Sekarat

1.5K 100 1
                                    

Assalamualaikum. Wr. Wb
Jangan lupa vote dan komenya.
Semoga harimu menyenangkan.

"Bagaimana rasanya sekarang? Sudah lebih baik atau belum?" tanya sheikh Abu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimana rasanya sekarang? Sudah lebih baik atau belum?" tanya sheikh Abu.

Aira mengangguk tanpa kata.

Ustadzah Lala menambahkan. "Kata dokter ... Kakak gak perlu di rawat. Setelah Kakak sadar, kita bisa pulang."

Mendengar kata pulang, seketika hati Aira menolak untuk pulang. Sebab, keadaan Bilal masih dipertanyakan.

"Ibu ... Aira mau tetap di sini," rengek Aira.

"Tapi kenapa Kak?" tanya ustadzah Lala dan sheikh Abu bersamaan.

"Ehm ..." Aira bingung dan menggeleng.

"Kita pulang sekarang ya. Kakak istirahat di pasantren saja. Soalnya Abi masih banyak urusan, mengenai insiden di pasantren tadi," jelas ustadzah Lala.

Aira mengangguk dan berbangun dari ranjangnya perlahan.

***

Usai menunaikan sholat subuh berjama'ah. Aira diam-diam meninggalkan pasantren tanpa izin, hanya untuk membesuk Bilal di rumah sakit.

Jarak antara rumah sakit dan pasantren cukup jauh. Hari masih sedikit gelap dan tumpangan tak kunjung Aira temui.

Sungguh Aira kebingungan. Tidak mungkin bagi Aira untuk kembali ke pasantren dan minta seseorang mengantarkannya ke rumah sakit.

Aira berdiri di tepi jalan dengan wajah gelisah. Tiba-tiba, Andreas melintas di depannya dan langsung menghentikan sepeda motornya.

"Aira? Kamu ngapain sepagi ini di sini?" tanya Andreas sambil melihat kiri-kanannya yang masih gelap dan sepi.

"Ehm ... aku mau, ke rumah sakit. Beli obat," tutur Aira kikuk.

"Beli obat? Kamu sakit Aira?" Andreas mulai cemas.

"Ehm ... iya, tidak bukan obat. Maksudku vitamin. Bisa tolong antarkan aku?" Aira memasang wajah melas.

"Iya, bisa sebenarnya bisa, tapi kita bukan mahrom. Tapi, karna kamu Aira, aku gak bisa nolak!" Jelas Andreas terkekeh.

"Hedehhh!" Aira nendengus pelan sambil memutar bola matanya.

***

Di rumah sakit, Andreas mempercepat langkahnya menuju bangsal Bilal.

Adik Kelas [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang