OIKAWA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang