08. Strange Creature

44 10 0
                                    

Sebentar lagi ujian kelulusan sudah akan ada di depan mata. Aku berkutat dengan pikiranku sendiri tentang bagaimana aku akan bisa menyelesaikan ujianku dengan baik nantinya? Aku harus mulai belajar dari mana? Rasanya kepalaku pusing sekali mengingat bagaimana persoalan matematika sangat susah aku pahami dengan cepat.

"Azell, ayo ke kantin. Aku ingin makan sesuatu sebelum pelajaran tambahan nanti." Fayza duduk di depan bangku yang aku duduki, membuyarkan pikiranku.

"Kau yang bayar," jawabku langsung pergi ke luar kelas.

Fayza menatapku tak percaya, ia langsung berlari mengejarku.

Sekolah sudah mulai tak ramai seperti sebelumnya, hanya tersisa siswa-siswi yang sudah menginjak kelas akhir sepertiku. Mereka harus merelakan waktu istirahat pulang ke rumah masing-masing hanya untuk mengikuti pelajaran tambahan yang akan di lakukan untuk beberapa bulan kedepan demi mempersiapkan yang terbaik untuk ujian kelulusan nanti.

"Fayza, cepatlah kelas sudah mulai sepertinya," ungkapku panik begitu melihat tak ada satu pun siswa yang masih di kantin kecuali kami berdua.

Anak itu, Fayza masih sedang memilih camilan dengan santai seolah ia tak mengkhawatirkan apa yang sedang aku khawatirkan. Aku mulai geram saat ia sudah membayar ia malah ingin memilih-milih kembali kaleng minuman. Segera aku menarik tangannya untuk segera beranjak dari toko makanan itu. Fayza dan toko makanan harus segera di pisahkan.

"Azell, ya ampun. Kau tidak melihat makanan bawaanku? Pelan-pelan," protesnya saat kami sudah sampai di kelas.

Menarik napas, kemudian aku pergi membawa tasku dan tasnya untuk ke aula. Karna pelajaran tambahan di laksanakan di aula sekolah yang sudah di persiapkan untuk pembelajaran tambahan bagi semua angkatan kami.

Aku bernapas lega begitu melihat tak ada guru yang sudah masuk. Mataku melirik sekitar, bangku-bangku sudah terisi penuh.

"Fayza, Azell!"

"Kalian tidak menyisakan bangku untuk kami?" Tanya Fayza dengan tatapan tajamnya, Zenna hanya menggeleng pelan dengan senyum tanpa dosanya.

"Kau tahu? Kami sudah menyiapkan dua bangku. Tapi tadi Zenna memintaku untuk menemaninya ke kamar mandi, dan saat kami kembali bangkunya sudah terisi oleh anak kelas lain," jelas Bella menatap kesal dua bangku yang sudah mereka siapkan untuk kami berdua telah di tempati siswa lain.

"Tidak apa-apa, di paling belakang sana ada bangku kosong sepertinya." Aku menunjuk bangku paling belakang yang masih kosong.

Bangku kelompok itu ternyata sudah terisi oleh satu orang laki-laki. Entah siapa, dia membelakangiku. Karna dia telah duduk di sana maka aku harus meminta izin pada orang itu untuk duduk bergabung bersamanya.

"Maaf, apa aku dan temanku boleh duduk disini?" Mintaku sopan.

Hening, dia tak menjawabnya dan juga tak memutar tubuhnya. Apa dia tidak mendengarku? Apa suaraku terlalu kecil?

"Apa dia tuli?" Bisik Fayza menyenggol bahuku, "Ayo duduk saja." Fayza menarikku sampai kami terduduk di bangku.

Mataku membelalak begitu melihat siapa yang sedang aku ajak bicara tadi. Ia menatapku tanpa ekspresi, wajahnya begitu datar seperti jalan tol.

Aku berdehem kikuk, ia tidak mengalihkan pandangan dariku! Apa wajahku ada sesuatu yang menempel? Atau rambutku berantakan terlihat seperti singa? Segera aku merapihkan rambut serta wajahku. Atau mungkin ada yang salah dengannya?

AGAINST DEATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang