Author POV
"Min Sooyoung. Melakukan transaksi pukul 21:00 di ujung gang daerah Gangnam." Jeongyeon membaca dengan teliti seluruh informasi yang Tzuyu berikan padanya.
"Tzuyu memang sangat bisa diandalkan!" Chaeyoung tersenyum kagum, temannya itu sangat pandai mencari informasi tentang transaksi ilegal yang akan dilaksanakan.
"Anak itu sangat pintar."—"Berarti, kita akan merampok Min Sooyoung sebelum pukul 21:00?" Jeongyeon menoleh dan mendapati Chaeyoung tengah mengangguk kearahnya, "Pukul berapa ini?"
"20:44." Chaeyoung melirik jam tangannya, "Ngomong-ngomong, kenapa orang-orang selalu membeli barang mahal di blackmarket?" Tangannya reflek terangkat guna menopang dagunya.
"Tidak, Chae. Barang yang bilang mahal itu akan lebih mahal lagi jika dijual di toko biasa. Karena rata-rata barang di black market adalah hasil curian." Jelas Jeongyeon sembari mulai memakai jaket dan maskernya.
"Unnie! Itu orangnya!" Chaeyoung segera menggoyangkan pundak Jeongyeon sembari tangannya menunjuk seorang wanita paruh baya dengan pakaian ketat dan riasan wajah tebal.
"Baiklah, sudah waktu nya. Chae, kau siap-siap. Tetap nyalakan mobilnya dan langsung tancap gas saat aku masuk kembali."
"Siap, unnie~"
Jeongyeon keluar dari mobil, kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri. Dirasa sudah tidak ada siapapun, kakinya melangkah mendekati wanita paruh baya tadi.
"Nyonya, kau yang membeli jam tangan?" Tanya Jeongyeon tanpa melepas maskernya. Tangan Jeongyeon ia sembunyikan di belakang punggung, seolah-olah ia membawa sesuatu.
"Oh, iya betul. Ternyata kau datang lebih awal. Sebentar, aku akan mengambil uangnya." Tangannya sibuk membuka genggam nya.
Srek!
"YAK! KEMBALIKAN!" Wanita itu berteriak histeris kala Jeongyeon menarik paksa tasnya, alhasil tas itu terlepas dan Jeongyeon segera berlari menuju mobil.
Ia segera masuk dan mobil itu melesat pergi, meninggalkan wanita paruh baya itu yang menangis karena kehilangan uang yang baginya sangat berarti.
"Hah! Hah!" Jeongyeon meletakkan tas tadi di pangkuannya, kepalanya bersandar pada jok sembari ia menetralkan deru nafasnya.
"Wohooo! Kita pesta malam ini!" Chaeyoung bersorak kegirangan, segera ia melaju cepat menuju apartemen Tzuyu.
.
.
.
.
.
"Aku tak menyangka bahwa wanita tadi membawa semua uangnya." Kagum Tzuyu sembari tangannya membenahi posisi uang yang baru saja mereka bagi rata, "Oh, iya. Jeongyeon unnie, apakah wanita waktu itu masih berada bersama mu?""Iya." Jawabnya singkat sembari memasukkan lembaran uang miliknya ke dalam tas.
"Lalu, apa rencana mu kedepannya?" Timpal Chaeyoung yang baru kembali ke dapur dengan dua kaleng bir di tangannya.
"Entahlah, aku tidak tahu—
Pletak!
—yak!"
"Dasar gila! Menculik anak orang tapi tidak punya rencana apa-apa!" Tutur Tzuyu kesal sembari menyesap sekaleng bir pemberian Chaeyoung.
"Aku sudah punya rencana, tapi hanya menunggu waktu saja."—"Uhh.. ini sakit!" Jeongyeon mengusap kepala belakang nya korban pukulan keras Tzuyu, "Sebaiknya aku pulang." Jeongyeon lantas berdiri sembari memakai tas selempang nya.
"Kau naik taksi atau ku antar?" Tawar Chaeyoung pada Jeongyeon yang hendak melangkah.
Jeongyeon pun berbalik, "Tidak usah, aku naik taksi saja. Bye~" kemudian gadis itu melangkah keluar.
"Dia lebih nekat daripada kita, Chae."
.
.
.
.
.
Jeongyeon membayar tarif taksi sebelum keluar dari mobil. Ia pun berjalan masuk dan naik ke lantai 4 dimana apartemennya berada. Ia berjalan mendekati pintu, hendak masuk. Namun, alisnya bertaut kala menyadari keadaan pintu yang tidak terkunci."Mina!?" Gumamnya, segera gadis itu berlari masuk. Kalang kabut memeriksa seluruh ruangan, namun tidak ditemukan tanda-tanda kehidupan sama sekali. Ia pun menyerah dan terduduk di tengah ruangan, netra nya memejam erat. "Sial, kemana kau!?" Ucapnya frustasi.
"K-kau sudah pulang?" Jeongyeon tertegun sejenak, kepalanya mendongak.
Gadis itu ada di depannya!
"Kemana saja kau!?" Bentaknya sembari bangkit dari duduk. Sumpah demi apapun, jantungnya hampir berhenti kala mengetahui Mina tidak ada di apartemennya tadi.
"A-aku.. aku hanya membuang sampah."
'Bagaimana Mina bisa keluar dari sini!?'
"Bagaimana bisa kau keluar?"
"Hah? B-bukan kah kau tak pernah mengunci pintunya?" Jeongyeon mengerjap tak percaya, hal idiot apa lagi ini?
"Benarkah?"—"Hah... Baiklah. Dan kau jangan coba-coba untuk kabur!" Tegas Jeongyeon pada Mina.
Mina memutar matanya, "Jika aku mencoba kabur, kenapa tidak di hari-hari sebelumnya. Toh, kau tak pernah mengunci pintu." Lalu gadis itu berlalu ke dapur.
"Benar juga." Jeongyeon menggaruk pipinya pelan lalu berjalan menyusul Mina. Terlihat gadis itu sedang memanaskan sesuatu, "Apa yang kau lakukan?"
"Kau pasti lapar. Aku memanaskan sup, kupikir kau pulang sore jadi ku masakan ini. Tapi, kau malah pulang selarut ini." Entah benar atau tidak, Jeongyeon dapat merasakan nada kekecewaan pada kalimat yang Mina lontarkan.
'Begitukah?'
"Cah.. Sudah siap." Mina membawa sepiring nasi dan semangkuk sup ke meja makan. Tentu Jeongyeon mengikutinya dan duduk di kursi.
Ah, mengapa skenario penyanderaan ini terdengar seperti skenario sepasang kekasih? Tiba-tiba Jeongyeon teringat sesuatu. Saat akan menyuapkan makanan nya, ia malah menurunkan kembali tangannya.
"Wae? Aku tidak meletakkan racun."
Jeongyeon masih terlihat ragu, namun suapan itu tetap mendarat di mulutnya. Perlahan ia mengunyahnya perlahan.
Netra nya memejam sejenak, ia mengumpat dalam hati.
'Shit! Bagaimana seseorang bisa memasak dengan selezat ini."
"Bagaimana?" Jeongyeon kembali membuka mata, lalu menatap Mina disampingnya.
"Lumayan." Lalu Jeongyeon menyelesaikan sesi makan nya dengan baik.
"Hm, sebelumnya aku belum tau nama mu."
"Namaku?"
"Iya, namamu."
"Jeongyeon, Yoo Jeongyeon."
.
.
.
.
.
To be continuedFancam Jeongyeon dikemanain :')
KAMU SEDANG MEMBACA
Stockholm Syndrome [JeongMi]
Fanfic[𝑬𝒏𝒅✓] ',--JeongMi story' Mina, ia pemilik sindrom aneh dimana ia jatuh cinta pada seseorang yang jelas jelas menjadikannya sandra. [GxG!]