Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Vote⭐
♪♫•*¨*•.¸¸It's The Q¸¸.•*¨*•♫♪
“jadi kau menghubungiku hanya untuk menjemput anak ini?”
“bukankah kemarin kau meninggalkan nomer ponsenmu agar aku bisa menghubungimu kalau kejadian seperti kemarin terulang lagi?”
Hening begitu mencekam di antara kami. Hanya terdengar suara derungan CPU dari computer tua di meja kerja dan suaramu yang meringis kecil ketika kain basah berdarah-darah meyentuh permukaan kulit penuh lukamu.
Luka sobek kecil dipinggir bibir dan pelipis, darah eanggan berhenti mengucur jika tak segera ditangani. Lebam membiru di sekujur tubuhmu…. Ah, Yoshi. Aku tak tega melihatmu seperti ini.
“sial sekali. Aku meninggalkan calon pelangganku, calon pundi-pundi uangku hanya karena satu telepon darimu dan anak idiot ini… seharusnya mala mini aku sudah dapat banyak.”
“Haruto!”
Yeji, salah satu polisi wanita yang tadi menanganimu kini turun tangan untuk menghentikanku, menahan lengan bawahku agar tidak terayun sampai melukai pipi pria di depanku ini.
“ tenanglah. Kau bisa dituntun karena melukainya,” katanya
Oh, tuhan. Mana mungkin aku bisa tenang sementara mendengarnya terus mencaci-maki Yoshi. Dia bahkan membiarkan yoshinoriku hampir mati. HAMPIR MATI !
Dan masih bisa berbicara dengan nada meremehkan seperti itu. Yoshinori … mengapa tuhan membiarkanmu tetap tinggal bersamanya selama ini?
Perlahan kulepaskan genggaman yeji, menghela nafas lalu berjalan mendekatimu. Dengan tangan gemetar aku menempelkan plester luka di pelipismu, kemudian kuolesi lebam di tubuhmu dengan salep.
Percayalah, Yoshi. Ketika kau menatapku dengan sepasang netra madu idah dipadu dengan senyum selembut angin yang membelai kulitku di musim semi, aku sungguh tidak bisa menahan semua gejolak ini lagi.
Percayalah, Yoshi.
Akan kulakukan apapun yang kubisa untukmu.
Meski itu membuatku harus kehilangan nyawaku. Aku tidak akan apa-apa.
