11

4.9K 438 32
                                    


Silence

"NARUTO!!"

***

"Naru-chan hanya kelaparan" ucapan Orochimaru yang sedang berjaga di rumah sakit melegakan Sasuke, Shikamaru, Minato, juga Shikaku yang membawa Naruto kerumah sakit setelah si blonde mungil itu jatuh pingsan.

"Haaah" Minato terduduk, tubuhnya cukup tegang saking khawatirnya melihat Naruto terjatuh tidak sadarkan diri di pelukan Sasuke tadi. Dan setelah semua ketegangan itu pergi, tubuhnya langsung merasa lemas.

"Minato. Ganti bajumu dulu. Kau membuat pasien lain takut , huh" tegur Orochimaru. Pasalnya, MInato masih memakai bajunya yang banyak cipratan darahnya.

"Ayo pergi, kau masih berhutang penjelasan padaku" ajak Shikaku. Mendengar nada datar yang digunakan Shikaku, Minato mau tidak mau menerima uluran tangan Shikaku dan beranjak dari sana. Menitipkan Naruto pada Sasuke dan Shikamaru melalui pandangan mata.

Shikamaru dan Sasuke yang ditinggal di lorong rumah sakit terdiam dengan pikiran mereka masing-masing. Orochimaru yang merasa tidak ingin mengganggu kedua remaja menuju dewasa yang sedang sibuk dengan pikiran mereka masing-masing memilih meninggalkan mereka, mengurus perpindahan Naruto yang belum sadar ke ruang rawat.

"terima kasih" setelah lama terdiam, akhirnya Shikamaru membuka suara terlebih dahulu. Sasuke yang tidak mengerti hanya melirikkan matanya.

"Terima kasih, telah melindunginya, juga menolongnya."

Sasuke menghela nafasnya pelan. "Tidak perlu berterima kasih. Itu memang sudah tugasku. " ujar Sasuke, setelahnya ia beranjak saat melihat Naruto yang masih tidak sadarkan diri diatas ranjang di dorong menuju kamar rawatnya, dan mengikutinya, meninggalkan Shikamaru yang tersenyum.

"Kau memang pantas untuk tugas itu. " gumam Shikamaru.

...

"Papa...." Naruto menatap Minato dengan mata berkaca-kacanya. Minato yang melihat itu membuang mukanya.

"Tidak berarti tidak, Naruto" ujar Minato dengan membuang muka. Naruto yang ditolak pun mengalihkan pandangan anak kucingnya ke Shikaku.

"Jii-chan.. Naru lapar." Ujar Naruto dengan bibir poutnya dan pipi yang sedikit di gembungkan.
"Seperti kata Ayahmu, Naru.. lagipula sudah ada bubur di depanmu" jawab Shikaku, sebisa mungkin mengalihkan pandangan matanya dari Naruto yang masih menatapnya bak anak kucing yang habis ditendang pemiliknya.

"Tapi... Naru mau ramen... apa Jii-chan tega, melihat cacing-cacing di perut Naru meraung-raung kelaparan dan menginginkan ramen? Bukankah Jii-chan yang mengajarkan untuk tidak menyakiti binatang? Cacing di perut Naru sudah menangis karena Papa dan Jii-chan jahat sama mereka! Papa dan Jii-chan menyakiti mereka!" Seru Naruto dengan air mata yang mulai turun di pipinya.

'sejak kapan cacing di dalam perut menjadi binatang yang harus disayangi!?' batin Shikamaru.

'Sejak kapan Naru-chan jadi secerewet dan mendramatisir seperti ini!? Pasti karena Ayahnya' Shikaku mendeath glare Minato.

'Naru~ Cacing di perut tidak perlu kau sayangi~~ Lagipula tiap bulan kau minum obat cacing! Mana ada cacing yang berani datang ke perut mungilmu itu atau harus kuhancurkan seluruh cacing di muka bumi ini agar tidak datang ke perut Naru!?!?!?!?!' Minato membatin nelangsa.

'as always, Naruto dengan segala pemikiran polosnya' Sasuke yang paling dekat dengan Naruto hanya menepuk-nepuk kepala Naruto agar tangis Naruto tidak semakin menjadi-jadi.

"Sasuke, Naru mau rameen...~" tangis Naruto makin menjadi-jadi.

"Haaah. Ha'i Ha'i. Shikamaru akan membelikannya, jangan menangis lagi. Oke?" Shikaku menghampiri Naruto, menggantikan tangan Sasuke menepuk kepala Naruto, menghibur.

SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang