Angga!!!

9 1 0
                                    

...

Kini keluarga Alena sedang sarapan bersama sebelum memulai aktivitas, biasanya mereka hanya berempat tapi untuk hari ini spesial ada Kesya jadinya berlima.

"Adnan jangan lupa nanti kamu bantuin Kesya beres-beres disana." Adnan mengangguk mendengar perintah ayahnya.

"Ayah, berarti Ale dirumah sendiri dong?" tanya Alena.

"Kan ada bibi." jawab bundanya.

"Ih, bunda bibi kan fokus kerja. Ya ga bi?" bibi yang sedang membuat kopi untuk pak supir dan satpam hanya mengangguk sambil tersenyum. "Tuh bun."

"Yaudah kamu ajak aja tuh Manda maen kerumah." final ayah Alena.

"Oke deh."

"Udah cepet, ayah mau berangkat."

"Ayo yah." Alena segera melahap semua roti miliknya.

"Ale, ditelen dulu dong."

"Udah siang bun."

Setelah berpamitan Alena langsung memasuki mobil milik ayahnya.

...

"Manda, ntar maen ke rumah gue kuy." Manda hanya mengangguk, bukan hal yang jarang Alena mengajak main kerumahnya bahkan hampir setiap minggu mereka main bersama. Ntah itu belajar, sekedar bermain, ataupun bercerita-cerita.

"Len, semalem gue baca novel sedih banget. Hampir mirip sama kehidupan lu."

"Maksud lu hidup gue semenyedihkan itu?"

"Engga gitu, tapi itu hampir mirip sama kehidupan lu."

"Miripnya?"

"Sicewe yang suka sicowo, trus sicowo jadian sama orang lain dan akhirnya sicewe pergi keluar negeri buat ngelupain sicowo." jelas Manda.

"Dih, gue mah g sealay itu. Biar kata nangis-nangis juga itu cuma kemaren."

"Oh?" Manda menatap Alena curiga. "Jadi lu lu pulang telat gara-gara nangis?"

Alena mengangguk malu, ia merasa tertangkap basah.

"Lu tuh ya, kalo ga mau nangis di rumah jangan sendirian ajak gue kek biar bisa nemenin."

"Kan lu pengen jalan ama Anton."

"Yaelah, tinggal batalin."

"Jangan! Kasian Anton."

"Mikirin orang, pikirin tuh diri lu."

Alena mempoutkan bibirnya saat Manda terus mengoceh.

Guru pun masuk kekelas Alena. Alena tampak kecewa saat melihat guru yang masuk adalah guru olahraga.

Yep, olah raga adalah mata pelajaran yang paling dihindari oleh Alena. Ia malas ketika disuruh pemanasan mengelilingi lapangan dan lebih parahnya cuaca sangat panah siang ini.

"Hari ini kita pengambilan nilai, semua harus ikut, kalo engga nilai kalian bapak kosongin. Paham?!" Anak-anak serentak menjawab 'paham' tanpa terkecuali Alena "yaudah, buat anak perempuan segera mengganti baju."

"Huh." Alena mendengus kesal kala mendapat instruksi untuk segera mengganti bajunya.

"Ayo, jangan males. Ntar ga dapet nilai." Alena mengangguk pasrah dan segera mengikuti Manda menuju tempat penggantian baju.

Saat melewati lorong sekolah pandangan Alena beralih pada 3 laki-laki yang berdiri tepat di tiang bendera dan yang membuat ia terkejud adalah salah satu lelaki itu ada lelaki yang begitu Alena suka, siapa lagi kalau bukan Elang.

"Kalo kalian ga ngerjain tugas lagi, bapak akan ngasih yang lebih dari ini. Paham!" Alena melihat Elang yang begitu pasrah.

"Kasian, mana guru killer." pandangan Alena teralih pada Manda yang berada disampingnya.

"Udah ah yok." ajak Alena menarik tangan Manda untuk segera pergi dari sana.

"Jadi...udah move on?" tanya Manda disela-sela larinya.

Alena tak menjawab dan terus fokus menarik Manda hingga ke tempat penggantian baju.

...

Kini anak-anak dikelas Alena sudah berbaris rapih dilapangan. Alena tidak bisa fokus karna semua fokusnya teralih pada laki-laki yang masih berdiri di tiang bendera dengan tangan yang menghormat.

"Alena." Alena kaget saat namanya terpanggil. "Kenapa? Kamu sakit?"

Dengan cepat Alena menggeleng. "Engga pak."

"Perhatikan bapak." Alena mengangguk, sumpah ia malu karna semua tatapan teman-temannya terarah padanya.

Guru kembali menjelaskan cara-cara yang akan di praktekan untuk pengambilan nilai.

"Setelah selesai praktek yang ini kita akan ada pengambilan nilai volly dan buat yang mengikuti ekskul volly silahkan maju ke depan ajarkan keteman-temannya." ucap guru itu yang membuat Alena semakin tidak semangat.

Alena menatap beberapa temannya yang maju termasuk Manda, tidak ada niatan Alena untuk ikut maju kedepan walaupun ia termasuk anak volly.

"Hanya ini?" tanya sang guru memastikan.

Alena merasa was-was kala beberapa temannya mulai menatapnya. "Itu pak Alena."

Alena mendengus saat namanya terpanggil, dengan malas ia berjalan menuju teman-temannya.

"Nah, jadi bapak minta kalian bantu teman-teman yang lain." Alena dan teman-temannya hanya mengangguk. "Dan buat yang lain, kalo punya kesulitan tanya aja ya ke mereka."

"Ayo, bapak akan panggil namanya sesuai absen untuk nilai praktek lempar lembingnya."

...

"Hufttt..." Alena menghela nafas kasar. Ia mulai menidurkan kepalanya diatas meja, terlalu capek mengajari teman-temannya yang kelakuannya kaya dajjal.

"Keknya capek banget." tegur Angga teman sekelas Alena.

"Iyalah, siapa si yang ga capek ngajar kumpulan anak monyet." balas Alena.

Angga tertawa melihat Alena yang mempoutkan bibirnya.

Saat ini memang sedang jam istirahat jadi banyak anak-anak yang berkumpul ntah itu untuk bergibah, bercanda, atau hanya bermain-main.

"Angga?" keduanya melihat ke sumber suara. "Lu berdua ngapain?"

"Ha? Engga ngapa-ngapain." jawab Alena.

Manda mengangguk. "Nih roti." Manda meletakan kantong plastik yang berisi makanan.

"Buat gue?" tanya Alena.

Manda merollingkan bola matanya. "Ya buat lu, masa iya buat Angga."

"Kirain buat Angga." Alena tersenyum melihat ekspresi Manda. "Nih lu mau?"

"Engga, lu makan aja biar makin gede." tolak Angga.

"Gue kecil ya." Alena tak terima.

"Lu kecil, si Helen apaan?"

"Ya dia kurang gizi kali."

"Semabarangan lu mah."

"Ya lu duluan yang mulai."

"Kan emang bener lu gede."

"Bodo ah."

Alena terkejud saat melihat ada Anton, Elang, dan Rendy yang sudah berada didepannya.

"Lu berdua kenapa?" tanya Anton.

Alena tak ada niat untuk menjawab, ia masih kesal dengan sikap Angga.

"Gimana? Alena cocok ama gue ga?" Angga makin menjadi meledek Alena.

"Anggaa...!" Alena berteriak sedangkan yang diteriaki sudah kabur duluan sebelum Alena semakin marah.

...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HopedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang