"Sebuah Tantangan"

20 10 2
                                    


   Tantangan itu membuatku diam seribu bahasa. Aku bingung harus menerima tantangan itu atau tidak. Kalau misal aku terima tantangannya itu artinya aku bakalan teringat soal Kak Widya. Tapi kalau aku menolak, dia pasti menyangka kalau aku adalah seorang penakut. Dan aku tak mau itu terjadi. Ini soal harga diri yang harus dipertaruhkan.

"Gue nggak bisa soalnya bentar lagi mau masuk. Dan gue nggak mau terlambat!" elakku sembari menatap sekeliling lapangan yang sudah mulai sepi.

"Nggak usah ngeles deh bilang aja kalau lo itu takut!" Cowok itu bersedekap sambil melirik teman-temannyayang ada di belakang.

"Sialan nih orang ngajak ribut atau gimana sih!" lirihku sambil memegang erat bola basket di tanganku.

"Del gue harus gimana?" tanyaku melirik ke arah Della.

   Della tak merespon perkataanku. Pandangan Della masih fokus menatap cowok di depan yang menantangku. Aku mendengus kesal. Langsung saja aku putuskan untuk menerima tantangannya walaupun dalam hati aku masih merasa trauma jika bermain basket.

"Oke gue terima tantangan lo. Dan gue ingetin ke elo ya, kalau gue bukan seorang penakut seperti apa yang lo bilang!" balasku kesal.

   Aku dan cowok songong itu langsung menuju ke tengah lapangan untuk memulai pertandingan basket. Teman-teman cowok songong itu menepi ke lapangan untuk melihat aksi kami berdua begitupun dengan Della.

   Saat bola itu memantul ke atas, dengan sigap aku langsung merebut bola tersebut dan mendribble bola menuju ke ring. Walau sudah lama aku tidak bermain basket, tapi aku masih mengusai teknik basket dengan baik. Dulu ketika aku masuk ekskul basket, aku termasuk pemain yang mendapat julukan paling hebat dalam permainan basket oleh pembimbingku. Bukannya sombong tapi itulah kenyataannya.

   Dan dengan mudahnya aku berhasil memasukkan bola tersebut ke dalam ring. Suatu kesenangan untukku bisa membuktikan ke cowok songong itu bahwa aku bukanlah seorang penakut dengan tantangan. Della langsung menyorakkiku ketika aku berhasil memasukkan bola ke ring. Dengan begitu, aku unggul dari cowok songgong itu.

   Permainan berlanjut, dan sekarang cowok itu yang berhasil menguasai bola. Aku mencoba merebut bola itu tapi sangat sulit. Sepertinya dia juga jago dalam bermain basket. Terlihat dari caranya menguasai bola dengan baik. Dan akhirnya dia berhasil memasukkan bola ke ring. Dan itu artinya aku dan dia seri.

   Begitu seterusnya aku dan dia saling merebut bola untuk memasukkan ke dalam ring agar berada di posisi teratas. Sampai akhirnya ketika detik terakhir permainan basket, aku sempat terjatuh hingga akhirnya aku kalah dengan dia. Aku kesal karena dia tadi sepertinya sengaja menyenggolku sehingga aku terjatuh. Dan aku tak terima dengan kekalahanku ini karena sebuah kecurangan yang dia buat.

"Nah permainan udah selesai itu artinya.."

"Gue nggak terima karena lo tadi curang nyenggol gue sampai jatuh!" kataku kesal sebelum mendengarkan perkataan cowok songong itu sampai selesai.

"Itu bukan curang, tapi strategi gue buat menang!" elakknya dengan tampang tak berdosa.

"Sama aja. Dan gue nggak mau turutin semua permintaan lo titik!" jelasku sembari berbalik dan menarik tangan Della untuk kembali ke kelas.


Happy reading and dont forget to vote and comment guys.

Thank you :)...

Fakta Sebuah Mimpi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang