10: [Euphoria]

1.3K 173 37
                                    

Author POV

"K-karena—karena aku mencintaimu!"

Jeongyeon terhenyak, ditatapnya Mina dengan alis terangkat. Sungguh, yang gadis itu katakan benar-benar diluar dugaan.

"Bisa kau ulangi?" Jeongyeon masih tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.

"Karena aku mencintaimu."

"Lagi."

"Karena aku mencintaimu."

"Lagi."

"Karena aku mencintaimu! Karena aku mencintaimu! Karena aku men—"

Srek

Cup

Tanpa aba-aba, Jeongyeon menarik Mina dan menyambar bibir gadis itu.

Demi Tuhan, jantung Mina serasa berhenti kala benda lembut itu mendarat secara tiba-tiba di bibirnya. Sekarang yang ia lakukan hanya terdiam dan menutup mata, ia tidak sanggup—lebih tepatnya terlalu gugup untuk menangani keadaan ini. Otaknya seakan berhenti bekerja, jantungnya berpacu lebih cepat dari yang semestinya.

Situasi ini, Mina benar-benar dibuat mati kutu.

Kedua tangan Jeongyeon terangkat, memegang kedua sisi wajah Mina. Mulai ada pergerakan dari nya, ia melumat pelan bibir lawannya. Merasakan betapa lembut bibir cherry gadis itu.

Shit! Mina mulai terbuai hanya dengan lumatan pelan dan rasa gugupnya menguap perlahan.

Mina mulai melakukan perlawanan, ia mulai membalas lumatan Jeongyeon yang kian memabukan itu. Hanya sesaat, sebelum keduanya sepakat mengakhiri ciuman setengah jadi tersebut. Terlihat benang saliva membentang dan lenyap kala keduanya menarik wajah masing-masing.

Jeongyeon menatap Mina, bibirnya tak tersenyum namun matanya mewakili semuanya.

"Jadi?" Mina mengangkat sebelah alisnya.

"Jangan pergi—" Jeongyeon menggeleng,
"—tetap disini."

Mina, gadis itu mengubah semuanya hanya dengan satu kalimat. Gadis itu mengubah pandangan Jeongyeon pada perasaannya untuk Mina, ia mengubahnya. Perasaan yang awalnya Jeongyeon sangkal, kini ia mengakuinya. Ia kalah telak, perasaan itu mengalahkan egonya.

"Sudah ku bilang, aku tak akan pergi." Nadanya lirih, namun terdengar menyenangkan. Ia menatap Jeongyeon dalam, tatapan yang ia pertunjukan hanya untuk Jeongyeon seorang.

"Mina." Jeongyeon meraih tangan kiri Mina, menyatukan tiap tautan jemari
mereka—membuat untaian pelik untuk ditelisik.

Mina hanya menatap penyatuan kedua tangan antara keduanya. Dalam hatinya, ia bersorak bahagia. Kemudian, pandangannya terangkat. Menatap Si Gadis Jangkung berambut pekat.

Jeongyeon mendekat pada daun telinganya, membisikkan sesuatu yang membuat wajahnya kian membara.

"Mulai sekarang, kau adalah gadisku—"
.
.
.
.
.
Hatinya masih berbunga-bunga, bayangan keduanya berciuman masih berkelebatan di antara sel otaknya.

"Aku tidak menyangka semua ini!" Mina menendang-nendang ke udara sembari menutup wajahnya dengan bantal. Wajahnya kembali memanas.

Siang tadi, benar-benar mengejutkan.

Siang tadi, Jeongyeon mengubah status jomblonya.

Siang tadi, Jeongyeon memperlakukan nya bak seseorang paling berharga di hidupnya.

Siang tadi, Mina tidak akan pernah melupakan setiap detail kejadiannya.

"Mmppp!" Mina berteriak sembari menekan bantal itu ke wajahnya guna meredam suaranya.

"Hah! Hah! Hah!" Setelah puas Mina menyingkirkan benda empuk itu dari wajahnya, nafasnya terlihat tersengal-sengal.

"Ini sudah pukul 8. Haruskah aku memasakkan makan malam untuk nya?" Monolog nya. Ia melirik jam dinding di atasnya, kemudian senyumnya kembali merekah.

"Baiklah, mari masakan sesuatu sebelum dia pulang." Mina meloncat turun dan berjalan keluar menuju dapur.

Sepanjang memasak, senyumnya tak pernah luntur. Pikiran penghambat kegembiraan nya ia buang jauh-jauh. Benar, Jeongyeon mengisi hampir seluruh penjuru hati dan pikirannya.

Malam itu, euphoria Mina benar-benar membuncah.
.
.
.
.
.
.
To be continued

Noh seneng nohh

Seneng kaga!?!!

Stockholm Syndrome [JeongMi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang