17. Crazier

22 0 0
                                    

"Kau serius ayahku tidak akan pulang hari ini?" tanyaku entah pertanyaan yang keberapa kalinya.

"Aku bisa melakukan sesuatu jika kau tak ingin ayahmu pulang ke sini."

"Maksudmu?" tanyaku heran.

Dia duduk di bangku tempat makan yang biasa ayahku duduk dengan menyilangkan kaki panjangnya itu, "Aku harus tinggal disini."

Tanganku berhenti mengaduk nasi goreng di piring yang baru saja aku buat, "Apa kau bilang?! Maksudmu aku denganmu tinggal bersama? Di satu rumah, disini?!" sewotku tak bisa memelankan suaraku.

Itu ide gila, mana mungkin aku akan mengizinkan laki-laki yang bukan saudaraku tinggal hanya berdua denganku di rumah ini.

"Jika kau tidak mau maka terserahlah, ayahmu akan kembali begitu aku pulang sekarang," balasnya, menggodaku dengan menaik-naikkan sebelah alisnya dan juga wajah tengilnya.

Apa aku harus melakukan hal itu agar aku tak bertemu ayahku sekarang? Tapi aku sungguh sangat tidak ingin melihat wajahnya lagi. Itu membuatku kembali merasakan sakit melihat wajah yang dulunya sangat menyayangi semua keluarganya kini berbanding terbalik 180 derajat.

"Jika kau diam, maka aku akan menganggap kau menyutujuinya. Aku tidak akan menawarkan untuk yang kedua kalinya." Ia berjalan menghampiriku, membenarkan rambut berantakanku ke belakang telinga.

"Kau menyakiti ayahku?" tiba-tiba saja pertanyaan itu terbesit di otakku. Bagaimana pun aku masih menyayanginya walaupun tak sebesar dahulu.

"Tenang saja," ucapnya, lantas pergi meninggalkan meja makan.

Aku melihat nasi goreng yang ada di piringnya sudah habis tak tersisa. Apa dia tidak makan satu bulan? Aku menoleh, dia sudah naik ke lantai atas. Aku benar-benar tidak percaya, dia nampak sedang berada di rumah nenek moyangnya sendiri.

Setelah membereskan dapur cukup lama, aku pergi ke kamarku. Kepalaku celingukan mencari-cari orang itu kemana pun tapi aku tidak menemukannya sama sekali batang hidungnya. Apa dia pergi? Lantas tawarannya itu untuk apa jika ujung-ujungnya pun dia tetap pergi begitu saja seperti ini? Memang sangat benar-benar menyebalkan.

Dengan kesal aku menutup pintu kamar mandi yang berada dalam kamarku dengan kencang. Menenggelamkan seluruh tubuh lelahku di bathtub. Wangi aroma bunga-bunga menyeruak di seluruh kamar mandi, membuatku merasa tenang, ini sungguh terasa nyaman sekali. Rasanya jika sudah berendam dengan aroma-aroma harum bunga-bunga sangat menenangkan.

"Ah ini sangat menyegarkan..."

Hampir setengah jam aku habiskan untuk membersihkan tubuh yang sudah menjadi kegiatanku setiap harinya.

"Menyebalkan sekali, dia tidak perlu mengatakan itu kalau ingin tinggal di sini jika sekarang pun dia sudah pergi. Dan dia pun tidak izin dulu padaku?! Huhh," gerutuku kesal entah pada siapa saat baru saja keluar kamar mandi.

"Siapa?"

"Aaaahhkk!!! Mengapa kau ada di sana?! Sejak kapan?!" jeritku sekencang mungkin sampai burung-burung yang ada di pohon yang ada di depan balkonku berterbangan.

Ini benar-benar sangat menyebalkan, sejak kapan dia tertidur di kasurku? Dan sejak kapan dia ada di sana? Bukankah tadi aku tidak menemukan siapa pun di dalam kamarku?

Lantas dia berdiri, "Mulutmu itu jika saat berteriak sangat merusak gendang telinga."

Ia berjalan mendekatiku yang hanya memakai handuk sepaha yang melilit tubuhku. Bahu dan pahaku terekspos bebas dengan sangat jelas. Aku mengeratkan handukku dengan tangan se-erat mungkin.

AGAINST DEATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang