Aku teringat pada Firman yang masih aku kenal sebagai seorang sahabat bahkan kuanggap saudara. Dia membantuku setiap ada kesusahan dari materi kuliah yang kurang aku pahami. Tanpa di pinta untuk menjelaskan dia akan mengajakku bertemu dan menyuruhku membawa pembahasan materi yang tak kupahami. Aku juga teringat dengan malam yang menjadi rutinitas kita untuk menyelami beberapa kitab dengan beberapa teguk kopi. Dan sebungkus rokok yang menambah nikmat tegukannya. Kopi dan rokok, seakan mereka dua seperti sahabat yang berjanji untuk menjadi pelengkap malam untuk para pencari inspirasi.
Malam minggu adalah malam istimewa bagi para anak muda di kota ini. Mungkin juga dengan di daerah seluruh negeri. dimana mereka memenuhi jalan, taman dan warung tongkrongan yang tak bisa ditinggal dengan berdiam dan rebahan. Ada yang bersama kawan dan kekasih dalam pelukan. Seperti malam minggu yang bagiku dan firman adalah malam rutinitas dari sesuatu yang tak bisa ditinggal untuk dibahas. Firman yang semangat menagih janjiku untuk tak lupa dengan apa yang harus kubawa. Ketika semuanya sudah disiapkan di akan menghubungiku dan lekas menuju rumah kontrakanku dengan sepeda motor matic yang baru dia miliki beberapa bulan lalu.
“Udah kelar apa belum buku-bukunya nih?” tanya Firman.
“Udah lah bang, sudah lengkap dalam tas ini” jawabku.
“Mantap, jangan lupa kawan kopinya!” pintanya.
“Siap bang, kawannya masih dalam segel ini, masih perawan”.
“Hahaha… tunggu di luar pintu, biar aku gak usah koar-koar manggilnya. Males!” tertawanya dalam telepon.Kedai kecil dengan dua meja dari perahu kayu yang terletak di luar menambah suasana lebih menyentuh dengan alam. Kedai yang menjadi tempat favorit kita karena tempatnya yang tak hanya unik namun juga bersampingan dengan jalan. Keramaian jalan adalah pandangan yang aku sukai. Memandang hilir mudik kendaraan yang berlaju dengan tujuan yang berbeda-beda. Seakan banyak pesan yang disampaikan dalam lajunya.
“Mau minum kopi hitam atau yang lainnya?” tanya Firman.
“Cappuccino panas aja bang” pintaku.Kebiasaan yang tak lepas dari kita setelah duduk berhadapan adalah tak akan memulai pembahasan sebelum tegukan kopi mengalir di tenggorokan dan sulut batang rokok dengan asap melayang di udara. Sampai dalam inti acara, kita sudah tenggelam dalam setiap aksara hijaiyah.
Jarum jam masih menari mengelilingi angka hingga sampai pukul 00.00 malam. Sudah waktunya kita beranjak dari kedai ini.
“Sudah jam 12.00 malam bang, gak mau pulang?” tanyaku.
“Tunggu dulu, ada yang ingin aku ceritakan ke kamu.”
“Oke, silahkan bang, kayaknya serius banget” jawabku.Tak biasanya Firman seserius ini, biasanya k selalu disiplin waktu untuk pulang. Tapi malam ini berbeda, aku menunggu ceritanya yang begitu penting untuk di dengar.
“Akbar, aku terjebak dalam masalah” kata Firman.
“Masalah apa bang?” kini aku benar-benar serius dengan ceritanya.
“Aku jatuh cinta pada seorang wanita yang satu jurusan dengan kita” kata Firman.Aku bingung dengan anak ini, bagaimana bisa jatuh cinta dianggapnya adalah suatu masalah. Bukankah jatuh cinta adalah fitrah manusia yang memang menjadi karunia dari tuhan. Firman memang bukan tipe cowok yang suka memikirkan soal wanita bahkan dia sering menghindari wanita yang menyukainya.
“Ciee, alhamdulillah guruku normal” candaku.
“Memang aku cowok apaan, dasar murid koplak” jawabnya.
“Jalani aja bang, siapa tau cocok sampek pelaminan. Haha” tawaku.
“Oke, aku setuju dengan pendapatmu” kata Firman.Bulan menerangi malam dengan sinar yang dipinjamnya dari matahari. Aku terjebak dalam perkataan firman tadi. Keingintahuanku tentang wanita yang diceritakannya membuatku bermain dengan khayalan. Seanggun apa wanita itu hingga mampu menaklukan hati Firman yang sangat sulit didapatkan oleh wanita lainnya. Ah, sudahlah. Khayalanku mulai terlelap dan hilang dalam pejaman mata.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mengingat Luka
Ficción GeneralCerpen pertama yang saya tulis dan terpublikasi. semoga tulisan ini menjadi awal saya buat terus menulis. cerpen ini adalah fiksi, jika terdapat tulisan yang menyinggung, itu adalah ketidaksengajaan dan mohon maaf. jangan lupa untuk vote, karena vot...