Insident

4 3 0
                                    

...

Manda berjalan menelusuri lorong sekolahnya dimana banyak anak-anak yang sibuk bermesraan ataupun sekedar bercanda.

Dengan senyum yang mengembang Manda percaya diri memasuki kelasnya tak tahu bahwa ada singa yang sedang menunggunya sedari tadi.

"Eh Alena." sapa Manda saat sampai ditempat duduknya.

"Jelasin!" ucap Alena tegas.

"Apaan?" Manda bingung dengan apa yang dimaksud Alena.

"Itu tentang Elang."

"Ohh..." Alena merollingkan bola matanya, malas. "Itu supaya lu bisa deket ama dia."

"Tapi ga gitu juga, dobleh." Alena geram. "Harusnya lu ngomong dulu biar gue ga kek orang bego."

"Kan emang bago." Alena melayangkan telapak tangannya tepat diubun-ubun Manda.

Manda mengusap kepalanya yang terkena geplakan dari Alena.

"Lagian lu mah ribet. Masih untung gue bantuin."

"Bodo lah."

Kini mereka saling mendiamkan satu sama lain sampai ada 3 orang yang menghampiri mereka.

"Ngapain lu kesini?" tanya Manda ketus pada seseorang didepannya.

Sekarang didepan mereka sudah ada 3 lelaki siapa lagi kalau bukan Anton, Elang dan Rendy sepupu Manda.

Rendy yang ditanya seperti itu langsung balas ketus. "Yaelah emang kenapa si?"

"Biasanya juga lu maen tuh sama Ardi." Manda melirik kearah temannya yang sedang sibuk bernyanyi dibelakang sana.

"Lagi males." ucap Rendy singkat.

"Gimana semalem?" tanya Elang kepada Alena yang berada disampingnya.

"A-apanya?"

"Telfon."

"Ah... telfon...? Udahan kok."

"Bagus dah."

Alena menatap kedua teman didepannya dan Manda yang sudah terkikik geli.

Anton menatap Alena dan Elang penuh curiga. "Kalian telfonan?"

"Hah?! Eng-engga sengaja kok." jawab Alena gugup.

"Kok bisa? Kepencet?" tanya Rendy penasaran.

"Kata Manda dia ga bisa dihubungin, jadi minta tolong ke gue." jawab Elang sesekali menunjuk Alena.

"Oh..." Anton mengangguk 'percaya' tapi tatapannya masih mencurigai.

...

"Mampir plaza kuy." ajak Anton saat keluar dari gerbang.

Bukannya mereka kabur jam pelajaran tapi memang pulangnya lebih diawalkan karna ada rapat mendadak.

"Ga ikut dah, males." tolak Alena.

"Sama." Manda mengikuti keinginan Alena.

"Yaelah lu bedua jadi cewe males banget." sarkas Rendy.

"Yaudah lu ajak aja noh cewe laen, ribet!" balas Manda sinis.

"Udah ga usah berantem. Cari tempat laen aja buat ngumpul gue males dirumah." lerai Anton.

Kini mereka berlima masih didepan gerbang sekoalhnya. Banyak anak-anak yang melihat cekcok mereka, Elang yang sadar langsung sedikit menjauh.

"Cari taman ajalah, gue pen refreshing otak." ucap Alena final.

Akhirnya mereka pergi mencari taman yang dekat dari sana, Alena lebih menyukai tempat terbuka dibanding tertutup seperti mall ataupun yang lainnya karna menurutnya itu lebih menenangkan pikirannya.

Dan sekarang mereka sudah duduk melingkar direrumputan taman. Mereka merasa capek karna jalan terlalu jauh jadinya memutuskan untuk duduk duduk saja, masalah perut itu belakangan.

"Kemaren lu ngapain ke Bali?" tanya Anton pada Elang.

"Ketemu kolega-kolega bokap gue." jawab Elang. "Ketemu keluarga Alena juga."

Semua menatap Alena sedangkan yang ditatap hanya menggeleng, tak tahu.

"Bokap lu temenan ama bokapnya Alena?" Elang mengangguk.

"Wah bisa-bisa ada perjodohan." ledek Manda.

Anton yang mengerti pembicaraan Manda langsung membantu Manda untuk meledek Alena dan Elang.

"Gue mah nunggu undangannya aja." ucap Anton yang dihadiahin tatapan tajam dari keduanya.

"Lu ngomong sekali lagi gue gamparin." ancam Alena yang membuat nyali ketiga temannya menciut.

"Udah sabar." Elang mengusap tangan Alena.

"Masa lu diledekin diem aja."

"Ya namanya ledekan. Candaan doang."

Alena melemah saat tangannya terus diusap Elang.

"Ekhem!" Anton berdehem sambil melirik tangan Elang. "Tangan bisa kali lepasin."

Keduanya yang tersadar langsung saling menjauhkan dirinya masing-masing. Mereka terlihat canggung setelahnya sedangkan teman-temannya sudah meledek dalam hati.

...

"Arghhh!" Alena menggeram kala mengingat kejadian tadi siang, ia tak bisa tidur sekarang karna terus memikirkan kejadian itu.

"Malu bangsat." geramnya sambil menutup wajahnya menggunakan bantal.

Tok tok tok

Alena langsung membuka pintu kamarnya dan terpapanglah wajah neneknya.

"Noh mamamu udah pulang." beritahu neneknya.

"Yaudah nanti Ale kebawah."

Neneknya hanya mengangguk lalu turun lagi kebawah yang tak lama disusul oleh Alena.

"Bun, Ale mau tanya."

"Apa?"

"Bunda sama ayah kemaren di Bali ketemu temen Ale?"

"Hah? Siapa?"

"Itu loh bun, Elang." sahut Adnan yang baru keluar dari kamarnya.

"Oh... Elang. Iya emang kenapa?"

Alena menggeleng cepat. "Engga papa."

"Kamu deket sama dia?" kini sang kepala keluarga yang bertanya.

"Tadinya si engga tapi sekarang udah deket." jawab Alena.

"Kamu mau ga ayah jodohin sama dia?" tanyanya lagi.

"Ya mau lah! Eh?! Engga yah engga Ale masih mau sekolah." ayah dan bunda Alena hanya menggeleng melihat kelakuan anaknya.

"Anak siapa si kamu, kok kaya dobleh." Alena menatap ayahnya malas.

...

HopedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang