Abang:(

5 1 0
                                    

...

Lagu Tanah Airku terdengar ke penjuru kelas, pelajaran pun terhenti karna sudah waktunya istirahat. Anak-anak mulai berlarian menuju kantin demi mendapatkan tempat duduk.

Kini, Alena dan Manda sudah duduk disalah satu meja kantin dengan makanan dan minuman yang sudah tersedia di meja mereka.

"Gabung ya." Alena dan Manda menatap ke sumber suara.

Itu Anton, Elang, dan Hanin yang berada tepat disamping Elang.

Alena mengangguk sedangkan Manda tak acuh dan tetap melanjutkan makannya.

"Bad day ya?" tanya Anton pada Manda.

"Engga, b aja." jawab Manda dingin.

Anton menatap Alena seakan-akan bertanya. Sedangkan yang ditatap seperti itu hanya mengidikan bahunya, tak tahu.

"Panas banget si." Alena melirik arah yang dilihat Manda, ternyata Hanin yang membuat Manda bad mood sedari tadi.

Alena sedikit cemburu kala Elang bisa tersenyum bersama Hanin, tapi bukan kah ia tak berhak untuk cemburu?

Anton yang mengerti keadaan langsung berdehem guna mencairkan suasana.

"Ehm... gue kekelas duluan deh." pamit Alena. Alena segera pergi menjauh, ia tak ingin lama-lama berada disana dan melihat kemesraan 2 insan itu.

Hanin menatap bahu Alena yang semakin mengecil, sekarang ia meyakinkan jika Alena menyukai Elang. Jika benar apakah ia harus menyerah dan membiarkan Elang bersama Alena?

Tidak! ia tidak mau merelakannya untuk Alena, jika Alena ingin menjadi kekasih Elang lebih baik mereka bersaing.

Dan mulai hari ini Hanin akan lebih gencar mendekati Elang dan tidak akan membiarkan Alena mendapatkan celah sedikitpun.

...

"Lu ngerti ga si?" tanya Alena pada Manda yang fokus mengerjakan tugas didepan.

"Lu tungguin aja, ntar gue kasih contekan." ucap Manda masih fokus sedangkan Alena tersenyum senang.

Alena menyenderkan badannya kekursi, ia menghela nafasnya gusar capek dengan tugas tugas yang menumpuk.

"Len, lu harusnya lebih gercep deketin Elangnya." ucap Manda tiba-tiba.

"Emang kenapa?" tanya Alena bingung.

"Nih ya, menurut penglihatan gue Hanin tuh suka juga sama Elang." Alena menatap Manda tak percaya.

"Ya udah kalo dia suka." ucap Alena pasrah.

"Lu nyerah gitu?"

"ya gimana lagi, kalo dia orang sama-sama suka mau diapain lagi."

Manda kembali fokus dengan pelajaran didepan dan Alena kembali merebahkan kepalanya diatas meja.

"Sssttt... sssttt..." Manda menengok  kebelakang tepat kearah Anton dan Rendy.

"Apa?" sahut Manda.

"Ajarin dong."

Alena langsung pindah tempat duduk disamping Rendy. Lagi-lagi Alena hanya merebahkan kepalanya diatas meja.

...

"Ale" panggil Adnan dari luar kamar Alena.

Pintu terbuka dan menampakan Alena yang baru saja selesai mandi dengan hantuk yang bertengger dikepalanya.

"Apa?" tanya Alena.

"Mau ikut keluar ga lu?" tawar Adnan.

"Kemana?"

"Jalan, nyari makan."

"Emang bibi ga masak?"

"Bibi sakit."

"Dari kapan?"

"Tadi pagi." Alena mengangguk "mau ikut ga lu?"

"Ikut, bentar dandan dulu biar cancie."

"Jan lama-lama."

"Iye bawel."

Pintu kembali tertutup, Adnan segera bersiap-siap dan menunggu Alena di bawah. Lama menunggu akhirnya Alena turun juga dari kamarnya dengan berbalut hoodie pinknya.

"Lama amat lu." oceh Adnan.

"Bawel."

Mereka pun pergi menaiki motor sport milik Adnan. Sebelumnya mereka sudah menitipkan rumah kepada satpam rumah karna kedua orang tua mereka masih bekerja dan akan pulang larut malam nanti.

"Bang, lu punya pacar?" tanya Alena sedikit berteriak karna suara bising kendaraan.

"Apa?!" tanya Adnan yang tidak mendengar pertanyaan dari Alena.

"Lu punya pacar?!" Alena kembali mengulangin pertanyaannya.

"Oh, belom." jawab Adnan.

"Ga mau pacaran lu bang?"

"Mau, tapi ntar kalo gue lulus kuliah."

"Dih keburu lu jadi perjaka tua."

Alena tak mendengar jawaban Adnan, ia bingung kenapa abangnya tak ingin berpacaran padahal sedari SMP dan SMA ia selalu gonta-ganti perempuan.

"Emang kenapa lu mau pacaran?" tanya Adnan tiba-tiba.

"Kaga, gue penasaran aja lu udah ga pernah bawa cewe kerumah lagi." jawab Alena yang diangguki Adnan.

Mereka berhenti disalah satu restoran siap saji mereka juga sudah duduk disalah satu kursinya tinggal menunggu makanannya saja.

"Kemaren pas di Bali gue ketemu Elang sama papanya, ternyata ayah sama papanya Elang temenan dan papanya Elang bilang pengen ngejodohin lu sama Elang tapi sama ayah ditolak." jelas Adnan tiba-tiba.

"Jodohin?" Adnan mengangguk.

"Ayah bilang lu harus fokus belajar dulu, jangan jodoh-jodohan lagian ayah ga pengen ngekang lu kaya di film-film."

"Gue juga g mau kalo dijodohin."

"Lho? Gue kira lu suka sama Elang."

Alena menggeleng, lesu.

...

Alena dan Adnan berjalan menyusuri tepi pantai. Tadinya mereka ingin langsung pulang tapi Adnan meminta Alena untuk menemaninya berjalan-jalan dengan alasan merefreshing otaknya yang sudah overload.

Alena mengedarkan pandangannya dan menikmati udara pantai dimalam hari. Alena dikagetkan dengan pandangan didepannya sana, ia melihat Elang dan Hanin yang saling berpegangan tangan.

Hufttt! Alena menghela nafasnya gusar. Sepertinya ia akan menyerah sekarang.

"Lu kenapa?" tanya Adnan mengikuti arah pandang Alena.

"Gapapa." Alena tersenyum getir dan membuat Adnan khawatir. Adnan yakin bahwa Alena menyukai Elang saat ini.

"Kalo lu suka perjuangin lah, masa nyerah gtu aja." Alena menatap Adnan yang sedang tersenyum.

"Gue ga suka ish... lu mah." rengek Alena.

"Iya, percaya." ucap Adnan yang penuh penekanan diakhirnya.

"Udah ah mau pulang ga mood."

...

HopedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang