Prolog 2

345 15 0
                                    

“Nggak, gue nggak terima diperlakukan gini.”

“Apaan sih, Dit? Tinggal putus aja apa susahnya? Lagian lo juga punya banyak koncian kan? Gue rasa lo nggak akan jomblo selama tiga hari setelah kita putus.”

“Bukan gitu, Ra. Apa kata anak – anak se-angkatan kalau tahu gue diputusin cewek? Lo pikirin gue juga dong.”

“Jadi setelah lo selingkuh berkali – kali, lo masih gengsi diputusin? Holy shit!! Sial banget gue punya calon mantan jenis lo.”

“Bagus deh kalau lo sadar gue selingkuh.”

“Fine. Sekarang, setelah lo ngaku kalau selingkuh dan nggak mau gue putusin, lo maunya apa?”

“Gue yang putusin lo.”

Sekali hembusan menahan emosi, “Ya udah cepet,”

“Kita putus.” Ucap Ardit final.

“Udah putus kan? Nih barang nggak penting yang pernah lo kasih,”
sembari Sara menyodorkan se-kardus penuh boneka.

“Buang aja deh, gue nggak butuh barang bekas lo.” Ucap Ardit penuh kesombongan dan pergi begitu saja.

“Makasih, Dit. Makasih, makasih banget atas penghinaan yang lo kasih. Gue maafin tapi nggak akan gue lupain.”

BalikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang