3|Senyumnya

356 49 15
                                    

Playlist|I like you so much you'll know it

"Suka novel ini juga?"

Selamat mencari adegan itu;)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat mencari adegan itu;)

***

apa perlu aku buat benci dahulu agar dapat mencintaimu? sama seperti yang kebanyakan manusia katakan "jangan terlalu benci nanti jadi cinta"

***

Airell mengusap keringatnya, kakinya sudah tak berasa saking pegalnya. Ini semua gara gara si makhluk aneh, setiap dia bersama Alden pasti kesialan sudah menunggunya di depan mata. Airell sudah berusaha menjauhi lelaki itu, dengan bersikap dingin dan jutek tapi nampaknya Alden sudah kebal dengan sikapnya, apa lagi yang harus Airell lakukan? Membunuhnya? Oh tidak, dia masih punya hati.

"Rell gue ganteng gak kalo lagi keringetan gini?" ucap Alden sambil menyisir rambutnya kebelakang.

Airell bahkan tak menatapnya sama sekali, perutnya sudah bergemuruh hebat ingin diisi, segera dia membawa tas berwarna hitam miliknya didekat tiang bendera lalu berjalan santai melewati Alden yang sedang narsis di depan cermin kecil, entah dari mana cermin itu berasal mungkin Alden memang selalu membawanya.

"Ngaca terus muka lo gak bakal berubah jadi ganteng, punya kaca tuh manfaatin muka kaya lo itu gak pantes dekat deket sama gue."

Alden mengernyit, "siapa yang mau deket deket sama lo?"

"Lo!"

Alden tersenyum miring "dih geer,"

"Terus sekarang lo ngapain disini?" tanya Airell tak mau kalah.

"Dihukum,"

Benar juga, ia harus mencari alasan lain.

"Terus kenapa dihukumnya sama gue?"

"Karna lo yang mau deket deket sama gue."

"Lah napa jadi gue?"

Alden menyodorkan cermin miliknya tepat diwajah Airell, "nih ngaca dulu, perasaan tadi yang numpang nebeng lo, berarti lo yang mau deket deket gue."

Skak

Mau ditaruh dimana mukanya ini, benar benar memalukan, Alden selalu mampu membungkam mulut pedas Airell dengan omongan mautnya. Cowok ini benar benar sulit ditebak.

***

Kesal, malu, marah semua Airell rasakan saat mengingat kelakuan Alden tadi. Semangkuk bakso yang terlihat menggiurkan sudah menunggu dimakan pemiliknya, tapi seketika nafsu makannya lenyap entah kemana. Alden benar benar sudah menganggu hidupnya, sepertinya ia harus bersikap lebih cuek agar Alden menyerah, sudah cukup ia tak mau berurusan lagi dengan cowok populer di sekolahnya yang sekarang.

ALDEN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang