4|Dia lagi

242 43 10
                                    

Playlist|Dia <Anji>

Keluarga yang baik dibagun dengan cinta, dimulai dengan kasih sayang, dan dipelihara dengan kesetiaan.

***

Keluarga kecil itu terlihat sangat bahagia, rasa nyaman menguar diantara ketiganya seolah menambah kesempurnaan keluarga kecil itu. Airell sangat bersyukur dilahirkan dari rasa cinta kedua orang tuanya, walaupun dia hanya anak semata wayang dan ayahnya selalu pulang malam tapi hari harinya tak pernah sepi karena kehadiran Nayla sebagai seorang ibu yang mampu membuat harinya berwarna tanpa rasa sepi.

Ketiganya sedang berkumpul di depan meja makan yang menyediakan berbagai makanan lezat.

"Gimana sekolahmu Airell?" tanya Edzar pada anaknya, Airell mendongak bingung harus menjawab apa.

"Lancar pah," celetuk Airell tak mau ambil pusing.

"Udah ngambil ekskul?" tanyanya lagi membuat sesendok nasi yang hendak ia makan terpaksa disimpan kembali.

"Belum, masih bingung." Jawab Airell sekenanya.

"Bukannya sejak dulu kamu suka basket, kenapa nggak ngambil ekskul itu aja?" kali ini Nayla yang bersuara, memang dari kecil hobby Airell bermain basket, disaat teman teman seusianya asyik bermain barbie, ia malah memilih berpanas-panasan di luar hanya untuk bermain basket bersama Edzar ayahnya. Bukan hanya sekali dua kali Airell merebut beberapa penghargaan dari lomba yang pernah ia ikuti.

"Iya juga ya, tapi OSIS kayaknya seru, atau kesenian aja ya? Eh enggak deh itu terlalu gemulai, atau PMR aja?atau komunitas pencinta alam? tapi volly kayanya seru juga, tapi mending basket, udah fix basket aja." Nayla dan Edzar dengan kompak mengibaskan tangannya di depan Airell.

"Terserah." Jawab keduanya bersamaan.

***

Sinar bulan menerpa wajah Airell membuatnya terlihat bersinar seperti bulan, sangat cantik.

Tangannya terpangku pada sekat jendela kamarnya yang lumayan luas, Airell sengaja mendesainnya begitu agar langit malam terlihat jelas di dalam kamarnya. Dipandangnya satu persatu bintang yang berkelip dengan latar langit hitam kelam membuatnya semakin indah dipandang. Merupakan suatu kebiasaan setiap malam tiba Airell selalu berada ditempatnya sekarang. Bagai candu, bintang bintang itu selalu menemaninya dikala ia senang maupun sedih.

Jari tangannya mengacung, seolah sedang melukis dengan langit sebagai canvas nya. Jarinya bergerak lincah membentuk senyum seseorang.

Senyum itu.

Senyum? Tapi itu nampak seperti cengiran. Airell mengingat ngingat cengiran siapa itu, terlihat sangat familiar. Terlintas wajah Alden di benaknya.

Ah... Cowok itu selalu menghancurkan dunianya.

Jauh dari tempatnya berada, seseorang pun melakukan hal yang sama dengan Airell, memandangi langit malam.

Berbeda dengan Airell, cowok itu nampak sangat kesepian, dari sorot matanya menunjukan ada sebuah rindu yang menggupal dibenaknya. Ia benci malam, sangat membencinya. Angin malam bagai pedang yang sewaktu waktu bisa membunuhnya, sama halnya dengan Langit malam yang terlihat sangat gelap, kelam dan mencekam.

Tak ada lagi senyum ceria yang selalu ia tampakan, topengnya terbuka menampakan sorot mata penuh luka dan kesepian

Hanya sepi lah temannya selama ini.

Ia kesepian

Sangat kesepian

Sampai keduanya terlelap dengan perasaan masing masing.

ALDEN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang