Pukul 08.00 malam, kita sudah menduduki kursi audoturium. Tempat duduk yang di sekat antara pria dan kaum hawa. Posisi yang sudah diatur oleh panitia, mungkin agar tidak ada campur aduk antara keduanya. Aku dan kak Doni memilih kursi samping bersebelahan dengan kak Bella. Rentetan acara sudah dilalui, hingga sampai pada puncak acara.
Pengumuman lomba yang dibacakan oleh kedua host acara dengan gaya mengulang-ngulang kata “pemenangnya”, menambah ketertarikan dan memancing kesabaran peserta untuk cepat mendengar nama sang juara. Dan sampai pada juara satu lomba debat bahasa arab. Dag-dig-dug, kudengar jantungku berdegup. Kita saling menatap, tatapan antara harapan dan kecemasan.
“Untuk juara satu lomba debat bahasa arab, jatuh kepada...” masih terjeda beberapa menit dengan basa-basi kedua host acara.
Keduanya mulai bertatapan dengan mengisyaratkan aba-aba untuk bersiap melantunkan nama sang juara.
“Juara satu lomba debat bahasa arab jatuh kepada PBA IAIN Jember” kata sang host dengan tepuk tangannya.
Sorak kita ditengah tepuk tangan para peserta lainnya. Dan berdiri dengan senyuman bahagia serta bercampur haru yang tak bisa dibendung. Tatapan membentuk rasa syukur atas segala hal yang sudah dicapai. Sebuah proses yang sudah dilalui akhirnya terjawab diatas panggung ini. Alur cerita yang mencoret banyak cerita akan kita bawa ke rumah dengan bingkisan kesuksesan.
“Alhamdulillah” ucap kita bersama senyuman rembulan malam ini.
Malam ini ingin aku ceritakan sederet kisah pada Bunga. Kuharap dia mengangkat teleponku dan menghadiahkanku senyumnya walau tak kulihat itu. Kutatap layar telepon penuh harap akan Bungan mengangkatnya. Satu panggilan tak terjawab, kuulangi sekali lagi. Dan Bunga mengangkatnya.
“Bunga, kamu kemana saja? Banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu Bunga” kataku.
“Maaf Akbar, jangan malam ini dulu ya.Aku masih sibuk dengan tugas kuliah” kata Bunga mengakhiri telepon tanpa sempat menjawab pertanyaanku.
Pikiranku digantungi lagi dengan banyak pertanyaan. Sampai kapan tugasnya akan selesai? Tak biasanya Bunga sesibuk itu dengan tugasnya. Kutatap langit dan satu bintang berkedip disana. Dan kulihat juga bintang yang mulai meredup dan meninggalkan bintang disampinya berkedip sendiri. Oh tuhan, aku tak mau seperti bintang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengingat Luka
General FictionCerpen pertama yang saya tulis dan terpublikasi. semoga tulisan ini menjadi awal saya buat terus menulis. cerpen ini adalah fiksi, jika terdapat tulisan yang menyinggung, itu adalah ketidaksengajaan dan mohon maaf. jangan lupa untuk vote, karena vot...