Guru Bimbel

2.8K 176 1
                                    

Assalamualaikum. Wr. Wb
Jangan lupa vote dan komennya.
Semoga harimu menyenangkan.

"Sebentar ya Pak," ucap pak Ardian pada lelaki paruh baya yang bersama Bilal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebentar ya Pak," ucap pak Ardian pada lelaki paruh baya yang bersama Bilal.

Lelaki paruh baya itu hanya mengangguk dan tersenyum. Bilal melihat ke arah Aira sekilas dan mengalihkan pandangannya.

"Ehm ... maaf Pak Ardian, ada baiknya kita lanjutkan ini nanti saja. Lagi pula saya gak mau memaksa Aira untuk menjawabnya hari ini," ujar Imam.

"Baiklah," sahut pak Ardian.

Lantas Imam pun bangkit dari tempat duduknya bersama dengan keluarganya, lalu berpamitan dan beranjak dari rumah Aira.

Tamu yang tersisa kini hanya Bilal dan lelaki paruh baya itu.

"Jadi, ini ada apa ya? Bapak dan Adik ini siapa?" tanya pak Ardian.

"Dia adik kelas Aira," sahut Aira refleks.

"Apa itu benar?" tanya pak Ardian melihat ke arah Bilal.

Bilal pun mengangguk. "Saya adik kelas Aira dan kedatangan saya kemari dengan maksud dan niat, untuk mengkhitbah Aira."

"Dalam satu hari ada 3 laki-laki yang mengkhitbah aku!" Batin Aira setengah tak percaya.

"Apa-apaan kamu Bilal? Sekolah kamu saja belum selesai, sudah berani mengkhitbah anak orang!" bentak lelaki paruh baya yang bersamanya.

Sungguh lelaki paruh baya itu terkejut mendengar pernyataan Bilal, yang tidak lain putranya. "Kamu itu masih sekolah, lebih baik kamu berpacaran saja dan menikahlah nanti kalau kamu sudah lulus sekolah. Manikah ketika sudah dapat mengambil tanggung jawab perusahaan Papah," tambah ayahnya Bilal.

Aira dan kedua orang tuanya hanya melihat heran, cek-cok Bilal dan sang ayah.

"Maaf Pah, cinta Bilal untuk Aira itu terlalu suci. Tidak pantas bagi Bilal untuk bersatu dengan Aira dalam hubungan pacaran, yang penuh dosa dan akan menjerumuskan Bilal dan Aira ke neraka." Balas Bilal serius.

Pak Ardian tersenyum mendengar penjelasan Bilal. Sementara sang ayah, tampak semakin emosi. Penjelasan Bilal, lebih mirip dengan ceramah.

"Kamu hanya membuang waktu Papah di tempat ini!" tukas ayahnya Bilal berlalu.

"Tolong maafkan sifat Papah saya," ucap Bilal melihat ke arah Pak Ardian.

"Kenapa kamu begitu nekat mengkhitbah putri saya?" tanya pak Ardian.

"Saya tidak punya alasan untuk itu Pak," jawab Bilal seadanya.

Adik Kelas [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang