"Flashback"

79 34 6
                                    

   Melamun menangis menyesal itulah kata kata yang mewakili pikiranku selama ini. Semenjak kejadian kecelakaan 1 tahun lalu, aku merasa duniaku berubah 180 derajat. Kecelakaan yang menimpa Kak Widya setahun lalu dan menyebabkan nyawanya meninggal selalu membuatku menyesal selama ini. Dan semenjak itulah sikap Kak Juna berubah dingin kepadaku. Tak ada lagi kasih sayang seorang kakak kepada adiknya yang aku rasakan lagi.

   Entah mengapa akhir-akhir ini aku sering bermimpi tentang seorang yang menabrak Kak Widya satu tahun yang lalu. Dalam mimpi itu aku melihat yang menabrak Kak Widya adalah mobil sedan berwarna hitam, tapi sayangnya aku tak bisa melihat plat nomor mobil tersebut karena waktu kejadian mobil tersebut melaju sangat kencang. Tapi ada satu hal yang bisa kujadikan petunjuk yaitu di sebelah bagasi mobil bawah terdapat sebuah ukiran nama berinisial S*L*A dan aku yakin tak semua orang mempunyai ukiran seperti itu.

   Sebenarnya aku ingin sekali mengatakan mimpi ini ke Kak Juna tapi sepertinya Kak Juna tak peduli lagi jika aku ingin berbicara dengannya. Dan untuk itu aku ingin mencari tahu sendiri soal pelaku tabrak lari yang menyebabkan Kak Widya meninggal. Walaupun sulit, tapi aku akan berusaha agar aku terbebas dari kesalahpahaman ini terutama agar Kak Juna kembali bersikap seperti dulu lagi terhadapku.

FLASHBACK ON

   Siang itu aku sedang ada eskul basket dan aku meminta Kak Widya menjemputku karena Kak Juna sedang ada rapat di kampusnya. Aku menunggu Kak Widya di halte dekat sekolahku. Aku melambaikan tangan ke arah mobil Kak Widya agar dia mengetahui posisiku saat itu.

   Dan waktu Kak Widya turun dari mobil untuk menghampiriku, ada sebuah mobil yang secara mendadak menabrak Kak Widya. Tubuh Kak Widya terlempar jauh ke aspal. Tanpa mempedulikan jalanan yang sedang ramai, aku bergegas menghampiri Kak Widya yang sudah berlumuran darah. Aku meminta tolong kepada orang-orang di sekitar jalan untuk membantuku membawa Kak Widya di rumah sakit.

   Setibanya di rumah sakit, Kak Widya langsung dibawa ke ruang UGD untuk ditangani dokter karena lukanya yang cukup parah. Aku yang waktu itu bingung, cemas juga gelisah hanya mondar-mandir di depan ruang UGD sembari menunggu keluargaku dan orang tua Kak Widya datang.

   Satu jam aku menunggu di depan ruang UGD, tapi tak ada tanda-tanda dokter keluar dari ruangan. Sampai akhirnya keluargaku dan orangtua Kak Widya datang. Ku lihat mata Kak Juna menatapku tajam seolah ingin menerkamku.

"Gimana keadaan Widya, Nan?" tanya Kak Juna sedikit frustasi.

"B..belum tahu Kak, dokter masih di dalam nanganin Kak Widya!" jawabku gugup.

"Kamu tuh seharusnya nggak egois Nan minta dijemput Widya segala. Dan ini semua mungkin nggak terjadi!" bentak Kak Juna menatapku tajam.

"Iya Nan, lo kan bisa pulang sendiri. Kasihan kan Widya sampai harus jemput kamu segala. Padahal dia tuh lagi ngurusin acara buat kampus." sambung Kak Salsa yang baru kusadari keberadaannya.

"Nih orang tiba-tiba muncul tapi udah memperkeruh keadaan. Kata-katanya itu lho yang bikin gue nggak suka sama dia. Halus tapi menusuk hati!" batinku menahan kesal.

"Udah kalian nggak usah ribut doain aja yang terbaik buat Widya!" sela Mama menengahi. Sementara Mama Kak Widya masih menangis atas kejadian yang menimpa putrinya.

   Lama menunggu akhirnya dokter keluar juga. Kak Juna langsung berada di posisi depan untuk mengetahui kondisi Kak Widya sekarang. Dari raut wajah dokter yang keluar dari ruang UGD, terlihat wajahnya seperti orang yang pasrah.

"Gimana keadaan Widya dok?" tanya Kak Juna khawatir sekaligus frustasi.

"Maaf..!" jawab dokter yang bernama Rian tersebut tanpa melanjutkan perkataannya.

"Kenapa dokter minta maaf. Kondisi Widya baik-baik aja kan?" Kak Juna kembali bertanya.

"Maaf kondisi pasien tidak dapat kami selamatkan. Harap kalian mengikhlaskan pasien!" kata dokter tersebut dan langsung pergi.

"Ini nggak mungkin. Widya nggak mungkin pergi ninggalin gue!" kata Kak Juna yang langsung menuju ke ruang UGD untuk melihat Kak Widya.

   Aku dan semua orang mengikuti langkah Kak Juna. Di atas brangkar kulihat Kak Widya dengan kondisi pucat sudah tak bernyawa. Aku tak menyangka Kak Widya akan pergi secepat ini. Rasanya baru kemarin aku menemaninya membeli baju untuk pergi dinner bersama Kak Juna. Dan kini semua itu telah sirna, tak ada sosok Kak Widya di hidupku lagi.

"Tante Om maafin aku ya. Gara-gara aku Kak Widya meninggal!" kataku meminta maaf kepada orang tua Kak Widya.

"Udahlah Nanda, ini semua udah takdir dari yang di atas. Kamu nggak boleh nyalahin diri kamu sendiri!" jawab Mama Wulan sembari memelukku. Aku tahu dibalik rasa ikhlasnya ditinggal Kak Widya, Mama Wulan menyimpan kesedihan yang begitu besar karena Kak Widya memang anak tunggal di keluarga mereka.

"Iya nak, ya udah kalau gitu kita ngurusin pemakaman Kak Widya buat besok dulu ya!" pamit Papa Rian sembari merangkul istrinya keluar.

"Nan, Mama sama Papa keluar dulu ya nemenin orang tua Widya. Kasihan mereka!" pamit Mama yang ku balas dengan mengangguk. Dan sekarang hanya ada aku, Kak Juna dan Kak Salsa disini.

"Bangun Wid, lo harus bangun. Kita kan bakalan ngadain anniversary kita bulan depan. Lo nggak boleh ninggalin gue!" teriak Kak Juna sembari memegang tubuh Kak Widya.

"Kak lo harus ikhlasin ini semua. Kak Widya udah tenang disana!" kataku sembari memegang pundak Kak Juna.

"Widya meninggal gara-gara lo Nan." kata Kak Salsa kemudian.

"Ini udah takdir Kak, dan please lo jangan nyalahin gue kaya gini!" aku tak bisa menahan air mata yang dari tadi ku tahan.

"Udah cukup. Kalian nggak usah berantem. Mending lo pergi deh Nan, gue benci sama lo!" kata Kak Juna dengan nada membentak.

"Kak lo lebih percaya sama dia daripada gue? Gue ini adik kandung lo kak?" aku tak rela kalau Kak Juna lebih percaya dengan omongan Kak Salsa.

"Udahlah gue lagi malas. Lo mendingan pergi dari sini!" usir Kak Juna. Dan seketika itu aku langsung keluar dari ruang UGD dan duduk di taman rumah sakit untuk menenangkan pikiranku.

   Kak Widya adalah pacar Kak Juna, kakakku yang sudah hampir 2 tahun mereka menjalin hubungan. Aku sudah menganggap Kak Widya seperti kakakku sendiri karena memang aku hanya punya seorang kakak laki-laki. Setiap 2 minggu sekali aku, Kak Juna dan Kak Widya selalu hangout bareng. Tapi semua itu tinggal kenangan karena Kak Widya sudah bahagia disisi-Nya.



Happy reading and dont forget to vote & comment guys...

Thank you :).....

Fakta Sebuah Mimpi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang