[5]

74 13 9
                                    

"Hari ini datangnya lebih cepat." Sapa seorang suster yang ada dimeja kedatangan hari ini.

"Kebetulan kelasnya selesai lebih cepat. Ottokae? Ada perkembangan?"

Senyuman tipis dari suster itu sudah cukup menjadi jawaban. "Kamsahamnida."

"Seokmin-ssi.." Seokmin berbalik kembali melihat suster tadi. Seberusaha mungkin wajahnya dia buat baik-baik saja. Walau sebenarnya sama sekali tidak ada kata baik. "Yang kuat."

Seokmin tersenyum tipis. "Kamsahamnida."

Lalu dia kembali berjalan menuju lift. Menekan tombol pada angka yang dia tuju. Setelah lift itu berbunyi dan menunjukkan lantai yang dia inginkan, kakinya melangkah dengan cepat menuju sebuah ruangan pasien.

Ada beberapa orang di dalam kamar tersebut. Ini bukan kamar VIP. Katanya dia tidak suka sendirian, jadi Seokmin tidak ingin memesankan kamar VIP walau dia bisa sekali pun.

Beberapa orang menyambut kedatangan Seokmin di kamar itu. Dari yang tua sampai yang masih anak-anak. Mereka sudah mengenal Seokmin dengan baik. Tapi Seokmin tidak bisa mengingat mereka secara terus-terusan karena..

Mereka pastinya akan terus berganti dengan pasien lain. Anak, saudara atau teman mereka lebih beruntung dibanding dengannya.

Seokmin hanya membalas mereka dengan senyuman tanpa banyak mengatakan apa-apa. Dia tidak ingin basa-basi. Saat ini dia sedang dilanda rindu yang teramat berat.

"Hey chagiya.." Panggil Seokmin selembut mungkin.

"Hari ini aku dapat bunga matahari. Tapi sepetinya dia sudah mau tidur karena lihat kamu tidur." Kata Seokmin saat melihat langit mulai berubah jingga. Dia menaruh bunga tersebut di vas yang tersedia. Mengganti bunga tulip yang hampir layu sejak dia taruh kemarin.

Seokmin menarik kursi lebih dekat ke sisi ranjang. Menyentuh dengan lembut tangan putih yang ada di sisi ranjang. "Tanganmu dingin sekali. Apa kau kedinginan?" Katanya lagi.

Dia mencium telapak tangan gadis yang berbaring di atas ranjang itu hingga tangannya mulai terasa menghangat. Seokmin sempat tersenyum tipis sesaat. "Sekarang sudah hangat."

Beberapa saat, dia menarik nafasnya sebelum kembali bicara.

"Aku merindukanmu." Ucapnya dengan nada manja.

"Sangat merindukanmu. Rasanya begitu berat setiap kali aku harus bekerja dengan rasa rindu seperti ini. Kamu sungguh nakal buat aku jadi secandu ini ingin selalu dekat denganmu." Seokmin kembali mencium tangan kekasihnya.

"Tanganmu sangat harum. Suster sudah memandikanmu ya? Bukan suster pria kan? Kamu tau jika aku akan cemburu jika kau dimandikan pria lain. Padahal aku saja tidak pernah memandikanmu." Cengir Seokmin.

"Bercanda.." Dikecupnya sekali lagi tangan gadis itu. "Aku mana mungkin memandikanmu. Kita kan belum suami istri. Tapi kamu siapkan menjadi istriku nanti saat kamu sadar?"

Dada Seokmin terasa pedih. Seokmin menarik nafasnya panjang-panjang. Mengalihkan pandangan ke arah pintu kamar pasien untuk mengantisipasi air matanya keluar. Lalu ketika air mata itu kembali masuk, dia kembali menatap kekasihnya dengan senyuman selembut-lembutnya.

"Kalau kamu bersedia jadi istriku, kamu tidak perlu takut kamu akan mengurus semua pernikahan kita. Semua aku yang akan urus." Seokmin menyatuhkan tangan mereka.

"Jangan merasa sungkan, chagi. Aku akan sangat bahagia jika bisa menyiapkan acara spesial kita sebaik mungkin untukmu." Seokmin menyampirkan beberapa helai rambut ke belakang telinga Deulin.

Teaching Love (Dokyeom & Dino Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang