HeeB : Blue Day

26.8K 1.5K 16
                                    

Aku memandang bangunan berwarna abu-abu dengan sedikit variasi warna merah. Siang ini sangat panas, namun aku memakai hoodie berwarna hitam yang tebal. Caps hoodie yang menutupi kepala segera ku naikan kembali saat sempat merosot karena aku mendongak untuk membaca tulisan Rumah Sakit Jiwa.

Dengan langkah cepat aku memasuki gedung besar itu. Jangan salah paham, aku hanya ingin membuktikan kepada guru melukis ku bahwa pendapatnya tentang ku salah total.

Di sana aku mendapat perintah untuk mengisi beberapa formulir. Serta membayar untuk sebuah sesi yang berdurasi 1 jam.

Selama menunggu untuk giliran aku terus menggerakan kaki dan melirik sekitar. Aku juga mengusahakan untuk menutup wajah dengan hoodie. Aku menunggu sesi ku dengan jantung yang bertedak cepat.

"Atas nama Lee Heeseung?"

Segera ku tegakan kaki ku hingga berdiri dan berjalan memasuki ruangan berpintu putih. Di dalam sana terlihat seperti ruangan kerja biasa. Seorang wanita berambut pendek mengulurkan tangannya untuk meminta ku duduk.

Keningnya berkerut saat membaca formulir yang sempat aku isi beberapa waktu lalu. "Kau ke sini karena direkomendasikan oleh seseorang?"

Aku mengangguk dengan pertanyaannya. Kemudian dia mulai menyingkirkan formulirku dan memusatkan pandangan kepada diriku.

"Ceritakan lah kenapa dirimu bisa kemari."

"Sudah ku beritahu, jika seseorang merekomendasikan untuk ku," aku sedikit ngegas.

Dia menggeleng. "Bukan alasan kenapa akhirnya kamu memilih tempat kami untuk berkonsultasi. Namun, alasan kenapa dirimu berfikir perlu berkonsultasi dengan psikolog."

"Ah tentang itu," aku menelan ludah. "Seseorang memintaku."

"Orang tuamu? Apakah mereka di luar sekarang?"

"Bukan! Seorang guru memintaku."

Anggukan kepala darinya membuat ku lega. Akhirnya dia paham juga.

"Baiklah, mulai dengan hari ini. Bagaimana perasaanmu?"

"Bingung dan cemas."

"Kenapa kamu bisa merasa bingung dan cemas?"

Aku mengigit bibir bawahku. Kaki ku mulai kembali ku gerakan. Jika saja aku tahu jawaban dari pertanyaanya. Aku tidak akan menggores lengan ku sebagai hukuman tadi malam.

"Bertanya seperti itu hanya akan membuat ku bingung," jawaban ku membuat nya melihat sebuah kertas lain.

"Kau bisa jawab beberapa pertanyaan di sini," dia menyerahkan padaku tiga lembar kertas yang telah disteples. Isinya sekitar 45 pertanyaan dengan pilihan tidak pernah, pernah, netral, sering, dan sangat sering.

Sebelum mengerjakan, aku melirik dirinya sekilas. Kemudian mulai mengerjakan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan sisa waktu konseling 40 menit.

Pertanyaan pertama hingga kelima tidak ada halangan apapun. Mereka hanya menanyakan seputar basic mood. Namun, setelah lima soal tersebut, aku mulai sulit untuk memilih. Aku tidak yakin dengan apa yang aku rasakan dan alami.

Apakah kamu senang dengan perhatian yang Ibu mu berikan?

Keringat ku mengucur deras. Meja yang sedang aku gunakan untuk menggarap bergetar karena kaki ku tidak bisa diam. Aku tidak yakin apakah senang dengan perhatian dari Ibuku? Melihat jika aku benci saat Ibuku memasakan sayur dan telur rebus untuk ku. Serta benci saat Ibu memperhatikan nilaiku.

Namun, aku juga benci ketika Ibu ku berpaling dariku. Sebenarnya apa yang aku inginkan?

Secara kasar aku berdiri dan meninggalkan ruangan secara tidak sopan. Aku berjalan keluar sambil menggigiti kuku. Sebagai informasi, aku hanya tahan menjawab sebanyak 12 soal.

Keringat ku bertambah deras karena cuaca sedang panas. Ditambah diriku yang menelusuri trotoar dengan berjalan.

Aku takut tentang pertanyaan berikutnya yang ada dalam kertas soal itu. Sangat sulit untuk memilih. Pikiran ku tidak bisa berfikir.

"Heeseung!"

Sosok Jake tiba-tiba sudah berada pada radius 1 meter di depan ku. Dia berjalan mendekat karena aku berhenti. Terlihat dia menghela nafas saat pertama kali melihatku secara detail.

"Kau kemana saja? Apakah tidak membuka ponsel?"

Langkah ku memundur. "Kenapa?"

"Aku khawatir pada mu bodoh! Papa ku bilang jika Ayah mu dan Ibu mu sudah resmi bercerai. Jadi, aku hanya ingin menanyakan bagaimana keadaanmu setelah tinggal dengan Ibu mu. Apakah semuanya membaik?"

"Peduli apa kau?" Jawab ku marah. Dia terlihat terkejut dengan bentakan ku.

"Heeseung?"

Aku meneruskan jalan ku dengan menutup mata atas keberadaan Jake. Namun, bukan dia jika menyerah begitu saja. Dari ujung mataku bisa melihat sosok nya yang berjalan menyusul diriku.

"Heeseung!"

Tak ku hiraukan panggilannya. Langkah terus ku jalani sampai tubuhnya yang lebih pendek dariku itu menghalangi.

"Ada masalah?"

"Awas!" Aku meminta nya untuk memberiku jalan.

"Apa karena Kazuha? Aku melihat dia memposting foto dengan kakak kelas di instagramnya."

Kening ku berkerut. Perihal hal tersebut aku bahkan belum tau.

"Jangan khawatirkan perempuan seperti dia! Itulah alasan aku melarang mu, selain dia mantannya Jay. Aku mendapat informasi jika dia suka memanfaatkan."

"Tidak perlu khawatir," aku akhirnya sudi berbicara dengan Jake untuk saat ini. "Aku dan dia tidak ada hubungan apapun."

Jake menarik hoodie ku dan membawa tubuh ini berlari untuk kesebuah tempat. Dia memperlihatkan diriku sebuah tanah kosong yang luas berada di samping sekolahan dasar.

"Lihat," jemarinya menunjuk 9 gundukan pasir kecil. "Tadi pagi aku pergi untuk memberi makan kucing yang berada di gang sempit itu. Kau ingat?"

Aku mengangguk agar dia terus berbicara.

"Tapi, sesampainya di sana..." Sekitar 10 detik terjeda, tiba-tiba dia tumbang. Berjongkok dan menutupi wajahnya dengan lipatan lengan. Ia terisak. "Kucing-kucing itu sudah meninggal... Aku rasa penghuni di sana ada yang memberi mereka racun tikus."

Mendengar informasi tersebut membuatku ikut berjongkok dan mengelus pundaknya.

"Satu diantara mereka ada kucing betina yang sedang hamil," dia mendongak dan memperlihatkan wajahnya yang sudah bergelumur air mata.

Aku memeluknya. "Kenapa mahluk hidup harus kembali pada Yang Kuasa dengan cara seperti itu?"

Pertanyaan Jake tidak dapat aku jawab. Aku bahkan lebih mempunyai banyak pertanyaan tentang kehidupan ku. Kami punya segala hal untuk dipertanyakan, namun terkadang tidak ada jawabannya.

tbc...

Heebreath ๑ HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang