Hari ini seperti biasa aku sedang menunggu angkutan di halte dekat sekolahku. Sudah hampir satu tahun ini aku selalu berangkat dan pulang sekolah naik taksi atau angkutan umum. Kejadian yang menimpa Kak Widya membuat hubunganku dengan Kak Juna sedikit meregang. Dulu Kak Juna sering mengantar dan menjemputku sekolah kini keadaanya berbanding terbalik.
Kedua orang tua kami tak mengetahui ini semua karena kalau di depan orang tua kami, sikap Kak Juna biasa saja terhadapku. Tapi kalau di belakang, bertegur sapa saja tak pernah. Itu semua aku terima karena aku mengerti kalau Kak Juna masih tak percaya kalau cewek yang dicintainya akan meninggalkannya secepat ini.
Awan mendung sudah mulai berkumpul yang menandakan hari ini akan turun hujan. Sudah lama aku menunggu di halte ini, tapi tak ada satupun angkutan yang lewat. Sampai ada sebuah motor yang berhenti di depanku. Dia melepas helm dan berjalan ke arahku.
"Nan lo kok belum pulang sih. Mau hujan juga kalau lo sakit gimana? Bukannya tadi lo bareng sama Della?" Satya duduk di sampingku sembari menyampingkan rambutnya ke belakang.
"Gue lagi nunggu angkutan. Tadi Della pulang duluan soalnya udah ada supir yang jemput. Oh ya lo sendiri kok belum pulang?" tanyaku balik.
"Oh gue tadi habis rapat OSIS buat acara perpisahan angkatan kita!"
"Bukannya masih lama ya acaranya kok udah bahas sekarang. Kita aja baru masuk kelas 12 awal!" heranku menatap Satya.
"Ya kan lebih awal lebih baik!" balas Satya sembari tersenyum.
Satya Winata adalah sahabatku selain Della, sekaligus mantan pacarku. Aku dan Della berada di kelas 12 IPA 1, sementara Satya berada di kelas 12 IPS 1. Ya walaupun kelas kami berbeda, tapi persahabatan kami tidak akan pernah putus.
Mungkin bagi kebanyakan orang akan mengira kalau setelah menjadi mantan, besar kemungkinan akan menjadi musuh. Tapi itu tidak berlaku bagiku dan Satya. Ya walaupun sebab putusnya hubungan kami berdua adalah karena kekhilafan Satya yang menduakanku. Tapi aku dan Satya sudah berjanji setelah kita putus, akan tetap bersikap baik bahkan sekarang kita menjadi sahabat.
Dan aku senang sikapnya kini lebih baik daripada dulu ketika dia menjadi pacarku. Aku kadang heran dengan sikapnya yang kini lebih protektif kepadaku. Tapi aku senang karena dia bisa kujadikan kakakku semenjak Kak Juna berubah sikap.
"Pulang bareng gue aja, daripada lo sendiri disini. Gue takut lo kenapa-napa!" Satya berdiri sembari menarik lenganku untuk naik ke motornya.
"Eh gue belum jawab apa-apa lo udah main tarik-tarik aja!" sungutku kesal.
"Lo tuh bawel ya dari dulu, makanya kita jadi putus!" kata Satya sembari mengacak rambutku.
"Enak aja, kita putus juga gara-gara lo tahu nggak!" balasku tak mau kalah.
"Iya-iya maaf Nan, gue kan cuma bercanda. Ya udah yuk naik keburu hujan nih. Nanti gue dimarahin nyokap lo!" suruh Satya yang sudah menghidupkan mesin motornya.
Aku pun langsung naik ke motornya sebelum hujan datang membasahi kami berdua.
Happy reading and dont forget to vote & comment guys...
Thank you :)...
KAMU SEDANG MEMBACA
Fakta Sebuah Mimpi (END)
Dla nastolatkówSelalu dianggap salah di mata kakaknya karena sebuah teka - teki mengenai kematian seseorang hingga akhirnya menemukan pujaan hati. "Kak lo harus ikhlasin ini semua. Kak Widya udah tenang disana!" kataku sembari memegang pundak Kak Juna. "Widya men...