1. Rumitnya aku, atau keadaan

734 78 26
                                    

Aku dan aku, bagian terpenting dalam hidup kala angin pagi menyapa. Setiap membuka mata pikiran terus berkelana mencari hal yang sebenarnya gak harus dipikirin.

Gimana sama kondisi hari ini?

Masalah apalagi yang bakalan datang kali ini?

Hari-hari berlalu, hidup cuma bagaikan robot yang ikutin perintah.

Tanpa rasa gatau lagi apa dan bagaimana. Kebas mungkin, atau udah capek sama kondisi yang terus-terusan menimpa.

Semua, selalu berpusat pada masalah-masalah yang sebenarnya mungkin enggak akan terjadi. Atau bisa jadi terjadi karena ada konsep timbal balik yang mana pikiran kita bisa mengendalikan hidup kita sehingga apa yang ditakutkan akan terjadi.

Salah siapa?

Manusia?

Manusia namanya, overtinking sama segala hal buat hati grasak-grusuk enggak tenang buat nikmatin nafas.

Sebenarnya aku ini adalah manusia yang selalu ngelunjak. Dikasih A minta B, dikasih B minta C. Selalu berharap sama yang kuasa buat dikasih yang terbaik, tapi enggak kasih timbal balik yang seharusnya memang sudah wajib dilakukan sebagaimana perintahnya.

Aku, manusia berlumuran dosa. Selalu mau yang terbaik yang padahal belum memberikan yang terbaik dalam terjaga atau tidak.

Selalu ingin yang terbaik tapi ngelunjak, atau selalu mau yang terbaik tapi usaha tidak maksimal sampai titik dimana harus benar-benar berjuang, atau saat Tuhan bilang lebih baik yang B tapi menuntut yang A.

Iya, sok tau banget memang. Padahal sudah tahu pilihan Tuhan adalah yang terbaik dari segalanya. Mungkin tidak sekarang, sebab Tuhan ingin aku ini bekerja keras untuk dapatkan yang terbaik, bukan hanya rebahan pegang ponsel dan gulir layar terus tiada henti.

Manusia, gudangnya segala dosa.

Malaikat dulu bertanya-tanya mengapa Tuhan ciptakan manusia yang padahal akan merusak bumi. Dilihat bagaimana bangsa Jin saja sudah dapat merusak bumi bagaimana dengan manusia?

Lantas kemudian Tuhan menjawab, tidak ada yang kau ketahui segala sesuatunya selain aku.

Sehingga diciptakan Adam pertama yang dimuliakan, sampai-sampai malaikat dan Jin saja diperintah untuk tunduk padanya.

Ya, Tuhan dengan segala kemuliaannya ciptakan manusia yang tidak tahu diri.

Mau kita apa lagi sih?

Hidup dengan bahagia, tanpa ada masalah, kalaupun ada diberi solusi instan tanpa lihat bagaimana susahnya mencari jalan keluar.

Hei! Ayolah, kalau kita lihat bagaimana perjuangan tokoh-tokoh besar yang membuat kita mempunyai keyakinan yang kita pegang kokoh saat ini, apa tidak malu? Mereka sama-sama manusia, hanya saja pilihan Tuhan yang membuat kita dipermudah hidupnya.

Tentang hidup, aku yang selalu mengeluh.
Apabila tumbuhan bisa bicara, mungkin ia akan bilang bagaimana sakitnya diinjak setiap saat, dicabut terus-terussan daunnya, digunting daunnya demi keindahan yang pada masanya akan fana juga.

Fatamorgana....

Kan sama-sama makhluk hidup juga....

Hewan juga begitu.

Manusia itu hebat. Diciptakan dengan perasa yang alami, pola pikir yang akan maju dan berkembang pesat dari zaman ke zaman, tapi itu semua cuma titipan....

Sama aja kaya masalah. Titipan dari rasa bahagia yang harus dicari akarnya terus dicabut dan cari solusinya buat dapet kebahagiaan itu.

Kan dunia itu tidak ada yang abadi, jadi kalau masalah sudah berakhir dan gak mau dapet masalah yasudah, berarti itu akhir dari hidup.

Pijar NirmalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang