HeeB : Akhir Pekan

32K 1.6K 10
                                    

"Besok sabtu, ada rencana?" Sambil terus mengerjakan latihan soal Jake memberi pertanyaan pada ku. Kami berada di kamar untuk belajar. Ini sudah menjadi kebiasaan usai pulang sekolah tiga hari terakhir.

"Belajar," aku memberitahu rencana payahku tiap akhir pekan.

"Aku, Fuma, Jay, dan Jungwon akan pergi kepantai. Ikutlah!"

Seperti biasa aku menolak. "Itu hanya akan membuat nilai ku turun."

Jake memajukan wajahnya untuk menatap ku lebih lekat. Ia menggeleng tanpa alasan yang jelas dan mendengus keras.

"Ikut saja, kalau benar nilaimu turun di try out senin besok aku tidak akan lagi mengajakmu keluar di akhir pekan," janjinya membuatku berfikir alasan lain.

"Ayahku tidak akan mengizinkan, sabtu dan minggu hari liburnya, ia akan berada di rumah sepanjang hari."

Jake menghela nafas dan kembali menegakkan duduknya. Usai perkataanku tersebut dia tidak lagi berkomentar.

Kami mengakhiri belajar pada pukul 9.15 malam, lebih awal 15 menit dari biasanya. Setelah Jake selesai membereskan buku-bukunya, aku mengantar ia untuk turun. 

Di pertengahan tangga aku melihat jika ruang tamu saat ini penuh dengan teman kerja Ayah. Aku panik dan hendak membawa Jake kembali memasuki kamar.

"Heeseung!" 

Habislah aku! Ayahku memanggil.

Karena sudah tertangkap basah mau tidak mau aku mengajak Jake untuk turun dan menyapa mereka.

"Jake?!" Salah satu teman Ayahku tampak mengenali teman ku ini. "Wah, sayang sekali Ayahmu harusnya hadir tapi dia masih ada urusan di lapang. Kasus saat ini sangat rumit."

"Siapa?" Ayahku bertanya menanggapi teman bugilnya yang memenuhi ruang tamu dengan asap rokok.

"Detektif yang menangani kasus ini, dia anaknya."

"Sampaikan salam ku pada Papa ya! Saya pamit permisi dahulu," Jake membungkuk sopan dan kami kembali berjalan keluar kediaman. Di perjalanan menjauh  aku mendengar mereka mengoceh jika Ayah Jake jarang pulang karena kasus yang dia atasi selalu terbilang kasus besar.

Jika sedang tidak ada kasus, ia akan berjaga di pusat 119 untuk mengawasi laporan yang masuk.

"Dia pengidap kanker," mereka kini sudah membahas hal lain saat aku masuk setelah mengantar Jake ke depan rumah.

Ketika di ujung tangga Jake mengirimkan pesan. Memberitahu jika kemungkinan akhir pekan Ayahku akan bermalam di kantor karena kasus yang dia tangani mendapat banyak perhatian publik. Disusul oleh link artikel tentang Pembunuhan yang meninggalkan rumus matematika di tubuh korbannya.

Aku bergidik saat artikel tersebut memberitahu jika pembunuhnya adalah anak SMA. Korbannya ada lima dan beritanya menjalar hingga kelas unggulan yang menyabotase nilai bernama Goldwin Lab, pembunuhnya adalah bagian dari kelas tersebut.

"Di mana guru les mu?" Tanya Ayahku yang kini berada di ambang pintu.

"Sudah pulang," tanpa berniat menoleh aku terus fokus pada buku yang ada di hadapanku.

"Waktu les berakhir pukul 10 malam, jangan buat ulah!"

"Kami ada LCC bulan depan, jadi Jake memintaku untuk belajar bersama tiap pulang sekolah."

Setelahnya bunyi pintu tertutup terdengar. Aku menoleh bersiap untuk Ayah pukul. Tapi saat aku berbalik, sosok Ayahku tidak terlihat berada di dalam kamar. Artinya dia pergi begitu saja. Nafas ku hembuskan dengan lega.

Ada apa dengannya?

Esoknya tutor yang pernah aku ceritakan tentang kencannya dengan mahasiswa falkutas ekonomi mengabari jika Ayahku mencutikan dirinya hingga bulan depan. Kedua alisku bertaut membaca pesan paniknya.

Otak ku berfikir hingga mencari kontak tutor lain untuk ku hubungi. Menanyakan dia akan datang jam berapa hari ini. Jawaban darinya cukup membuatku terkagum-kagum. Tutor lain juga dicutikan!

Kenapa segala hal yang berhubungan dengan Jake terasa begitu mudah? Pikir ku saat ingat jika malam tadi aku membahas LCC dan Jake kepada Ayah.

"Tada!! Kamar Heeseung!"

Terkejut ketika melihat Jake memasuki kamar ku dengan tiga temannya yang mengekor. Aku mengingat Sunoo pada momen ini. Energinya sangat mirip.

"Biasa aja, tidak ada TV dan PS, ranjang yang terlalu gemuk dan tinggi, sangat muram!" Jay berkomentar diangguki oleh Fuma.

"Kalian... sedang apa?" Tanyaku shock ringan.

Padahal aku bisa menebak jika mereka akan pergi ke pantai dilihat dari pakaian musim panas yang mereka kenakan membenarkan rencana Jake malam silam. Jungwon membuka lemariku dan meraih beberapa kaos.

"Sudah jam empat, kita akan terlambat menyaksikan sunrise," Jungwon berjalan mendekat bersama beberapa setel pakaian pilihannya.

"Justru itu... Ini masih jam empat. Bagaimana bisa kalian mengganggu orang di awal hari?" Bahkan aku belum mandi karena air masih sangat dingin.

"Betul!" Fuma menguap merangkul pundakku, tercium jelas dia juga tidak sempat mandi. "Aku saja masih setengah sadar ini."

Aku menjauhkan dirinya dariku saat mulutnya sungguh fantastis bau.

"Keluar! Aku akan siap dalam 10 menit," titahku mendorong mereka semua keluar dari kamar.

Sebelum turun aku membuka kamar Ayah yang telah kosong. Sesuai dugaan Jake, setelah berkumpul dengan temannya. Malam itu juga Ayahku pergi dan terpantau belum pulang sampai subuh ini.

Kebisingan terdengar dari arah dapur, terlihat mereka sedang bergurau bersama pembantu rumahku. Sambil memakan sarapan yang seadanya rumah ini mendadak terisi.

"Di mana Fuma?" Tanyaku melihat hanya pria itu yang tidak hadir di meja.

"Lagi sikat gigi," Jungwon menanggapi.

Aku melirik Jake yang sedari tadi tampak diam. Ia melamun seperti tidak ada nyawa. Secara tiba-tiba aku terpikirkan untuk menghiburnya dengan sebuah candaan.

"Hei!" Jake menoleh saat aku berbisik. "Wajahmu kenapa ditekuk? Seperti umurnya pendek saja!"

Tidak ada jawaban darinya, ia hanya terus menatap ku beberapa saat hingga tawanya kencang. Memukul Jay yang hendak meminum kopinya.

"Lucu banget! Jay percaya gak kalau Heeseung sudah mulai bercanda? Ia berkata jika wajahku seperti orang berumur pendek!" Tawanya melengking.

Jay tersedak dan melemparkan tatapan tajam nya padaku. Sepertinya pria itu marah karena membuat Jake memukul dirinya hingga ia tersedak kopinya.

Kami berangkat tepat pukul lima pagi. Jungwon kecewa karena saat sampai dipantai cuacanya sudah sangat panas dan dia hanya bisa menikmati sunrise saat di perjalanan.

Sudah lama aku tidak keluar bermain bersama teman ku. Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku melakukan hal seperti ini.

Satu hari penuh aku tersenyum dan tertawa tanpa takut akan penderitaan yang muncul setelahnya. Semua kebahagiaan dan tangis pasti akan muncul untuk keseimbangan. Aku menerima fakta alam ini.

Akan kuhadapi dengan berani.

tbc...

"Jangan pernah terbang tanpa sayap, Hee! Agar kita tetap berlima

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan pernah terbang tanpa sayap, Hee! Agar kita tetap berlima."



Heebreath ๑ HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang