18.

1.6K 201 54
                                    

"Kalau begitu, ini pasti Bogum. Kau bilang dia menyelamatkanmu, kenapa kau juga membuang fotonya?" Irene semakin dalam menunduk, air matanya semakin deras. Kemudian menatap Sooyeon dalam

"Dia, menyatakan perasaannya padaku" Sooyeon yang mendengar ucapan lirih putri sulungnya terdiam sesaat kemudian meletakkan dua foto yang dia bawa di meja belajar tepat di depan Irene

"Apa kau marah karena tak suka, dia menyatakan perasaannya padamu?" Irene yang mendapat pertanyaan, menggeleng
"Lalu?" Lanjut Sooyeon bertanya bingung

"Molla, aku juga tak tau" Sooyeon tersenyum, kemudian melihat putri sulungnya yang masih menarik nafas dalam karena tangisan, membelai rambutnya pelan

"Apa dia sahabat baikmu?"

"Ne"

"Ah.. Kau pasti takut akan merusak persahabatan kalian bila menjalin hubungan dengannya" Irene yang mendengar ucapan Sooyeon terdiam
"Bukankah akan mengasyikkan bila menjalin kasih dengan sahabat. Dia sudah mengerti kita, apapun kondisi kita. Bagaimana sifat kita, jadi tak ada masalah untuk mempertimbangkan pernyataan cintanya" Sambung Sooyeon

"Tapi, aku masih meragukannya"

"Kau sudah memberinya jawaban" Irene menggeleng

"Kau bisa memikirkannya lagi sebelum memberinya jawaban, dan kau bisa menanyakan apapun padaku bila kau masih ragu. Sekarang kita turun dulu, kasihan Sinb dibawah sendirian"


*


Sinb yang duduk menikmati makanannya melihat Irene dan Sooyeon turun dari lantai dua. Tangan Sooyeon menggamit lengan Irene dan membawanya duduk di ruang tengah kemudian mengampiri Sinb yang berada di meja makan

"Sinb-ah, sudah selesai makannya?" Tanya Sooyeon sambil melihat piring kosong Sinb

"Ne, waeyo mommy?"
"Bisa tolong ambilkan air putih untuk Irene?" Sinb mengangguk kemudian beberapa menit kemudian kembali keruang tengah membawa segelas air putih lalu mengulurkan pada Irene

"Gumawo" Ucap Sooyeon tanpa suara sambil mengelus-elus punggung Irene. Sinb yang selesai memberikan air minum tak kembali ke dapur dan buru-buru duduk di samping Irene

"Waeyo eonni? Namja chinggu?"

"Hushh.." Sooyeon menegur pelan Sinb, agar tak memberikan pertanyaan apapun pada Irene saat ini. Namun Sinb yang memang tak mengerti situasi yang sedang di alami eonninya, sekali lagi membuka suara

"Kenapa eonni harus patah hati. Eonni adalah perempuan mandiri, pintar, cantik. Eonni yang seharusnya membuat namja-namja di luar sana tergila-gila dengan eonni, seharusnya mereka yang patah hati dengan eonni. Mengapa eonni harus bersedih? Namja itu tak perlu di tangisi"

"Sinbbbbbb!!" Sooyeon melotot, kemudian melanjutkan
"Simpati dengan eonninya. Kau bisa bicara seperti itu, karena kau tak merasakan sakitnya"

"Jinjja, banni apha? Sakit mana dengan sakit gigi?" Tanya Sinb dengan wajah polos

"Kalau kau masih menertawakanku. Awas.. Aku tak akan pernah mengantarmu lagi kemana-mana" Ancam Irene menatap Sinb dengan mata sembab

"Haish.. Na jinjja. Benar mommy, aku bertanya serius. Aku paling tak tahan dengan sakit gigi, mengapa ada yang bilang lebih sakit saat patah hati dari pada sakit gigi" Rengek Sinb, membuat Sooyeon menghela nafas

"Sinb-ah, walaupun kau belum pernah melahirkan, kau tau kan bahwa melahirkan itu sakit?" Sinb mengangguk, kemudian melanjutkan mendengarkan penjelasan Sooyeon
"Sakit hati pun sama. Tepatnya sakit otak. Dalam artian merasakan sakit, bukan sekedar ucapan. Sakit gigi, sakit hati, semua menggerakkan bagian yang sama di otak untuk membuat kita merasakan sakit. Yang membuat perubahan kimiawi diri kita merasa stres, sedih, murung..."

STEP MOMMY (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang