[17]

56 10 11
                                    

Tidak butuh waktu lama bagi Dino mengendarai motornya hingga rumah sakit dalam sekejap mata. Bahkan Raeyun yang ada di belakangnya, memeluk pinggang Dino kuat-kuat karena takut terbawa angin akibat Dino yang mengendarainya dengan kecepatan diluar batas wajar.

Raeyun sampai tidak sanggup membuka matanya selama perjalanan. Dirinya seperti terbang menembus angin dibawanya. Rambut yang tidak terlindungi helm atau benda semacamnya pun tertiup seluruhnya.

Dan saat kakinya sudah bisa merasakan tanah kembali, Raeyun mengucapkan banyak terima kasih karena masih diberi kesempatan untuk menapak di tanah dengan selamat. Butuh waktu beberapa menit untuk dirinya menenangkan jantung dari rasa ketakutan. Tapi orang yang mengendarai motor tersebut sudah berlari meninggalkannya ke dalam rumah sakit.

Dia diabaikan karena kabar Deulin yang sadar secara tiba-tiba. Tepat di hari terakhirnya ada di rumah sakit ini, dia sadar. Mungkinkah ini sebuah keajaiban atau kebetulan yang tepat dengan keputusan Seokmin yang ingin membawa pulang Deulin?

Kenapa perasaanku jadi tidak enak? Batin Raeyun.

Untuk mengabaikan rasa anehnya itu, Raeyun memilih menyusul Dino yang pasti sudah sampai di kamar Deulin. Melepas rindu dan penyesalannya dengan Deulin. Lalu bagaimana dengan Seokmin? Raeyun tidak akan mengerti dengan posisi mereka.

Mungkin mereka sudah terbiasa berbagi perasaan itu. Tapi jika Raeyun yang berada disisi itu, suasananya akan sangat canggung. Terus kalau dia ada di antara mereka, apa yang harus Raeyun lakukan? Pasti akan lebih awkward.

Dirinya adalah orang lain yang tiba-tiba datang, tapi sudah tau semuanya. Bisa-bisa dia dikira ikut campur. Meskipun kenyataannya memang seperti itu.

Raeyun jadi menimbang-nimbang apa saja yang perlu dibicarakan dengan Deulin nantinya. Yang pasti berkenalan dan basa-basi sedikit soal kondisinya. Setelah itu, Raeyun tidak  memiliki rencana apapun karena menemukan seseorang yang terlihat frustasi di kursi tunggu depan ruangan tujuannya.

Kaki Raeyun berlari menghampiri orang tersebut. Ikut duduk disebelahnya sambil berharap agar pikiran buruknya tidak ada yang benar. "Saem.." Panggil Raeyun hati-hati.

Seokmin mengangkat wajahnya dan Raeyun langsung dikejutkan dengan raut kacau yang ditunjukan Seokmin. Tidak lupa dengan air mata yang penuh membasahi wajahnya.

"Sae-saem kenapa? Deulin, gwaenchanayo? Dia sadarkan? Apa dia kembali pingsan? Dino di dalam? Aku boleh melihat keadaannya?" Raeyun panik sendiri. Bahkan semua pertanyaan yang dia ajukan memperumit pikiran Seokmin.

Seokmin yang biasanya dingin dan tanpa ekspresi tiba-tiba saja menangis lebih kencang. Air mata memenuhi rahang tajam dan hidung mancungnya. Raeyun dibuat tidak dapat berkata-kata karena air mata itu. Otaknya terus saja memikirkan jika Deulin sudah.. tiada.

Raeyun hendak memasuki kamar tersebut baik diberi izin atau tidak oleh Seokmin. Tapi saat Raeyun menarik knop pintu, Seokmin menghentikannya. "Biarkan Dino dan Deulin menghabiskan waktunya berdua."

Mata Raeyun berkedip berkali-kali. Dia tidak bisa mempercayai matanya kali ini. Seokmin tersenyum dengan mata yang penuh air. Lagi-lagi membuat Raeyun berspekulasi lebih jauh. 

"Saem.. Ini sebenarnya kenapa? Kenapa saem menangis? Kenapa tidak ke dalam bersama Dino untuk menemani Deulin. Kenapa sekarang saem justru tersenyum? Kenapa-"

"Tidak bisa kah kalau bertanya itu satu-satu? Jangan banyak tanya, duduk diam, biar saya katakan semuanya dan jangan merusak kebahagiaan saya saat ini." Perintah Seokmin.

Raeyun langsung diam ketakutan. Dia kembali duduk namun diberi jarak satu kursi dengan posisi tegang. Berdiam diri sambil menunggu Seokmin yang kembali menundukkan kepalanya. Menutup wajahnya dengan tangan sambil sesekali menyeka air matanya.

Teaching Love (Dokyeom & Dino Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang