👣OCEAN 7👣

62 47 12
                                    

Sean kembali masuk ke dalam rumah dengan muka yang merah tercampur dengan emosi, Milly menuruni tangga dan melihat Sean sedang duduk sambil terlihat sedang menahan marah.

"Siapa?" Tanya Milly sambil mengaduk coklat hangat ditangan nya.

"Ga penting"
Jawab Sean santai sambil memainkan ponsel milik nya, Milly hanya mengangguk karena kali ini dia malas untuk bertanya, apalagi kalau dia bertanya-tanya Sean bisa menyangka dia perduli kepada nya, padahal massa bodo, mau cewe atau pun cowo, bukan urusannya.

Keesokan harinya

Di sekolah, seperti biasa Milly diantar oleh Sean sampai ke gerbang lalu pergi berjalan ke kelas nya masing-masing.

Terlihat Mayang dan Keyra sedang bekerja keras untuk mengerjakan tugas yang belum tuntas.

"Pr apaan?"
Tanya Milly menggebrak meja sambil mengunyah permen karet.

"Kimia, lo udh Mill?" Jawab Keyra.

"Ah santai, kedipin aja sama gua pak Janu mah" 

"Coba aja tuh kedipin, siapa tau tugas nya kaga jadi di kumpulin sekarang"
Ucap Mayang sambil fokus menulis.
Sedang kan Milly dan Keyra hanya ikut tertawa.

Saat mereka sedang mengerjakan tugas tiba-tiba Fita DKK langsung masuk ke kelas Milly dan menggebrak meja nya, membuat Milly langsung terkejut.

"Ngapain lo bangsat, datang-datang nge gebrak meja gue!"
Ucap Milly sambil berdiri di bangku nya.

"Bilangin ke nyokap lo, gausah ganggu bokap gue lagi, karena gue ga sudi punya sodara kaya lo!"
Ucap Fita dengan penuh penekanan, membuat Milly heran, apa maksud nya Fita.

"Dan bilangin gue juga ga sudi punya ibu tiri kaya dia"
Milly mencerna kata-kata Fita barusan, Ibu tiri? Apa lagi ini, tidak salah lagi Mamah nya pasti ingin menikah dengan Papah nya Fita.

"Bilangin gue juga ga sudi punya Bapa tiri dan sodara licik kaya lo!"
Milly beranjak dari bangku nya lalu pergi ke luar kelas dan pergi ke rooftop sekolah nya sambil sesekali menendang barang di sebelahnya.

"Bangsat emang tu jalang, siapa juga yang mau jadi sodaranya, ga ngotak, gila, mending gue mati aja sekalian, ga perduli gue sama semua, lagian buat apa gue hidup, kalau semua orang ga pernah denger omongan gue"

"Terus, buang semua rasa kesel lo"
Tiba-tiba terdengar suara parau dari arah belakang Milly, ternyata itu adalah Sean, sejak kapan ia ada disini. Spontan Milly langsung mengusap air mata nya.

"Se-sejak kapan lo disini?"

"Dari lo ngomong bangsat tu jalang, siapa juga yang mau jadi sodaranya, ga ngotak, gila, mending gue mati aja sekalian, ga perduli gue sama semua, lagian buat apa gue hidup"
Jawab Sean sambil meniru ucapan Milly juga nada bicaranya membuat Milly menjadi malu.

"Tapi emang bener gue kesel banget, masa nyokap gue mau nikah sama bokap nya Fita, gue ga bisa biarin, gue harus gagalin semua rencana nya!"
Milly menggebrak tembok di sebelahnya membuat tangan nya menjadi merah.

"Aw"
Spontan Sean langsung mengambil tangan Milly dan mengusap nya pelan.

"Jangan gegabah, ikutin aja alurnya, kalau memang udah waktunya semua nya bakal berjalan juga"
Ucap Sean dengan bijaksana, sambil menggenggam tangan Milly, Milly hanya bisa menatap Sean dengan dalam. "Kenapa gue jadi deg-degan gini ya deket Sean" batin Milly.

"Gausah deg-degan gitu, gue juga sama ko"
Ucap Sean membuat lamunan Milly menjadi goyah, dan membulatkan matanya saat Sean berbicara, bagaimana ia tahu apa yang di rasakan nya.

OCEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang