Tepat seperti dugaan Seohyun, sepulang dari taman bermain Jungkook selalu menagih penjelasan tentang sang kakak. Anak itu memang terlalu penasaran dengan segala hal yang terjadi di sekeliling ataupun yang diucapkan oleh orang lain.
Namun untuk yang satu ini Seohyun ragu jika Jungkook akan langsung paham tentang perbedaan yang dimiliki Jimin, karena sejak kecil si bungsu memang tidak pernah berteman atau bermain bersama anak-anak lain, hanya ingin dekat-dekat dengan sang kakak. Maka ia tidak pernah membandingkan Jimin dengan orang-orang di luar.
Dan itu menjadi ketakutan tersendiri bagi Seohyun. Sehingga ia hanya bisa mengelak dan mengganti topik jika Jungkook bertanya.
Ditatapinya kedua sosok yang kini tengah menyusun balok-balok menjadi sebuah bangunan. Senyum Jimin serta celotehan riang Jungkook saat mereka sedang bersama adalah hal yang paling membuatnya bahagia di dunia ini, dan Seohyun berharap tidak akan ada yang berubah.
"Hyung, besok kita main dengan teman-teman lagi, ya!" ajak Jungkook setelah mereka selesai dengan balok-balok tersebut.
Jimin menatapi dengan ragu kemudian menggeleng pelan, "Kookie saja, hyung tidak ikut."
Kelopak Jungkook mengerjap bingung, mencoba untuk mengingat apa maksud dari gerakan tangan sang kakak. Melihat itu, Jimin melambaikan tangan pada Seohyun yang duduk tak jauh dari mereka untuk meminta bantuan. Karena tak kunjung mendapat respons, ia terpaksa bangkit dan menghampiri ibunya.
"Eoh? Ada apa Jimin?" Seohyun tersentak kaget saat sang anak menggoyangkan tangannya. Dapat ia lihat, Jungkook tengah menatapi dengan ekspresi bingung.
"Mama, Kookie minta Jimin main dengan teman-temannya." Raut wajah Jimin menyiratkan rasa cemas, dan Seohyun tentu mengerti apa yang dikhawatirkan sang anak.
"Jimin tidak mau ikut?" Ia tersenyum sendu saat Jimin membalas dengan anggukan ringan.
Seohyun menggenggam lengan si sulung, kemudian menuntunnya perlahan menuju Jungkook yang sedari tadi memperhatikan mereka.
"Kookie." Ia memanggil dengan lembut, dibalas cengiran oleh sang anak. Jimin ikut duduk di samping Seohyun yang kini mengelusi rambut adiknya tersebut.
"Katanya, nanti mau main sama teman-teman lagi, ya?"
"Um!" Jungkook mengangguk kelewat semangat, "sama Jimin-hyung juga!"
Jimin meringis melihat senyum riang yang ditujukan padanya, dalam hati ia berharap Jungkook tidak akan marah jika dirinya keberatan untuk ikut bermain bersama mereka.
"Tapi hyung-mu tidak bisa ikut, Sayang." Seohyun berbicara hati-hati sambil memperhatikan raut si bungsu.
Raut senang itu berubah menjadi murung hanya dalam hitungan detik. Jungkook jarang sekali terlihat kecewa atau sedih, karena selama ini keinginannya selalu dituruti oleh sang ibu dan kakak.
Jimin yang melihat perubahan tersebut mendekati Jungkook dan mengelus pipi tembam itu dengan lembut, perasaan bersalah sekaligus takut menguasai hatinya.
"Kenapa hyung tidak mau ikut? Kookie ingin bermain bersama semuanya." Isakan sudah hampir lolos saat Jungkook menunduk.
"Karena Jimin-hyung sedang banyak tugas dari sekolahnya, Sayang." Seohyun masih setia mengelus rambut Jungkook sementara Jimin sudah berhenti dengan elusan di pipinya.
"Tapi hyung main balok sama Kookie." Sudah dapat diduga, akan sulit membohongi Jungkook. Semua harus direncanakan dengan detail agar tidak ada pertanyaan atau penyanggahan yang dapat dilontarkan kembali olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Silent Voice
Fiksi PenggemarThank you for the beautiful cover♡ @catastrophile101 Park Jimin itu bisu, dan Jungkook muak karenanya. a Park Jimin and Jeon Jungkook brothership story. start : 05/07/2018 finish : ◇Reika