CS 8

11 3 0
                                    

Susah bangeeet buat istiqomah :((.. Maafin aku yaaa para readers, kemalasan yang terus melanda. Ditambah perpulangan di pondok emng bentar banget..

Minta doa'ny biar aku g males terus ya saayy!!..

Happy reading📖

📖📖📖

"Bang kita main ke taman yuk, sekalian sarapan Iqbal laper nih" ucap seorang anak laki-laki sambil menepuk nepuk perutnya yang agak buncit.

Anak yang bernama Iqbal terus saja menggoyang-goyangkan paha Ilham. Iya Iqbal adalah adik kandung Ilham, ia masih berusia 12 tahun.

Ilham yang sedang santai menonton tv dan memakan cemilan melirik ke arah Iqbal sekilas.

"Males ah, beli aja sendiri abang nitip" ucap Ilham tenang. Namun Iqbal memanyunkan bibirnya tanda kesal.

"Yaelah bang, bentaran doang masa tega sih sama adik sendiri harus nahan laper. Aku laporin mamah baru tau rasa loh"  Ilham yang mendengar ocehan dengan sedikit ancaman adiknya pun langsung menegakkan duduknya.

"Yaudah abang anter tapiii----" Ilham menggantungkan kalimatnya, sehingga membuat Iqbal harus bertanya.

"Tapi apa ?" tanya Iqbal malas

"Tapi poster Nissa sabyan yang ada di kamar kamu buat kakak"

"Yah bang itukan---"

"Yaudah abang gak akan nganter kamu, beli aja sendiri" Ilham kembali menyandarkan lagi punggungnya ke sofa yang ia duduki.

"Iya iya, aku ke kamar dulu ganti baju. Punya abang itungan banget" gerutu Iqbal sambil pergi meninggalkan Ilham

"Hhaha yess, polos banget adik gue. Padahal niatnya cuman becandain doang." Ilham pun melangkahkan kakinya menju kamar, berniat mengganti kaosnya.

Namun suara ketukan pintu membuat langkah nya tertuju pada pintu luar.

"Iya bentar" Ilham membuka pintunya dan...

"Kak Ilham !!" teriak anak kecil itu dan memeluk kaki Ilham.

"Citra ?Sama siapa kamu kesini ?" iyah anak kecil itu adalah Citra, adik Sheila

"Sama kak Lala, Iqbal nya ada kak ?" tanya Citra sambil celingak celinguk ke dalam.

"Oh ada di kamarnya" Citra langsung berlari ke dalam rumah untuk menemui Iqbal.

Ilham berdiri mematung di depan pintu, kedatangan Sheila membuat wajah Ilham kembali datar. Seolah itulah peran baru yang harus ia tunjukkan pada Sheila saat ini.

Sheila berjalan dari arah mobil dengan wajah polosnya seakan tidak terjadi apa-apa diantara mereka. Setelah Sheila hampir mendekati Ilham, Ilham membalikkan badannya dan berjalan ke dalam rumah. Namu langkahnya terhenti saat Sheila membuka suara.

"Tunggu" tahan Sheila

"Mau apa lo kesini ?"  tanya Ilham sinis

"Mamah nyuruh aku kasih sarapan buat kamu sama Iqbal, katanya katanya tante Gina sama Om Dedi lagi keluar kota. Nih " Sheila menyodorkan tempat makannya. Ilham menatap kotak makan itu, seperti sedang bergelut dengat pikirannya beberapa detik kemudian Ilham mengambil kotak makannya.

"Sampein makasih buat mamah lo, gue harap ini yang terakhir kali lo nginjakkin kaki di rumah gue"

Siap, Sheila sudah mempersiapkan dirinya dari rumah untuk mendengarkan kata-kata yang keluar dari mulut Ilham.

Dulu suara Ilham adalah hal yang sangat durindukan Sheila. Tapi sekarang, dia harus tutup telinga dari apa yang Ilham katakan.

"Kalo bukan karna mamah yang nyuruh, aku gak akan mau kesini. Bukan untuk menjauh, karna aku belum siap denger kata-kata dari kamu  yang pasti bikin aku sakit hati. Tenang aja untuk saat ini aku gak akan ganggu kamu dulu. Tapi maaf kalo buat menjauh dari kamu aku belum bisa. Karna perasaan aku untuk kamu masih sama seperti dulu, hanya untuk kamu"
Ucap Sheila menyuarakan isi hatinya. Air mata akan mengalir, namun ia tahan. Sheila tidak mau terlihat lemah di depan Ilham.

"Tante gak tau ?" Tanya Ilham seolah-olah mengabaikan apa yang Sheila katakan sebelumnya.

Sheila hanya tersenyum miris.

"Gak, itu urusan aku lagian mamah gak----" suara handphone Sheila di saku celana jins pendek hingga lutut berbunyi. Membuat Sheila berhenti berbicara dan mau tidak mau Sheila harus mengangkatnya. Meninggalkan Ilham yang hanya diam sedari tadi.

"Halo kak ?"
".........."
"Ya ampun kak, Sheila lupa. Iya iya sekarang aku pulang yah kak by"
"........"
"See you to"

Setelah menutup panggilan di sebrang sana, Sheila berniat untuk pamit pulang pada Ilham. Namun setelah dilihat-lihat seperti nya Ilham telah pergi. Sheila pun langsung memasuki mobilnya dan pulang.

Citra ia tinggalkan disana, dia pasti aman jika bersama dengan Ilham.

Setibanya Sheila di rumah, ia melihat seorang laki-laki yang sedang duduk di kursi depan. Siapa lagi jika bukan Reza.

Melihat kedatangan Sheila, Reza langsung berdiri dari duduknya. Sheila berjalan sedikit berlari ke arah laki-laki itu.

"Duh kak maaf ya nunggu lama, tadi mamah nyuruh aku ke rumah Ilham buat ngasih sarapan trus_____"

"Ssstts udah gak papa, kaya kesiapa aja lo. Mau siap-siap dulu atau langsung aja ?"

"Eemm siap-siap dulu aja deh kak, gak papa kan ?" sahut Sheila setelah melihat penampilan dirinya.

"Gak papa, udah biasa nunggu gue mah"

"Tunggu di dalem aja kak" Reza pun menurutinya.

Kemarin saat Sheila sedang mencurahkan semua isi harinya pada Reza, Reza berjanji pada dirinya sendiri akan membuat Sheila kembali tersenyum. Merasakan kebahagiaan yang diciptakan oleh Reza. Dengan sedikit alasan dia akan membawa Sheila ke rumah nenek Reza yang ada di bogor dengan embel-embel ingin ditemani Sheila.

🐾🐾🐾

Alhamdulillah beres satu part. Untuk teman-teman jika ada keluh kesah atau kesalahan dalam tulisan aku menerima komenan kalian ko.

Terimakasih readers:))))

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak !!!!:))

Cinta SheilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang