🦊 12 🦊

3.7K 641 26
                                    

Jarum jam menunjukkan pukul 6 pagi, Mark malah sudah duduk manis di ruang tamu rumah Renjun. Dia tidak datang langsung dari Jakarta kok, kebetulan dia semalam menginap di rumah neneknya yang ada di Bogor. Jadi paginya bisa langsung mampir ke rumah Renjun untuk mengajak pacarnya itu olahraga, berhubung kata Junwook, Renjun itu pemalas banget buat bangun pagi apalagi olahraga.

"KAKAK CEPETAN DONG!!! ITU MARK UDAH NUNGGUIN KAMU DARI TADI!!!" Wendy berteriak marah-marah karena Renjun ini bergerak sangat lamban, mengalahkan siput.

Mark hanya bisa tersenyum kaku saja dan pura-pura tidak mendengar teriakan Wendy, walaupun sebenarnya telinganya lumayan pengang juga mendengarnya. Terdengar suara brak-bruk dari dalam yang tak lain pelakunya adalah Renjun sendiri.

"Bunda tuh berisik banget sih! Pagi-pagi bisanya cuma ngomel doang! Dikirain kuping Injun ini panci apa ya? Denger kok kakak tuh, nggak usah marah-marah!" gerutunya lalu ia membawa sepatu olahraganya ke ruang tamu kemudian langsung duduk di samping Mark.

"Kenapa sih, dek?" tanya Mark heran.

"Itu si bunda bawel banget. Nyuruh aku cepetan mulu, dikirain aku tuh sikat gigi, cuci muka nggak perlu waktu?" gerutu Renjun dengan ekspresi wajah yang merengut sebal.

Mark hanya bisa tersenyum lalu menepuk kepala Renjun pelan, "Udah, jangan gitu ekspresinya makin jelek ntar."

"Mas juga sih! Ngapain samperin aku pagi-pagi buta begini?! Aku kan masih pengen tidur!" protes Renjun pada Mark.

"Aku mau ngajakin kamu lari pagi, kan kata Junwook kamu malas banget buat bangun pagi apalagi olahraga," jawab Mark dengan polosnya. Ingin rasanya Renjun menggaruk wajah Mark sampai tak berbentuk. Rusak sudah rencana tidur sampai siangnya.

"Padahal aku mau bangun siang, mau leha-leha di kamar sambil nonton drama. Eh, malah disamper buat olahraga. Mas Marko nggak asik banget sih!" Renjun bangun dari duduknya setelah selesai memakai sepatu lalu mengeloyor pergi begitu saja tanpa berpamitan dengan orang rumah.

"Dek! Pamit dulu dong sama bunda!" Mark memanggil Renjun dari ruang tamu.

"Moh! Males banget aku pamit sama bynda! Mas aja sono!" Renjun masih dalam mode ngambeknya yang sama sekali tidak ada lucu-lucunya.

Mark akhirnya keluar untuk menyusul Renjun, "Dek, nggak boleh gitu sama bunda. Durhaka nanti kamu," bujuk Mark pada Renjun.

"Abisnya bunda tuh ngeselin banget sih! Aku mulu yang diomelin, tapi si Junwook nggak!" adu Renjun dengan bibir cemberutnya.

"Udah yuk, sama aku pamitannya," ajak Mark kemudian ia merangkul bahu Renjun agar mau diajak pamit pada bunda dan ayahnya.

Mau tidak mau Renjun mengikuti Mark masuk ke dalam rumah, "Tante, saya sama Renjun pamit dulu ya. Sebelum dzuhur Renjunnya udah sampe rumah."

Wendy mengangguk, "Hati-hati ya, Mark. Mau dibawa sampe sore juga nggak apa-apa, tapi jangan lupa dibalikin aja ya," balas Wendy dengan senyum tipisnya. Pandangannya beralih pada Renjun yang berdiri di sebelah Mark, "Heh! Kamu jangan nakal, nggak usah minta macem-macem sama Mark, jangan ngerepotin Mark!" peringat Wendy dengan galaknya.

Renjun hanya diam tidak merespon apalagi menatap Wendy. Omongan Wendy barusan hanya masuk kuping kanan keluar kuping kiri.

"Dah ya, pamit, bun. Assalamu'alaikum!" selak Renjun buru-buru lalu keluar dari dalam rumahnya.

Mark jadi tidak enak sendiri dengan Wendy yang tengah menatap kepergian anak sulungnya dengan pandangan bingung, "Kenapa sih tuh anak?"

"Hm tante, maafin Renjun ya. Duh jadi saya yang nggak enak. Nggak apa-apa Mark direpotin sama Renjun, tante. Dia kan sekarang pacar Mark, jadi nggak masalah. Kalau gitu saya permisi, assalamu'alaikum!" Mark mencium tangan Wendy lalu berlari menyusul Renjun yang sudah keluar lebih dulu.

GOJEK 📌 Markren ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang