Altaf Sweet Ugha

86 3 0
                                    

Sudah hampir sebulan lamanya, sejak kejadian mereka putus. Sara masihlah orang yang sama. Tak berubah banyak kehidupan setelah hilangnya Mantan.

Memang ada yang berbeda, jika biasanya selalu bangun pagi diingatkan Ardit, tugas juga dikerjakan olehnya dan Sara tinggal terima beres, dan jangan lupakan belajar bersama tiap minggu siang.

Sekarang beda halnya, sendirian tanpa Ardit menjadikan hidupnya makin berantakan. Berangkat terlambat, lupa bawa tas ke sekolah,  membolos tiga kali seminggu, dan jangan lupa Altaf yang senantiasa membantunya lompat dari tembok belakang sekolah.

Kembali lagi hari terulang, kini malam minggu tepat empat belas februari. Altaf membawanya  pergi. Tak seperti biasanya memang. Jika di hari sebelumnya, mereka hanya ngopi atau membeli liquid baru. Tentu saja Sara bukan pecandu vape. Hanya pengguna.


Tapi malam ini, sudah lama motor sport Altaf tak dipakai. Biasanya Sara menyuruhnya pakai matic saja biar gampang nyelip dan tidak mudah dikenali satpam sekolah.

"Kesurupan apa, sih ni anak," batin Sara.

Altaf membawanya menuju puncak. Sesampainya di sebuah cafe dengan pemandangan menuju tebing yang indah berhiaskan bintang. Mereka berbincang seperti biasa.

"Sar,"

"Pa'an,"

"Lo cantik,"

"Apaan dah, perasaan dari dulu muka gue sama aja,"

"Nggak, sebenernya gue udah lama suka sama lo,"

"Taf,"

"Mungkin lo nggak sadar, tapi rasa suka ini bukan karena fisik lo, Sar. Rasa suka gue tanpa alasan,"

"Taf, gue nggak mau kalo kita pacaran lalu putus terus lo ngejauh. Gue sama siapa, Taf?"

"Sar! Percaya sama gue, lo akan terus sama gue. Ijinin gue buat jagain lo ya?"

Sara terdiam menatap Altaf. Mencari kebohongan yang tak terlihat sama sekali. Apa Altaf sungguhan?

"Taff,"

"Sar, percaya sama gue,"

Sara mengangguk dan mereka berpelukan. Dia harus percaya dan mengijinkan Altaf untuk mengisi hatinya.

"Lo tau ngga? Gue ngumpulin keberanian sampe saat ini tiga tahun, bego. Lu malah mau nolak, gue jitak lu,"

"Ih kasar, mau pacaran cuma lima menit?"

"Iya, iya sayang. Rela jadi bucin deh buat lu doang"

BalikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang