Pagi ini Kak Juna akan mengantarku ke sekolah setiap hari karena dia bilang sudah kangen ingin mengantarku seperti dulu lagi. Aku sangat senang dengan hal itu. Tak lupa jaket milik Naufal aku bawa untuk ku kembalikan kepadanya.
Mobil Kak Juna tiba di sekolahku sekitar pukul 06.30 WIB. Dan itu masih terlalu pagi. Karena memang belum banyak murid yang datang. Sementara bel masuk akan berbunyi pukul 07.30 WIB. Aku sebenarnya malas kalau datang sepagi ini, tapi karena Kak Juna yang mengantar jadi aku hanya bisa pasrah menyetujuinya.
Aku mulai berjalan memasukki koridor sekolah untuk masuk ke kelasku. Mengingat jaket Naufal yang masih setia bersandar di lenganku, aku berniat untuk mengembalikan jaket kepadanya. Aku baru sadar kalau ternyata dia sekelas dengan Satya. Buru-buru aku menuju kelas 12 IPS 1 yang terletak di lantai atas.
Ketika aku sampai di kelasnya, tak kulihat sosok cowok songong itu berada. Kelasnya masih terlihat sepi hanya ada beberapa anak saja yang sedang duduk di bangku. Sampai akhirnya ada seorang cewek berkacamata datang menghampiriku. Tatapannya sungguh seperti orang yang ingin mengintrogasiku.
"Lo nyari siapa?" tanya cewek itu sembari menaikkan letak kacamatanya.
"Eh iya gue kesini nyari cowok songong!" ucapanku barusan membuat alis matanya naik karena bingung.
"Eh maksud gue Naufal cowok basket kelas 12 IPS 1 ini!" ralatku yang membuatnya langsung mengangguk.
"Oh tadi gue lihat dia naik ke rooftop sama Satya!" balasnya.
"Oke makasih!"
Aku yang bingung dengan perkataan cewek berkacamata tadi langsung saja melangkahkan kakiku sambil memegangi jaket Naufal yang hampir saja jatuh menuju rooftop. Ada apa antara Satya dan Naufal sampai ke tempat itu mengingat Satya keamrin seperti benci sekali melihat Naufal ketika mengantarku ke café kemarin. Dan ketika sampai disana, pendengaranku fokus pada satu tempat yang tak jauh dari tempatku berdiri.
Bug.. suara tonjokkan semakin jelas terdengar ketika aku mendapati seseorang yang tadi aku cari sedang berkelahi dengan sahabatku sendiri. Aksi pukul memukul yang dilakukan Satya dan Naufal sampai membuat mereka tak menyadari keberadaanku. Aku memasukkan jaket milik Naufal ke dalam tasku dan langsung berjalan ke arah mereka untuk menghentikan perkelahian yang menurutku seperti anak kecil.
"Satya Naufal cukup!" teriakku yang membuat mereka akhirnya menghentikan aksi pukul memukulnya.
Terlihat disana wajah keduanya tampak babak belur disertai darah yang menempel di mukanya. Aku sungguh tak menyangka dengan hal ini. Apa sebenernya masalah yang membuat mereka sampai harus berkelahi seperti itu.
"Nanda lo kok bisa disini?" bingung Satya tak percaya denganku yang memergokinya berkelahi dengan Naufal.
"Kenapa, lo heran gue kesini? Kalau gue nggak kesini mungkin kalian udah tewas gara-gara aksi pukul memukul kaya tadi. Lo sadar nggak sih yang lo lakuin itu kaya anak kecil tahu nggak?" cerocosku yang masih tidak habis pikir dengan mereka berdua.
"Lo juga kenapa berantem segala? Kalau ada masalah itu diselesain baik-baik nggak usah berantem kaya gini!" kini mataku beralih menatap Naufal yang masih memegangi sudut bibirnya yang berdarah.
"Udah sekarang kalian ikut gue ke UKS!" kataku yang langsung menarik tangan Satya.
Happy reading and dont forget to vote & comment guys.
Thank you :)...
KAMU SEDANG MEMBACA
Fakta Sebuah Mimpi (END)
Teen FictionSelalu dianggap salah di mata kakaknya karena sebuah teka - teki mengenai kematian seseorang hingga akhirnya menemukan pujaan hati. "Kak lo harus ikhlasin ini semua. Kak Widya udah tenang disana!" kataku sembari memegang pundak Kak Juna. "Widya men...