2: [First Day]

1.5K 187 17
                                    

Seseorang membuka matanya perlahan sambil menggeliat kecil.

"Aw!" Seru pelan manusia itu. Badannya seakan kaku dan sekujur tubuhnya linu. Mengedarkan pandangannya sejenak sebelum matanya membulat tatkala menyadari tangan dan kakinya sudah terikat rapi. Segera ia berusaha melepas ikatan tali putih yang membelitnya.

Namun, itu semua sia sia dan yang ia dapat malah tangannya yang memerah dan nampak sedikit lecet.

"E-eomma." Mina bergeming lirih diantara ketakutan yang kini memeluknya erat.

Tap tap tap

Terdengar langkah tanpa beban mendekati Mina. Membuat ketakutan gadis itu semakin menjadi.

"Good morning." Suara Jeongyeon menggema di ruangan itu. Membuat bibir Mina bergetar, air matanya sudah menumpuk di pelupuk. Jeongyeon hanya tersenyum melihat gadis itu ketakutan bahkan ia menangis tanpa suara.

"Siapa yang menyuruhmu menangis? Hm?" Dielusnya pelan surai hitam Mina. Tentu saja gadis cantik itu tambah sesenggukan.

"A-akh!" Pekikan pelan menjadi kata pertama yang Jeongyeon dengarkan keluar dari mulut Sang Gadis saat Jeongyeon tiba tiba menjambak rambut Mina hingga ia mengadah menatap langit langit.

"AKU BERTANYA, SIAPA YANG MENYURUHMU MENANGIS!?" Jeongyeon berteriak, tepat di depan wajah Mina. Mina hanya memejam erat dengan air mata yang terus mengalir. Dengan susah payah, Mina menahan sesenggukan nya yang sulit menghilang, ia hanya ingin gadis didepannya ini cepat pergi. Sungguh, ia takut.

Mina yang malang.

Jeongyeon melepas jambakan kasarnya. Keluar dari ruangan dengan langkah geram meninggalkan gadis malang itu sendirian.

Setelah kepergiannya, Mina kembali menangis. Menangis dengan tangisan pilu yang mematahkan hati siapapun yang mendengarnya. Kecuali hati batu milik, Yoo Jeongyeon.
.
.
.
.
.
Hari menjelang sore dan Mina masih setia dengan rambut acak acakan, air mata yang mengering, serta ruam merah akibat jeratan tali. Gadis itu sangat berantakan sekarang.

Tubuh yang semula layu, tegak seketika saat melihat empunya sedang berjalan mendekat dengan semangkuk mie instan dan sebotol air mineral yang masih tersegel.

Ia meletakkan mie dan air tersebut di sebelah kursi Mina. Tanpa sepatah kata, Jeongyeon membuka ikatan tangan serta kaki gadis sekapannya lalu berjalan keluar.

Entah kenapa, Jeongyeon berhenti sejenak lalu kembali mendekati Mina. Dibukanya segel air mineral yang cukup kuat itu sebelum benar benar keluar dan mengunci pintunya.

Mina merasa bersyukur dan segera meregangkan tangan dan kakinya yang terasa kaku dan nyeri. Mengambil mie instan di sampingnya dan segera melahapnya hingga tak tersisa.
.
.
.
.
.
To be continued

Monmaap:"

Stockholm Syndrome [JeongMi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang