Chan dan yang lainnya sudah pulang. Segera setelah semua sudah pulang, mereka langsung berkumpul di ruang tamu bersama Seokjin, Yoongi, Yeji, Daniel dan Anna. Tanpa Jihyun.
Berbagai ekspresi mereka tunjukkan setelah mendengar penjelasan Chan dan juga Daniel.
"Kita harus lebih perketat penjagaan. Terlebih pada Jihyun" ujar Daniel geram.
"Yah, itu memang harus" balas Yoongi.
Keheningan kembali menyelimuti mereka.
"Lalu,...bagaimana keadaan Jihyun ?" tanya Changbin.
"Dia masih tidur sepertinya. Dia sempat melamun dengan tatapan kosongnya tadi. Kami sempat panik" jawab Seungmin tenang.
"Mulai besok, kita akan pindah sementara ke Bang Corp. Tapi kita akan pindah secara diam-diam. Karena, dia tidak akan menyangka kita akan disana" ujar Daniel lagi.
"Kalau begitu untuk mengelabuinya, hanya beberapa saja yang akan tetap berada di agensi. Yah, setidaknya semua artis dan pegawai inti pindah ke perusahaan bersama Jihyun. Sisanya akan kita liat bagaimana nantinya" sambung Changbin.
"Okay" jawab yang lain.
"Boleh aku melihat Jihyun ?" tanya Changbin ragu.
"Tentu saja boleh. Tapi, jangan modus, ya" kata Minho dengan sedikit gurauan diakhirnya.
"Yak. Aku khawatir bukan ingin modus" balasnya, kesal dengan tingkah Minho.
Ejekan serta candaan mereka lontarkan pada Changbin. Sedangkan ia hanya menggerutu kesal lalu, beranjak menuju kamar tempat Jihyun istirahat.
Kriett
"Oh, kau sudah bangun ?" tanya Changbin ketika masuk kamar dan mendapati Jihyun sedang duduk bersandar di kasur.
Menyadari ada orang lain, ia pun menoleh mendapati Changbin sudah berdiri disampingnya.
"Sini, Oppa" pintanya menepuk tempat di depannya.
Setelah menutup pintu, ia pun duduk. Ia mengulurkan tangannya merapikan rambut Jihyun yang sedikit terbongkar, lalu menyelipkan di telinganya.
"Sudah tenang ?" tanyanya sembari mengelus pelan pipi Jihyun.
"Hm. Aku sempat membuat Minho Oppa dan Seungmin Oppa panik tadi. Tapi tak apa" jelasnya.
"Baguslah. Jangan terlalu memikirkannya. Kami sedang mencari pelakunya" katanya lalu menggenggam kedua tangan Jihyun sambil mengelusnya dengan ibu jarinya.
Helaan napas terdengar dari mulut Jihyun. Kemudian menatap Changbin sendu. Changbin menatapnya dengan senyum tipis.
"Ceritakan. Aku akan mendengarnya" to the point Changbin.
Kelewat peka ketika melihat ekspresi Jihyun.
Lalu, mengalirlah cerita asal mula mengapa ia memiliki trauma itu.
"Mereka membullyku atas dasar keirian mereka terhadapku. Aku yang selalu dipuji para guru, dikagumi banyak orang, dikenal banyak orang. Aku yang bahkan hanyalah seorang gadis pendiam saat itu, sangat tak berdaya. Aku hanya tak menyangka mereka yang aku anggap sebagai pendukungku tiba-tiba menarikku ke gedung tua, yang saat itu aku baru saja keluar dari supermarket" jelasnya.
Ingatannya itu kembali membuatnya gemetar ketakutan ketika kejadian itu terekam ulang.
Sontak, Changbin membawanya kedalam pelukannya dan mengelus punggungnya lembut.
Rasanya menenangkan, sehingga ia membalas pelukan itu tak kalah erat dan menumpahkan semua air matanya."It's okay. Sekarang, kau punya kami. Kau bisa mengandalkan kami. Kami yang akan melindungimu" jelasnya menenangkan.
Namun, itu tak mempan. Kemudian ia melepas pelukan mereka sedetik kemudian menangkup kedua sisi pipinya, menatap lembut.
"Hey, tenang. Aku...tak akan membiarkan mereka menyentuhmu sesenti pun. Ingat kata-kataku, Jihyun. Pegang kata-kataku. Aku tak akan membiarkan mereka menyentuhmu. Jika itu terjadi, aku yakin mereka tak akan melihat dunia lagi. Aku janji, demi kamu" jelasnya tegas.
Ia mengusap air matanya, kemudian mengecup pelan kedua kelopak mata Jihyun yang tertutup spontan dengan perlakuannya.
"Oppa,..kau berjanji ?" tanyanya ketika Changbin menyatukan kedua kening mereka.
Changbin hanya menganggukan kepalanya. Ia menatap intens kedua mata indah itu. Helaan napas pelan keluar dari mulutnya. Lalu, menarik Jihyun kembali kepelukannya.
"Aku berjanji" yakin Changbin.
Jihyun membalas dan mengeratkan pelukan mereka dengan dia mendusel ke leher Changbin. Sesekali Changbin mencium puncuk kepalanya sembari berbisik kata-kata penenang juga janjinya.
Sementara itu diluar kamar,
"Woahhh daebbak"
"Woah..tak percaya, Changbin hyung"
"Kalah start lagi"
"Aduh mata adek ternodai"
"Woah, menang banyak si Changbin"
"Nona muda sudah besar"
"Aigoo, Sajangnim kami"
'Aigoo, ada-ada aja mereka' batin Changbin.
Keesokan harinya...
"Kau benar-benar ingin melakukannya ?" tanya ragu seorang gadis.
"Tidakkah kau dengar kubilang tadi ? Aku yakin. Dan pasti akan melakukannya" jawab gadis lainnya.
"Ryujin-ah, bukankah itu sangat beresiko tinggi ? Mengingat targetmu adalah orang yg dijaga ketat" ujar gadis lainnya lagi.
Ryujin, gadis yang mereka tuding itu tengah duduk sambil menikmati sarapannya tenang. Ia bahkan tak peduli dengan kedua temannya yang bahkan sejak sejam yang lalu tidak di persilahkan untuk duduk.
"Jisoo-ya, Doyeon-ah, jangan menghalangiku jika kalian tak ingin terlibat" ujar Ryujin malas kemudian beranjak dari tempatnya menuju kamarnya mengambil tas selempangnya.
"Hey, kau tak takut jika mereka tau tentang perbuatanmu ini ?" tanya Doyeon, wanita berambut blonde ikal itu.
"Buat apa aku takut ? Bahkan gadis itu hanyalah seorang teman masa kecilnya. Dia tak memiliki kekuasaan apapun untuk melawanku. Agensi pun tak akan bisa melawanya karena dia hanyalah kerabat Chan Oppa. Dia tak ada hubungannya dengan agensi itu. Kecuali, dia mempunyai kekuasaan di perusahaan itu. Lagian, apa kau lupa jika aku mempunyai perusahaan di Australi ? Walaupun urutan kedua. Tapi, aku bisa menghasut yang pertama untuk membantuku. Itu adalah hal yang sangat mudah. Aku akan membuat mereka membenci wanita sialan itu" jelasnya panjang lebar diakhiri desisan pelan.
Doyeon dan Jisoo hanya bisa diam pasrah dengan rencana dari kawan mereka itu. Kemudian keduanya menyusulnya keluar apertemen. Tanpa tau, bahwa seorang lelaki misterius tengah mematikan recordnya setelah merekam percakapan mereka, sambil tersenyum licik.
"Tck, hanya khayalanmu saja nona manis" gumamnya pelan, menatap kepergian mereka.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me✔ [Seo Changbin And You]
FanfictionMenjadi seorang pemegang perusahaan inti tidaklah mudah. Apalagi di usia yang muda. Tantangan apapun itu pasti akan menghampiri. Terlebih lagi, bagaimana jika ada yang meremehkan usahanya karena usia mudanya itu ? Hidup diantara orang-orang yang me...