cemburu?

6 4 1
                                    

...

Malam ini Alena berjalan menuju taman didekat rumahnya. Awalnya ia hanya ingin sekedar membeli makanan untuk abangnya tapi ia bosen juga jika terus-terusan berada dirumahnya.

Alena terus berjalan menyusuri taman tersebut dengan senyum yang mengembang di bibirnya.

Ia terus mengingat kejadian dirumahnya tadi siang, dimana ia bisa berbicara dengan Elang tanpa rasa canggung lagi. Ternyata, Elang tak sedingin yang ia bayangkan.

Duagh!

Alena menatap anak yang barusan menabraknya dengan khawatir, pasalnya Alena takut jika orang-orang mengira ialah yang membuat nangis anak tersebut.

"Eh, udah dong jangan nangis" Alena berusaha menggendong dan menenangkan anak itu.

"Hiks...hiks..."

"Cup...cup" Alena menghapus jejak air mata dipipi anak itu. "nama kamu siapa?"

"Iyo."

"Iyo?"

"Tio!" Alena menatap seseorang yang datang menghampirinya.

"Elang?" Alena mengernyitkan alisnya. "ini adek lu?

Elang mengambil alih Tio dari gendongan Alena "Iya. Sory jadi ngerepotin" Alena membeku kala melihat Elang tersenyum. "lu ngapain malem-malem disini?"

"Eh? Gu...gue? Gue... abis beli makan." lagi-lagi Elang tersenyum melihat tingkah Alena.

"Emangnya bonyok lu kemana?"

"Kerja."

"Oh, kenapa g abang lu aja yang keluar?kan enak bisa pke kendaraan"

"Mager dia mah"

Elang mengangguk. Tanpa sadar Tio yang berada digendongan Elang tertidur pulas.

"Tio dah tidur ni. Lu gue anter pulang sekalian aja"

"Eh?engga usah gue bisa sendiri, lagian deket kok."

"Gapapa, udah malem ga baik cewe jalan sendiri"

"Em... yaudah deh"

Mereka berjalan menuju tempat Elang memarkirkan mobilnya

"Makasih Lang." ucap Alena ketika sudah sampai didepan gerbang rumahnya.

"Yoi" balas Elang santai. "gue duluan ya"

Setelah itu mobil Elang hilang dari penglihatannya dan Alena langsung memasuki rumahnya.

"Lu kenapa lama amat si?" tanya Adnan saat melihat Alena mamasuki kawasan rumahnya.

"Ya maap." jawab Alena sambil memberi bungkusan berisi makanan didalamnya.

Adnan yang sudah lapar langsung menyantap makanannya tanpa memperdulikan Alena yang masih senyum senyum sendiri.

"Gila!" desis Adnan.
...

"Pagi anak anak!" sapa guru yang baru memasuki kelas Alena.

"Pagi bu!" balas anak muridnya serentak.

"Jadi anak-anak ibu akan memberitahukan kalian bahwa minggu ini kalian bisa mengikuti Try Out di SMK Satria yang letaknya ada di Kalibata" jelas guru itu.

"Kapan bu?" tanya salah satu murid

"Hari sabtu depan" jawab sang guru. "jika ada yang minat bisa isi data diri kalian beserta nomer handphone kalian"

"Ikut ga lu?" tanya Manda

"Mager." jawab Alena tanpa pikir panjang

"Dih, ayo. Buat belajar."

"G mau, mau rebahan dirumah aja."

"Ga, apa-apaan lu." Alena menatap Manda malas "pokoknya gue isiin."

"Ahh, Mandaa..." rengek Alena yang tidak dihiraukan Manda.

Setelah beberapa anak mengisi data, pelajaran pun berlanjut. Mereka semua fokus pada penjelasan guru didepan, mengingat sudah berada ditingkat akhir jadilah mereka didrill habis-habisan oleh para guru.

"Huft!" Alena menghela nafasnya kasar saat sang guru sudah keluar dari kelasnya.

Sedangkan Manda masih fokus pada buku-buku tebal yang berada dimejanya sekarang.

"Ga kekantin?" tanya Alena

"Ga laper. Lu kalo mau ke kantin sendiri aja." jawab Manda.

Alena langsung berjalan keluar kelas, menatap banyak anak-anak yang berlalu lalang menuju kearah kantin.

Dengan langkah berat Alena berjalan sendiri menuju kantin. Banyak orang yang menyapanya tapi hanya dibalas dengan senyuman kecil.

Kini Alena sudah duduk dimeja kantin bersama 2 orang lelaki, siapa lagi kalau bukan Elang dan Anton.

Sebenarnya Alena ingin pergi dari sana tapi, apalah daya mengingat perutnya yang kosong dan meja kantin yang penuh.

"Manda beneran ga istirahat?" tanya Anton.

Alena menggeleng dan kembali memfokuskan acara makan-memakannya.

"Yaudah gue ke kelas duluan pen nganterin tuan putri makanan." ucap Anton lalu pergi dari sana.

Kembali ke meja, kini Elang dan Alena saling diam-diaman tidak ada yang berani membuka obrolan karna terlalu sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Sadar dengan keadaan, Alena langsung mempercepat makannya sampai tidak sadar ada beberapa sisa yang menempel di wajahnya.

"Eh, Len..." panggil Elang "itu dimuka lu."

Alena terpaku saat satu tangan Elang terulur mendekati wajahnya. Jangan tanyakan bagaimana kondisinya saat ini, mukanya sudah memerah seperti kepiting rebus.

Sebelum Elang berhasil membersihkan wajah Alena, tiba-tiba...

"Kak Elang!" Elang yang merasa terpanggil langsung menoleh dan mendapatkan Hanin yang sudah berada disampingnya.

Elang mengusak rambut Hanin gemas, tidak sadar bahwa orang didepannya sudah menahan kecemburuan terhadap dirinya.

Alena yang kesal langsung mengelap noda diwajahnya menggunakan tissue yang sudah tersedia di meja kantin. Lalu setelah itu ia pergi begitu saja tanpa memperdulikan pandangan Elang.
...

HopedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang