9: [Keputusan]

1.2K 173 21
                                    

Author POV

Jeongyeon perlahan membuka netra nya. Hal pertama yang indra penglihatannya tangkap adalah wajah Mina yang tertidur bersandar pada sandaran sofa. Ia menarik nafas sejenak sebelum melepaskan kompres yang masih menempel di keningnya kemudian beranjak duduk.

Kemudian ia menatap gadis yang tertidur di sampingnya itu. Keduanya sudut bibirnya terangkat, gadis ini terlihat lugu dalam tidurnya. Membuat sebuah rasa bersalah terbesit di benak nya.

Apakah ia berbuat terlalu jauh?

"Ngghhh.." Mina menggeliat kecil disertai matanya yang perlahan terbuka. Dilihatnya Jeongyeon yang sudah duduk sembari menatap nya, "Kau sudah bangun?" Tanyanya sembari membenahi posisi duduknya.

"Apakah aku membangunkan mu?" Jeongyeon bertanya balik sembari mengelus tengkuknya.

Mina hanya menggeleng kecil, "Ani." Lalu telapak nya terangkat guna memeriksa suhu badan Jeongyeon.

Senyum Mina merekah.

"Demam mu sudah turun.." Belum sempat Jeongyeon membuka suara, Mina terlebih dulu memotongnya. "Kau pasti lapar, aku memasakkan mu nasi goreng kimchi. Ingin memakannya sekarang?"

"Benarkah!?" Mata Jeongyeon berbinar kala Mina menyebut makanan favoritnya itu. Ck, sudah lama ia tak merasakannya.

"Eem.. Tunggu sebentar, aku akan mengambil nya untukmu." Mina berdiri dan berlalu ke dapur. Sedangkan Jeongyeon hanya menatap kosong baskom di atas meja tersebut.

Sejenak ia berfikir, apakah ia salah telah melibatkan Mina yang notabenenya tidak tahu menahu tentang semua ini? Haruskah ia membiarkan gadis itu kembali ke keluarganya? Melihat sikap Mina selama ini padanya, Jeongyeon merasa bahwa Mina bukan sarana yang tepat untuk balas dendam, disini ayahnya lah yang bersalah.

Jeongyeon membasahi bibirnya yang sesaat terasa kering.

"Sebaiknya aku tak melibatkan nya lebih jauh."—"Ahh.. Semoga keputusan ku ini tidak berpengaruh dengan rencana pembongkaran pembunuhan ibu." Jeongyeon menyandarkan tubuhnya sembari mengusak wajahnya kasar.
.
.
.
.
.
"Buka mulutmu, ini suapan terakhir~" Mina segera menyuapkan sendok terakhir nya kala Jeongyeon membuka mulut, "Sepertinya wajah mu sudah tak terlalu pucat." Ujar Mina sembari meletakkan piring digenggamnya ke atas meja, bersebelahan dengan baskom yang belum sempat ia kembalikan.

"Itu berkat dirimu."—"Terimakasih." Jeongyeon tersenyum pada Mina. Celaka, senyum itu seketika menghadirkan rona merah di sekitar pipi Mina.

"Sama-sama." Mina menunduk kikuk, tak sanggup menatap wajah Jeongyeon. "Aku akan membereskan ini dahulu." Mina baru saja berdiri, namun panggilan Jeongyeon menginterupsi nya.

"Sebentar—aku ingin bicara." Jeongyeon menahan pergelangan tangan Mina.

"I-ingin bicara apa?"

"Sesuatu."

"Baiklah." Mina kembali duduk di sofa. Jeongyeon masih menggenggam pergelangan tangannya, membuat jantung Mina kian berpacu.

"Kau tahu kenapa aku menculik mu?" Dalam sekejap, atmosfer disana berubah serius. Ditambah tatapan Jeongyeon yang terkesan tajam itu membuat Mina gugup setengah mati.

Alhasil, gadis itu hanya menggeleng.

"Aku ingin menjadikan mu sandera. Kau tahu? Ayahmu berhutang berhutang besar padaku—dan ibuku." Mina menenggak saliva nya. Bahkan 5 menit yang lalu orang di depannya ini masih tersenyum kepadanya. Tapi, lihatlah sekarang. Tatapan dan nada bicara itu seakan menusuk nya.

"B-berapa ayah berhutang kepada mu?" Jeongyeon tertawa kecil, namun tawanya kali ini terdengar mencemooh.

"Banyak—sangat banyak. Saking banyaknya, hanya nyawa Daniel yang sanggup melunasinya." Jeongyeon menengadah menatap langit-langit, "Tapi, setelah ku pikir-pikir. Aku terlalu jauh melibatkan mu dalam semua ini. Jadi, kuberi kau kebebasan."—"Kau boleh pergi dari sini. Namun, dengan satu syar—"

"Tidak! Aku tidak akan pergi dari sini." Kata Mina lantang, membuat Jeongyeon langsung menatap ke arah nya.

"Apa maksudmu?" Jeongyeon hampir tak habis pikir dengan jawaban gadis itu.

"Aku tidak akan kembali kepada mereka jika harus meninggalkan mu."

"Tapi, kenapa? Ada apa dengan ku?"

"K-karena—karena aku mencintaimu!"
.
.
.
.
.
To be continued

HEYO WADAP

Stockholm Syndrome [JeongMi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang