Dan tiba-tiba polisi datang menghampiri Kak Salsa. Aku tahu pasti ini ulah Satya dan Della mendatangkan polisi ke rumah. Tanpa basa-basi lagi polisi itu langsung memborgol tangan Kak Salsa. Kak Salsa sempat berontak tapi akhirnya dia menurut. Sebelum Kak Salsa pergi, dia langsung menghampiriku dan Kak Juna. Aku takut kalau seandainya saja setelah dia keluar penjara akan membalas dendam kepadaku.
"Jun, gue sadar atas apa yang gue lakuin ini. Dan gue mau minta maaf ke elo, gue tahu gue nggak pantas buat dimaafin karena udah bikin nyawa orang yang paling lo sayang meninggal karena keegoisan gue. Tapi setidaknya gue mau lo bisa maafin gue please !" kata Kak Salsa dengan air mata penyesalan.
"Jujur setelah gue tahu semua ini, gue masih berat buat maafin lo Sal!" balas Kak Juna yang langsung pergi ke kamarnya.
"Gue tahu gue nggak pantas dapat maaf dari Juna. Nan gue juga mau minta maaf ke elo karena sikap gue yang udah bikin hubungan lo dan Juna retak. Gue nyesel Nan!" balasnya yang menatapku dengan perasaaan menyesal.
"Gue ngerti apa yang lo rasain kak, tapi kasih waktu buat gue maafin semua ini ke elo. Dan gue harap lo bisa ngertiin gue dan Kak Juna." balasku menatap Kak Salsa memohon pengertian.
"Ya udah kalau gitu gue pergi Nan, bilang ke Juna gue minta maaf yang sebesar-besarnya ke Juna ke elo dan terutama ke orang tua Widya. Maafin aku ya Tante Om!" kata Kak Salsa yang langsung pergi dikawal polisi. Aku membalasnya dengan mengangguk begitupun dengan Papa dan Mama.
Setelah acara party Kak Juna selesai dan teman-temannya pulang begitupun dengan Della dan Satya aku akhirnya menjelaskan semua permasalahan yang selama ini aku dan Kak Juna alami kepada Papa dan Mama. Mereka berdua tak menyangka dengan hubunganku dan Kak Juna selama ini, tapi setelah aku menjelaskan akhirnya mereka mengerti.
Aku pun kini berniat untuk ke kamar Kak Juna untuk menghiburnya. Ku ketuk pintu kamarnya sampai akhirnya ada suara yang menyuruhku masuk. Segera ku langkahkan kaki masuk ke dalam kamar Kak Juna. Hampir setahun aku tak memasuki kamar ini dan semuanya masih sama tak berubah sedikitpun. Hanya saja foto Kak Widya dan Kak Juna sudah tak sebanyak dulu. Terlihat di sudut kasur, Kak Juna masih sedih dengan kejadian barusan.
"Kak boleh aku duduk disini?" tanyaku yang sedikit cangung kepadanya. Kak Juna hanya membalasnya dengan anggukkan kepala.
"Kak gue tahu ini berat buat lo. Tapi ingat, Kak Widya udah bahagia di atas sana. Jangan lo sedih terus-terusan kaya gini, pasti Kak Widya juga nggak rela kalau orang yang disayanginya terus sedih kaya gini. Mana Kak Juna yang gue kenal dulu?" kataku menyemangatinya. Dia masih saja diam tak membalas ucapanku.
"Lo harus bisa buka lembaran baru. Hidup lo jangan terus-terusan kaya gini. Oh ya soal Kak Salsa, gue tahu lo pasti nggak nyangka kalau dia penyebab Kak Widya pergi, tapi satu hal yang harus lo tahu. Lo sebaiknya maafin dia dan ikhlasin semuanya, gue tahu ini pasti berat buat lo apalagi buat gue. Tapi gue yakin lo pasti bisa Kak!"
"Ya udah kalau gitu gue keluar ya, biar lo nenangin pikiran lo dulu!" balasku.
Baru saja aku beranjak dari kasur Kak Juna, tiba-tiba Kak Juna menahan lenganku dan langsung menarikku ke dalam pelukannya. Lama sekali aku tak merasakan hangatnya pelukan seorang kakak kepada adiknya. Seketika air mataku tiba-tiba jatuh karena saking bahagianya.
"Nan maafin gue, karena udah salah paham sama lo. Karena Salsa gue jadi jahat sama lo. Gue pantas lo benci Nan?" kata Kak Juna sembari mengeratkan pelukannya.
"Gue udah maafin lo Kak. Gue nggak bakalan benci sama lo. Lo, Papa dan Mama adalah orang yang gue punya sekarang ini." balasku dengan tangis bahagia.
"Gue janji gue bakalan selalu ada buat lo. Gue janji bakalan jadi kakak yang baik buat adiknya. Dan gue janji nggak bakalan gampang percaya sama orang lain!" balasnya.
"Ya udah kali meluknya, gue bisa-bisa sesak nafas kali gara-gara lo nggak nglepasin pelukan dari gue!" kataku sembari melepaskan pelukannya.
"Bawel juga ya ternyata lo sekarang!" kata Kak Juna sembari mencubit pipiku gemas. Kebiasaan Kak Juna ketika dia sedang berbicara denganku dan aku yang bawel akibat ulahnya.
"Gue kangen sama lo Nan. Udah lama gue nggak nyubit pipi lo kaya gini!" sambungnya lagi.
"Gue juga kangen Kak Arjuna Wirata kakak gue yang paling ganteng!" tawaku sembari memeluk Kak Juna lagi.
Semenjak saat itu, hubunganku dengan Kak Juna kembali seperti dulu lagi layaknya adik kakak.
Happy reading and dont forget to vote & comment guys.
Thank you :)...
KAMU SEDANG MEMBACA
Fakta Sebuah Mimpi (END)
Dla nastolatkówSelalu dianggap salah di mata kakaknya karena sebuah teka - teki mengenai kematian seseorang hingga akhirnya menemukan pujaan hati. "Kak lo harus ikhlasin ini semua. Kak Widya udah tenang disana!" kataku sembari memegang pundak Kak Juna. "Widya men...