"Paman, kita mau ke mana?" Kaki mungilnya diayunkan, si kecil Jungkook menatap dengan binar polos penuh rasa ingin tahu.
"Kita akan ke tempat mamamu, Sayang. Katanya Kookie ingin ke sana?" Paman Kim menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan yang sedang ditempuh.
Di kursi belakang, Jimin mengeratkan genggaman tangannya pada Seokjin, merasa khawatir dengan reaksi Jungkook. Sudah dua bulan berlalu sejak kepergian Seohyun, ini kali pertama mereka akan mengunjungi makam sang mama.
Setelah beberapa saat berlalu dengan keheningan, mereka kembali mendengar suara si bungsu, "Tuh! Mama masih ada kan? Kookie bilang juga apa! Mama pasti nunggu Kookie pulang."
Jimin menoleh pada Seokjin yang juga menjukkan eskpresi cemas. Mereka sudah memberi pengertian pada Jungkook tentang apa yang terjadi sebelumnya, namun ternyata si kecil masih berharap dapat kembali bertemu dengan Seohyun.
Ketika mobil akhirnya berhenti, Jimin mendadak ragu untuk turun, terdiam memperhatikan Paman Kim membantu Jungkook membuka sabuk pengamannya lantas keluar dari mobil. Seokjin yang melihat sang adik tak bergerak segera menepuk pundaknya lembut, "Ayo turun, Jiminie."
Kekhawatiran yang melanda hati Jimin terganti oleh rasa sakit begitu kuat saat melihat makam dengan nisan bertuliskan nama mamanya. Rindu, rindu, rindu, sungguh Jimin rindu. Rasanya ingin mencari sosok cantik tersebut lalu menjatuhkan diri pada pelukan hangatnya dan menangis meluapkan semua emosinya.
"Mama, Jimin datang," ucapnya dalam hati sambil meremas sweater yang ia kenakan.
Jimin menoleh pada Jungkook yang kini menatap nanar tempat tersebut, seperti kembali menyadari apa yang terjadi. Kedua lengan mungil sang adik mengelus nisan itu dengan pelan.
"Mama, ini Kookie datang, mau pulang. Mama kok tidurnya di dalam? Nanti sesak bagaimana?" Seakan tak sadar dengan apa yang diucapkan, Jungkook terus berceloteh meminta Seohyun untuk bangun dari tidurnya.
Sedang Seokjin menitikkan air mata melihat kedua sosok tersayangnya sehancur itu. Teringat akan kata-kata sang ayah bahwa Jimin dan Jungkook perlu meluapkan semua rasa sakit mereka agar dapat kembali melanjutkan kehidupan. Melepas kepergian sang mama yang beristirahat untuk selamanya.
Ia tersentak saat melihat Jungkook tiba-tiba menggali tanah makam sang mama, dengan cepat Seokjin menghampiri dan menahan pergerakan si bungsu, namun justru teriakanlah yang ia dapat.
"MAU KETEMU MAMA, HYUNG, LEPAS!" Lengan itu tak henti menggali sekuat yang ia bisa, mulai menimbulkan luka pada telapak kecilnya.
Isakan berubah menjadi raungan saat Jungkook memanggil nama mamanya berkali-kali, berontak sekuat tenaga dari genggaman kedua lengan Seokjin, "MAMA, Kookie mau ketemu Mama. Kangen. Mau peluk. MAMA BANGUN!"
Mendengar teriakan itu, Jimin yang sedari tadi berada dalam dunianya sendiri tersentak, lalu perlahan menghampiri Jungkook yang masih mengamuk dalam dekapan Seokjin. Lengannya menepuk pundak sang adik, dengan cepat mengambil alih tubuh yang bergetar tersebut.
Seketika Jungkook berhenti meraung, beralih memeluk tubuh Jimin begitu kuat dan meluapkan tangisannya di dada sang kakak, "Hyung, mama.. Hiks.."
Tidak ada yang bisa ia lakukan untuk menenangkan Jungkook saat ini ketika emosinya sendiri sedang tak dapat diatur.
Namun dalam hati Jimin berjanji akan berusaha menggantikan kedua orang tuanya untuk membesarkan Jungkook sebaik mungkin, ia akan melindungi, menyayangi, memberikan apa pun yang dibutuhkan sang adik hingga ia tumbuh besar nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Silent Voice
FanfictionThank you for the beautiful cover♡ @catastrophile101 Park Jimin itu bisu, dan Jungkook muak karenanya. a Park Jimin and Jeon Jungkook brothership story. start : 05/07/2018 finish : ◇Reika