6|Cemburu?

210 36 14
                                    

Playlist|Moment <Christopher>

"Wujudnya dekat, namun melihat senyum itu bukan untuknya lagi ia merasa semakin jauh"

***

Bel tanda istirahat berbunyi nyaring memenuhi gendang telinganya, soal soal penuh rumus sudah ia kerjakan seluruhnya dengan susah payah, Airell hendak bangkit namun tangannya dicekal oleh sang pembawa sial. Ini benar benar di luar batas, kalian tahu emosi seseorang yang sedang lapar? Bisa saja Airell patahkan tangan Alden dalam sekali hentakan, tapi melihat keadaan ia urungkan niatnya tadi.

Airell tersenyum menahan amarah, "Apalagi tuan Alden? "

Alden benar benar senang melihat wajah penuh amarah Airell, sangat menggemaskan dan menyeramkan diwaktu bersamaan.

Alden menjentikan jari kelingkingnya, yang merupakan kode cicilan hutang budi Airell padanya.

"Inget gak waktu lo nebeng ke sekolah? Kalo buat balasan itu gue minta lo ke kantin bareng gue tiap hari! "

Airell menghela nafas ketika sekelibat bayangan Alden sedang merapalkan deretan kata-kata cicilan hutang budinya.

"Buruan gue laper!" Ucap Airell dengan wajah datar.

"Anjing pinter." Alden mengacak rambut Airell gemas sambil tersenyum manis menampakan lesung pipit di kedua pipinya.

***

Airell ternyata salah menyimpulkan ucapan Alden, ia berfikir Alden hanya menyuruhnya berjalan ke kantin bersama saja, namun penderitaannya tidak sampai situ malah sekarang Airell dipaksa untuk duduk bersama Alden dan budak budaknya.

Kaki Airell dan Alden sedang sama- sama bertarung di bawah sana, Airell gemas ingin membunuh Alden, kesalahan apa yang ia buat hingga makhluk seperti Alden dikirim Tuhan untuk mengganggunya.

"Lo berdua cacingan? Gak bisa diem apa tuh kaki dari tadi grasak grusuk gak jelas" Fero yang sedari tadi melihat tingkah keduanya kesal, karena kaki Airell dan Alden tidak bisa diam ia tak bisa melahap mienya dengan tenang.

"Temen lo yang cacingan" Dengan sekali hentak kaki Airell menginjak dengan keras kaki Alden hingga Alden meringis kesakitan.

"lo yang cacingan, masa cogan cacingan? Gak simetris banget" Alden balas menginjak kaki Airell, namun Airell mampu menghindar.

"Simetris apaan anjir?"

"Gak tau simetris? Sekolah dimana sih lo? "

Arfan menoyor kepala Alden "sekolah dia sama kaya kita bego"

Tak disadari keempatnya, tiba tiba seseorang datang dan langsung duduk disebelah Airell, suasana yang tadinya penuh canda kini berubah sangat dingin mereka berempat diam namun matanya melihat kearah seseorang tadi.

"Kenapa? Kok pada diem? Lanjut aja ngobrolnya" Dengan santai seseorang tadi melahap makanannya, Airell terpaku sejenak, orang yang sedari pagi ia cari kini ada disebelahnya. Ia gugup tak tau harus bicara apa.

"Loh kakak kenapa disini?" Tanyanya membuat Kenan menatap Airell, jujur Alden dan teman temannya merasa terganggu karena kehadiran Kenan yang tiba tiba.

"So manis amat," Celetuk Alden, matanya menatap tajam Kenan, seperti tersirat suatu dendam.

"Apa? So manis? Gue maksud lo? " Tanya Airell menyahuti celetukan Alden tadi.

Alden bingung, ingin rasanya ia melenyapkan Kenan "bukan, ini kecap kemanisan," Elak Alden.

"Kecap emang manis," Kenan tersenyum kearah Alden.

ALDEN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang