[7]

71 11 6
                                    

Mata Raeyun tidak bisa disebut baik lagi. Semalaman dia menangis di kamar. Sudah dia kompres 2 jam pun, bengkaknya tidak bisa mengecil sedikit pun.

Sekarang kedua matanya sangat sulit dibuka. Dengan mata sipit ini, tidak ada yang bisa dia lakukan. Biasanya dia menggunakan scot mata atau softlens untuk membuat matanya terlihat lebih besar. Tapi jika Raeyun menggunakannya dengan kondisi seperti ini, dia akan menyiksa dirinya sendiri.

Di rumah pun, Raeyun berusaha agar tidak ada yang tau dengan keadaannya. Jika tau pun, mungkin hanya ditanya sedikit, lalu tidak ada yang peduli lagi.

Raeyun menghembuskan nafasnya panjang.

Demi menghindari orang-orang rumah, dia juga sampai harus mengorbankan salah satu mata kuliahnya karena datang terlambat. Jadwalnya tadi jam 8 pagi, itu waktu keluarga mereka saling berkumpul untuk pamitan ke tempat yang berbeda-beda.

Appa-nya ke kantor. Eomma-nya ke rumah temannya untuk berkumpul. Adiknya ke tempat kursus, dia tidak kuliah tapi khusus bahasa inggris. Sedangkan dirinya kalau ada jadwal pagi, baru bangun pagi. Dan tadi, dia pura-pura masih tidur, yang artinya orang-orang rumah akan berpikir dia tidak ada jadwal pagi.

Padahal kenyataannya dia menyembunyikan matanya yang bengkak efek menangis semalaman. Masih terbayang-bayang ucapan Hoshi yang menolaknya sangat halus. Sakit..

Mengingatnya saja, membuat Raeyun kembali mengeluarkan air mata. Matanya jadi lebih sakit lagi.

Kenapa sih mataku tidak mau berhenti menangis?? Ini sudah sakit.. Kesalnya pada dirinya sendiri. 

Dia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Menutup-nutupi tangisannya sebisa mungkin dari orang lain yang berlalu lalang di taman. Mengeluarkan suara tangis yang kecil dan berusaha agar orang-orang tidak curiga.

Taman ini ramai, banyak orang dan berisik. Memang bukan pilihan terbaik sebagai tempat untuk melepaskan semua kegundahan hatinya. Tapi dia juga tidak mau memilih perpustakaan. Karena jika di sana, tangisannya akan terdengar jelas karena terlalu sepi.

Dia tidak mau ketahuan menangis. Ini akan mempermalukan dirinya sendiri.

"Dino-ya!!" Panggilan tegas seseorang membuat Raeyun mengangkat kepalanya.

Secepat mungkin Raeyun menghapus air matanya dan melihat ke sekeliling mencari keberadaan pemilik nama itu. Karena matanya masih kabur oleh air mata, dia jadi tidak bisa melihat dengan jelas.

"Hyung.." Raeyun juga bisa mendengar suara khas milik Dino itu. Seberusaha mungkin dia mengembalikan pandangannya untuk mencari pria itu. Entah kenapa, dia sangat ingin menemui pria itu sekarang.

Dia sudah kehilangan akal sejak ditolak Hoshi.

Raeyun membuka matanya lebar-lebar. Menyapu ke segala arah di taman, lorong dan jalan yang bisa dia lihat. Ketika tidak ketemu, dia memilih berdiri dan baru dia bisa menemukan orang yang dia cari. Dino sedang bicara dengan seseorang yang entah siapa. Raeyun hanya fokus pasa Dino.

Tidak mau memikirkan yang lain, Raeyun langsung berlari menghampiri pria bernama Dino itu. Lari yang begitu cepat, hingga ketika dia sudah dekat, Raeyun tidak bisa menghentikan laju kakinya sampai wajahnya bertubrukan dengan punggung Dino.

"Hey!!" Mendengar suara protes dari Dino, Raeyun tidak berani melihat pria itu. Tanpa izinnya, Raeyun memeluk perut Dino begitu kuat.

"Siapa kau?!! Cepat lepaskan!!!" Dino menarik-narik tangan Raeyun yang melingkar erat di perutnya. Tapi seberusaha mungkin Raeyun tidak mau melepaskan pelukan itu. Dia sampai mencengkram kaos Dino. Setidaknya dengan mencengkram kaosnya, Dino tidak akan menarik bajunya lagi. Tidak mungkin Dino mau bajunya robek.

Teaching Love (Dokyeom & Dino Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang