Dear Dairy,
Ada banyak hal yang tidak bisa dimengerti dengan mudah. Khususnya perasaan. Bukan hanya perasaan orang lain, tapi perasaan diri sendiri pun tidak bisa ku mengerti.
Bagaimana ya? Beberapa hari lalu aku merasa kesal, lalu kemarin aku menangis dan sekarang kenapa rasanya ada penyesalan? Apa yang perlu ku sesali? Aku tidak pernah ada salah dengannya. Paling hanya sering marah-marah dan meneriaki telinganya.
Rasanya aku ingin gigit jari setiap kali mengingat wajahnya sekarang. Dia menyeramkan ketika marah. Menyebalkan ketika bersikap sok. Tapi sekarang aku sadar. Sikapku kemarin mungkin juga menyebalkan untuknya. Siapa memangnya yang suka jika mengetahui ada seseorang yang ingin merusak hubungan orang lain. Mungkin Dino memang punya empati yang tinggi hingga dia sampai mau repot-repot menjauhkanku dari Hoshi oppa dan kekasihnya. Padahal aku yakin mereka tidak punya hubungan darah.
Mungkin..
Lalu aku harus bagaimana? Rasa suka ku ini tidak bisa ditahan. Hoshi oppa punya karisma yang tidak bisa ku hindari. Dia pria yang begitu mempesona. Apa aku harus coba bilang rasa sukaku ini sesekali?
Tapi bagaimana dengan rasa menyesalku dan takutku ini? Pasti aku akan merasa takut jika persepsi Dino yang menyakitkan itu benar-benar terjadi. Aku tidak mau sampai dibenci pria yang ku suka sendiri. Dan aku juga pastinya akan merasa bersalah jika mengabaikan perbuatan baik yang Dino berikan dari peringatan kasar itu.
Tanganku saja masih sakit sekarang..
Huaaa.. Kenapa suka pada kekasih orang sesakit dan semenyedihkan ini??
Dino menyebalkan. Kalau dia tidak mengusikku, pasti sekarang aku masih jadi pengagum rahasia Hoshi saja. Itu saja sudah cukup kok. Aku tidak pernah benar-benar berniat menghancurkan hubungan harmonis mereka.
Memangnya image-ku ini seburuk itu kah? Dino-ya!! Kau harus tanggung jawab dengan perasaan campur adukku ini. Kalau saja kau tidak datang dan pura-pura tidak tau dengan perasaanku ini, semua tidak akan serumit ini.
Raeyun menutup buku diary-nya setelah mencurahkan segala keluh-kesalnya atas perasaan tidak menentunya ini. Bahkan jika dia bisa menuliskan lebih banyak lagi, ingin dia tuangkan semuanya. Tapi pasti tidak akan jauh dari dia yang menyalahkan Dino dan juga membenarkan sikap Dino.
Perasaannya belum bisa tenang walau sudah mencurahkan semuanya pada teman tak bernyawanya. Tentu saja. Buku diary tidak bisa memberikan saran untuk dirinya. Hanya menjadi pendengar yang baik.
Tapi didengar saja tidak. Jadi sebenarnya untuk apa diary itu sebenarnya? Kenapa kalau tidak ada gunanya, Raeyun masih menuliskan semua perasaannya pada sebuah buku. Pikirannya terlalu kacau hingga menyalahkan benda yang tidak tau apa-apa.
"Arhh!!" Gerutu Raeyun. Lalu membaringkan tubuhnya telentang dikasur. Menatap langit-langit kamarnya sambil beberapa kali mengedipkan mata.
Tubuhnya lelah, padahal seharian ini kerjaannya hanya tiduran di kasur. Diam. Mengutak-atik ponsel dan menyetel playlist pada ponselnya.
Sebenarnya jika dia mau, dia bisa saja ikut ekskul dance itu dari awal dia masuk kampus. Tapi dia sama sekali tidak tertarik dengan dance. Tubuhnya saja kaku seperti robot, bagaimana dia bisa memaksa menari. Lagipula guru tari sebelumnya bukanlah Hoshi.
Hoshi datang saat dia sudah di semester 2. Raeyun ingat saat pertama kali melihatnya di parkiran. Dengan motor besar berwarna hitam, jaket jins dan celana robeknya. Bahkan ketika wajahnya masih tertutup helm, Raeyun sudah dapat meyakinkan dirinya jika pria itu akan sangat tampan dan keren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teaching Love (Dokyeom & Dino Fanfiction)
FanficAdakah yang tau bagaimana cinta itu datang? Pergi? Hilang? Kembali? Dan terbentuk? Kenapa cinta bisa serumit ini? Apakah cinta bisa dipelajari? Tidak ada yang tau. Cinta selalu datang secara tiba-tiba. Dengan berbagai cara, bentuk dan warna. Begitu...