Aku membawa catatan pesanan mereka ke kasir yang berletak didalam kedai dengan seorang lelaki yang menjaganya. Pak Joni, panggilan akrabku pada dia. Masih ada beberapa lembar setelah aku membayar, aku kira akan habis malam ini. Kulihat catatan pesanan mereka, ternyata mereka hanya memesan minuman saja. Aku tertawa dalam hati, masih saja mereka mengkhawatirkan isi dompetku. Sambil bersyukur karena uang masih ada, kulangkahkan kaki menuju pintu keluar. Namun, seketika langkah kakiku terhenti oleh pandanganku pada meja dekat pintu. Seorang wanita dan lelaki yang duduk berhadapan. Keduanya saling bermesraan, melempar senyum dan berpegangan tangan seakan membuat iri alam yang menyaksikannya. Kulihat pergelangan tangan wanita itu dengan gelang tali cokelat yang dipakainya. Aku terkejut, gelang itu sangat sama dengan gelang yang kupakai. Wajahnya yang putih bersih tanpa make up sangat mirip dengan orang yang aku kenal. Bunga!
Hatiku tiba-tiba perih seakan terajam puluhan kerikil tajam. Aku yang tak sanggup memandangnya lagi dan berharap ini hanyalah mimpi. Namun sayang, sakit ini nyata kurasa pada Bunga yang telah mengingkar janji. Kutundukkan kepala melangkah jauh dari kenyataan dan berlari dari kepahitan. Namun, wajah itu menoleh dengan tatapan mengenai wajahku. Padahal selangkah lagi aku keluar dari kedai pengap ini.
“Akbar!” panggilan Bunga menghentikan langkahku.
Aku tahan langkah kakiku dan menatapnya dengan sebuah kepura-puraan seakan ku tak tau dia ada disini. Tapi justru hatiku yang terkejut untuk kedua kalinya. Lelaki yang sedari tadi kulihat hanya bayangan wajahnya kini tampak jelas depan mata. Firman! Aku menahan degupan jantungku. Lelaki hebat dengan banyak prestasi, terkenal baik dimata mahasiswa dan seorang sahabat yang sangat dekat, ternyata itu hanya topeng yang menutup semuanya. Kenyataan kedua yang aku terima dan kali ini aku tak berharap ini mimpi. Kubuat raut wajahku tenang dan menjawab panggilan Bunga tadi.
“Eh, ada Bunga. Sama bang Firman juga. Udah dari tadi disini ya? Aku kira tadi siapa berduaan” kataku dengan senyuman palsu dan menyindir keduanya.
“Maaf Akbar, aku tidak ada niat ngelakuin ini. Aku cuma…” tak sempat melanjutkan kebohongannya, Firman membantu Bunga untuk mengelak.
“Bener Akbar, aku cuma bantu dia ngerjain tugas kuliah” kata Firman dengan kebohongannya yang sangat nampak.
“Tidak perlu kalian mengelak dan mencari kejujuran yang kalian buat-buat. Aku sudah lihat semuanya. Bunga, sekarang aku sadar mengapa kau tak pernah menghubungiku. Kau mencoba mennghindar dariku dengan alasan kesibukan dan aku berusaha mempercayaimu, tapi itu salah” kataku menatap mata Bunga.
![](https://img.wattpad.com/cover/215200766-288-k653190.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengingat Luka
General FictionCerpen pertama yang saya tulis dan terpublikasi. semoga tulisan ini menjadi awal saya buat terus menulis. cerpen ini adalah fiksi, jika terdapat tulisan yang menyinggung, itu adalah ketidaksengajaan dan mohon maaf. jangan lupa untuk vote, karena vot...