Jika Dino bisa membuang segala indra mendengarannya, mungkin itu yang ingin dia lakukan. Sekarang mata, mulut dan telinganya sama sekali tidak berfungsi.
Walau matanya menatap Raeyun, gadis itu juga tidak peduli dengannya. Ketika dia bicara, ucapannya semua diabaikan. Dan dia tidak mengatakan apa-apa selama mereka pergi dari cafe. Mungkin disini hanya hidungnnya yang berfungsi menghirup aroma parfum bubble gum milik Raeyun. Sisanya nihil. Dia diabaikan.
Padahal masalah ini jelas-jelas sudah selesai. Hayeon tidak lagi mau mempermasalahkannya. Secara garis besar, artinya Hayeon memaafkan Raeyun. Meskipun belum sepenuhnya kekesalan itu hilang. Tapi setidaknya mereka sudah menerima kebedaaan satu sama lain. Tidak akan ada lagi perang dingin.
Lalu apa lagi yang orang ini pikirkan? Dino tidak habis pikir.
"Kenapa kau melihatku seperti itu?"
"Baru sadar sudah dilihatin daritadi?" Sinis Dino.
"Memangnya sudah daritadi?"
"Menurutmu?! Pertanyaanku saja kau abaikan." Kata Dino lagi. Menumpu kepalanya dengan tangan sambil menatap Raeyun.
"Kau tanya apa?"
"Tidak minat lagi." Ucap Dino. Menyeruput minuman yang ada di mejanya. "Mau tau berapa lama kau bengong? Lihat es krimmu saja sudah jadi jus." Sindir Dino. Menggerakan dagunya menunjuk mangkuk es krim Raeyun yang mencair sampai tumpah ke meja.
Raut wajah Raeyun berubah sedih mendapati makanannya udah tidak berbentuk lagu. "Yah.. meleleh. Boleh pesan satu lagi tidak?"
"Boleh. Bayar sendiri!"
"Ish! Pelittttt."
"Sudah bagus aku mau mentraktirmu. Aku ini anak perantauan. Tidak punya uang. Harusnya aku yang minta traktir darimu." Balas Dino.
"Tidak tau malu minta traktir ke perempuan. Kau tidak kasihan pada anak yang sedang kabur? Tidak punya uang, tidak ada tempat tinggal lagi." Raeyun melebih-lebihkan kisahnya. Tapi tentu saja Dino tidak terpengaruh sama sekali. Dia sudah tau semuanya.
"Lagian siapa suruh kabur-kaburan. Sudah bagus dekat dengan orang tua, kebutuhan tercukupi dan tidak perlu bekerja untuk membiayai hidup. Lalu memang kau perempuan? Baru tau." Kata Dino.
Raeyun memanyunkan bibirnya. Tangannya mengaduk-aduk krim yang ada dimangkuknya tanpa berselera memakannya lagi. Menatap iba es krim yang terbuang sia-sia. "Tidak kasian apa denganku? Aku lagi banyak masalah nih."
"Kan baru berkurang satu masalahnya. Kalau masalah orang tuamu, aku tidak mau ikut campur. Nanti yang ada salah paham lagi."
"Ish! Kau ini punya dua sifat ya? Kadang bisa menyebalkan, kadang bisa baik. Aku kan lagi mau curhat." Oceh Raeyun.
"Anggap aja begitu. Biar kau senang." Raeyun berdengus mendengar jawaban Dino.
"Malas bicara denganmu." Kata Raeyun.
Malas tapi kalau dipancing, bicara juga. Jika tidak diajak bicara juga ngomong lagi. Lihat saja. Batin Dino. Menyeruput minumannya sampai habis. Memanggil pelayan untuk meminta bill.
"Sudah mau pulang? Sebentar lagi lah.. Aku masih mau curhat." Tuh kan..
"Curhat apa? Daritadi aku didiamkan. Aku mau ke rumah sakit. Karena mengurusimu, aku belum sempat menjenguk Deulin."
"Ok. Aku mau curhat soal Hayeon." Dino mendengarkannya sambil menerima bill dari pelayan. Melihat saldonya sesaat, baru memberikan atensi pada Raeyun kembali.
"Aku merasa sudah jadi orang jahat selama membuat Hayeon menderita. Kenapa ya aku bisa sejahat itu? Padahal aku anak tertua, tapi sifatku kekanak-kanakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Teaching Love (Dokyeom & Dino Fanfiction)
FanfictionAdakah yang tau bagaimana cinta itu datang? Pergi? Hilang? Kembali? Dan terbentuk? Kenapa cinta bisa serumit ini? Apakah cinta bisa dipelajari? Tidak ada yang tau. Cinta selalu datang secara tiba-tiba. Dengan berbagai cara, bentuk dan warna. Begitu...