Kita bertiga pun langsung duduk untuk membahas soal bukti yang didapatkan Satya dan Della soal Kak Salsa. Satya masih emosi dengan kehadiran Naufal barusan. Tapi aku juga bingung ada masalah apa yang terjadi antara mereka berdua.
"Sat gimana soal bukti yang lo dan Della dapatkan hari ini?" tanyaku menetralkan suasana.
"Lo pasti bakalan kaget kalau lihat video yang kita berdua dapet Nan. Coba loh lihat video ini!" suruh Della antusias sembari menyerahkan tablet ke arahku. Sementara Satya masih diam melihat ke arah pintu masuk café.
Karena rasa penasaran aku langsung mengambil tablet yang Della berikan. Dalam video itu terlihat sebuah bukti yang masih membuatku tak mempercayainya. Mengetahui hal itu aku ingin sekali memberitahukan kebenaran kepada Kak Juna secepatnya. Tapi aku berpikir bahwa aku harus membongkar kedok pelaku secara halus.
"Sumpah gue nggak nyangka kalau dia pelakunya Sat, Del!" heranku yang langsung menyerahkan tablet kepada Della.
"Lo aja nggak percaya, gimana kita yang tadi ngintai Nan. Ya nggak Sat?" tanya Della meminta pendapat Satya.
"Lo kenapa tadi kesini bareng cowok brengsek itu Nan?" pertanyaan Satya membuatku sontak kaget begitupun Della.
"Gue tadi ketemu dia di makam, cuma pas gue mau kesini dia nawarin tumpangan itu ke gue. Ya gue terima aja Sat, lumayan kan gratis!" balasku sedikit tertawa.
"Sumpah demi apa lo bisa semobil sama cowok keren itu Nan. Gue aja pengen banget semobil sama cowok sekeren dia, tapi nggak bisa-bisa!" balas Della sedikit kecewa.
"Lo mending jauhin tuh cowok kalau lo nggak mau sakit hati!" balas Satya yang sudah berdiri dan langsung melangkah pergi meninggalkan café.
"Del si Satya kenapa sih kok sensi banget sama Naufal. Ya emang sih awal gue ketemu dia cowok itu songong, tapi dia ternyata juga baik kok!" tanyaku kepada Della.
"Hahaha nggak tahu juga Nan, mungkin lagi pms kali ya. Atau dia cemburu gara-gara lo deket sama cowok yang jauh lebih ganteng dari dia wkwkwkwkwk!" balas Della sembari tertawa puas.
"Hahaha ngarang lo!" balasku yang juga ikut tertawa.
Hari ini adalah hari ulang tahun Kak Juna. Awalnya aku heran kenapa Kak Juna meminta ulang tahunnya dirayakan. Tapi begitu tahu itu adalah saran Kak Salsa, aku, Della dan Satya mempunyai rencana besar untuk Kak Salsa. Banyak teman-teman satu kampus Kak Juna yang datang ke rumah untuk mengucapkan selamat kepadanya.
Selesai tiup lilin dan potong kue, aku langsung menhampiri Kak Juna yang sedang bersama Kak Salsa. Tatapan Kak Salsa selalu tajam ketika aku dekat dengan Kak Juna. Tapi aku biarkan karena itu akan berakhir hari ini setelah apa yang aku dan kedua sahabatku lakukan.
"Selamat ulang tahun ya Kak Jun!" ucapku sembari mengulurkan tangan menyalami Kak Juna. Dan Kak Juna pun membalasnya karena aku tahu dia seperti itu karena ada Papa dan Mama di antara kami berdua.
Setelah Papa dan Mama pergi, Kak Juna kembali bersikap sinis kepadaku akibat Kak Salsa yang sepertinya mempengaruhi Kak Juna. Aku mencoba sabar atas semuanya, toh ini semua akan segera berakhir.
"Oke guys buat ngerayain acara ulang tahun Juna malam ini gue bakalan tunjukkin sesuatu buat kalian semua. Kalian yang melihatnya pasti tak menyangka setelah tahu hal ini!" seru Satya dengan microphone nya.
"Apaan sih temen adik kamu tuh nggak jelas banget deh omongannya!" kata Kak Salsa sewot. Kak Juna masih menatap ke depan ke arah Satya karena penasaran.
Video pun berputar menampilkan sosok Kak Salsa yang sedang berbicara dengan seorang laki-laki sembari membicarakan soal kematian Kak Widya setahun silam. Terlihat wajah Kak Salsa berubah pucat karena takut. Semua mata kini tertuju kepada Kak Salsa begitupun Kak Juna yang kini menatap tajam ke arahnya. Semua tak menyangka kalau pelaku tabrak lari setahun silam itu adalah Kak Salsa.
"Sal lo jelasin ke gue apa maksudnya semua ini. Kenapa di video itu lo bilang kalau lo yang nabrak Widya sampai dia meninggal. Jelasin ke gue Sal!" suruh Kak Juna menatap tajam ke arah Kak Salsa. Papa dan Mama langsung menghampiri ke arah Kak Juna.
Aku sebenarnya kasihan melihat Kak Salsa seperti itu, tapi mengingat sikapnya yang membuat hubunganku dengan Kak Juna retak. Aku jadi tak kasihan kepadanya. Sakit pasti rasanya dihakimi semua orang seperti itu, tapi itulah yang dulu aku rasakan. Aku bukannya kejam tapi aku percaya bahwa karma pasti berlaku.
"Gu..gue nggak tahu soal itu Jun. Please Jun lo percaya sama gue. Gue dijebak!" mohon Kak Salsa yang masih mengelak.
"Haha apa..dijebak? Lo jangan ngelak setelah semua bukti mengarah sama lo Sal. Sekarang jawab gue, apa maksud lo nabrak Widya secara sengaja hingga dia meninggal?" tanya Kak Juna sembari meremas bahu Kak Salsa kuat.
"Sabar Jun jangan emosi kaya gini!" kata Mama sembari memegangi bahu Kak Juna.
"Oke gue ngaku ke elo. Emang gue yang nabrak Widya setahun silam. Gue ngelakuin itu semua karena gue nggak rela Widya milikin lo. Sementara gue, gue hanya bisa lihatin kalian berdua senang di atas kesedihan gue. Gue nggak rela Jun, gue nggak rela lo sama Widya!" jelas Kak Salsa sembari menangis.
"Lo tahu, dengan lo nabrak Widya kaya gitu. Lo udah bertindak kriminal sampai buat dia meninggal. Dan karena lo, hubungan gua sama Nanda rusak gara-gara lo!" bentak Kak Juna.
"Emang hubungan kamu sama adik kamu retak Jun?" pertanyaan Papa sepertinya tidak pas dengan momen seperti ini.
"Udah Pa nanti aku bakalan jelasin ke Papa!" balasku sembari berbisik ke Papa.
Kak Juna yang sudah berniat mendorong Kak Salsa, langsung aku menahan tangannya. Walaupun selama ini Kak Salsa berniat jahat kepadaku sampai membuatku dibenci Kak Juna karena sebuah kesalahpahaman, tapi aku masih punya rasa kasihan dengannya. Bagaimanapun dia adalah seorang cewek, dan aku tak mau Kak Juna melakukan hal kasar dengan Kak Salsa.
"Udah Kak Jun, lo harus tahan emosi lo!" leraiku sembari memeluk Kak Juna sedikit menjauhi Kak Salsa.
Happy reading and dont forget to vote & comment guys.
Thank you :)...
KAMU SEDANG MEMBACA
Fakta Sebuah Mimpi (END)
Teen FictionSelalu dianggap salah di mata kakaknya karena sebuah teka - teki mengenai kematian seseorang hingga akhirnya menemukan pujaan hati. "Kak lo harus ikhlasin ini semua. Kak Widya udah tenang disana!" kataku sembari memegang pundak Kak Juna. "Widya men...