HeeB : Music Make You Life

28.7K 1.4K 69
                                    

"Kalau diberikan kesempatan untuk mengubah hidup, apa yang akan kamu ubah?"

"Aku akan memilih untuk tidak dilahirkan," aku menjawab tanpa membuka mata. Sepenuhnya ingin tidur.

Selamanya.

"Aku tahu dunia ini sangat problematik, tapi alasan kamu dilahirkan juga karena telah dijanjikan sesuatu oleh Tuhan kan?"

Jake benar, aku menyetujui pria itu. Pertanyaannya hanya satu, Apa yang Tuhan janjikan hingga aku memilih untuk dilahirkan daripada harus menetap di surga Nya yang indah?

Secara mendadak aku mengingat audisi untuk esok hari. Aku membuka mengambil tiket glossy tersebut dari dalam tas. Menyerahkannya pada Jake.

"Ambilah," ucap ku.

Dia terkejut sejenak. "Apa yang kau lakukan?"

"Aku tidak ingin mengikuti audisi, kau bisa gunakan ini jika ingin."

Posisi Jake yang tadinya berada dalam jarak dua meter dari tempat ku duduk. Dia segera mengikis jarak. Duduk lengket dengan ku.

"Hei, ini kesempatan besar. Itu tiket untuk 100 peserta saja. Kenapa tiba-tiba tidak ingin bertempur?"

Pandangan ku berpusat pada tiket glossy berwarna ungu tua itu. Tertulis 'Dream Come Over You' berada di sana. Aku mendongak, menatap senja dari atas rooftop. Kami berada di sana sejak 30 menit lalu, usai rampung belajar rutin untuk LCC.

"Kalau dijual ada yang minat tidak?"

Jake semakin kaget. "Heeseung!" Ia tampak marah. Dia berdiri dan mengambil ranselnya.

"Pokoknya besok kau harus hadir! Aku akan menjemputmu!"

"Kenapa kamu sangat ingin aku yang audisi? Bukankan ini juga kesempatan mu untuk ikut jika aku menawarkan?"

Helaan nafas berat dihembuskan dari dadanya. Jake menatapku dengan wajah datar sejenak, kemudian tersenyum hangat. "Percayalah, aku punya alasan sendiri."

Tanpa mempedulikan diriku yang akan protes. Dia menarik kerah ku dan membawa ku turun dari area rooftop.

"Aku tidak akan menjawab semua pertanyaan mu. Kau juga tidak pernah menjawab pertanyaan ku, kan?"

Mulut ku tertutup rapat saat mendengar perlawanan Jake yang susah untuk di tangkas. Yang awalnya ingin mengajukan sebuah pertanyaan, kini aku kembali menelan semuanya.

"Ngomong-ngomong sudah dengar lagu yang ku kirim?" Dia bertanya sebelum kami berpisah di gerbang sekolah.

Pandangan ku arah kan ke sekitar. Menghindari manik Jake yang membuat ku salah tingkah karena aku belum mendengar file yang ia kirim.

Tampak kesal, Jake meninju perut ku hingga sedikit rasa nyeri membuat ku meringis. "Maaf, akan ku dengar kan di perjalanan."

Ia berdecak dan memutar bola matanya. Kemudian meninggalkan ku terlebih dahulu. Melihat sosok nya yang menjauh aku mengeluarkan headphone dan ponsel.

Sambil melangkah menelusuri trotoar. Aku mendengarkan trek yang Jake kirim. Hingga sekitar delapan langkah diinjak, aku berhenti. Mencerna melodi dan lirik yang familiar.

Ini adalah lagu yang aku cari dari dulu. Lagu yang pertama kali aku dengar di warung ttoebokki. Jake menyanyikan ini saat meneduh di sana, bernyanyi dengan beberapa anak kucing yang menatapnya.

Tidak mau dilewatkan, aku berlari memutar arah. Menyusul Jake yang sepertinya belum terlalu jauh meninggalkan gerbang sekolah.

Trotoar arah pulang Jake tampak lebih ramai dari trotoar yang aku pakai untuk pulang. Sampai kewalahan berlari melewati pejalan kaki di sana untuk mencari sosok pendek dengan bahu lebar alias Jake.

Sampai di mana gerombolan kucing menghentikan diriku melangkah. Jika ada kucing maka ada?

Benar saja di balik semak terlihat Jake sedang memberi makan para kucing. Dia sekolah saja membawa pakan kucing. Aku membungkuk dengan menopang badan pada lutut, menghirup oksigen dengan serakah.

Jake yang kebingungan berdiri dari tempat dan mendekat. "Ada apa?"

Buru-buru ku tegakan badan. Memikirkan jawaban kenapa aku bisa se-effort ini menghampiri Jake. Tak menemukan jawaban akhirnya aku menggaruk tengkuk yang tiba-tiba terasa gatal.

"Kau akan menjemput ku besok untuk audisi?" Aku menemukan topik lain.

Sebelum menjawab, Jake mengemas pakan kucingnya untuk ia masukan ke dalam ransel. "Aku tidak mau kamu menyia-nyiakan ini. Jadi, besok sungguh akan ku jemput. Memastikan jika dirimu ikut audisi."

Kami keterusan sampai jalan entah kearah mana sambil mengobrol. Sesekali mampir untuk membeli jajanan pinggir jalan untuk di makan sambil melangkah. Sampai di mana diriku berani untuk menyinggung lagunya.

"Sebelum bertemu di sekolah, aku pernah bertemu dengan mu di tiga tempat."

Jake yang saat itu sedang mengunyah makanan mendelik kaget. "Beneran?"

"Iya," anggukan kepala membuat dirinya semakin penasaran. "Saat berangkat sekolah aku melihat mu memberi makan kucing ayam goreng di depan TXT, kedua aku melihat mu bernyanyi lagu ciptaan mu ini di warung ttoebokki, dan terakhir aku melihat mu bernyanyi di lapangan wisata astronomi."

"Wah! Hebat! Dunia sempit ya?"

Sambil tersenyum aku melanjutkan. "Jujur aku mencari judul lagu yang kau nyanyikan di warung ttoebokki sejak lama."

"Apa ini? Sepertinya kamu sedang menyatakan cinta padaku," ia bercanda membuat ku terkekeh sebal.

Datang di waktu yang tepat. Jake menarik ku untuk ikut bergabung di kerumunan orang yang sedang menonton penyanyi jalanan. Saat lagu telah usai, Jake mengajak ku untuk mengajukan diri.

Kami akhirnya bernyanyi bersama di sana.  Menyanyikan lagu berjudul Landslide sesuai request an diriku. Jake menurut karena ia sepertinya tahu dan bisa menyanyikan lagu apapun.

tbc...

Heebreath ๑ HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang