6. Hadiah Kecil

7.1K 965 53
                                    

"Lho, kamu enggak pulang, Va?" tanya Agus sambil menghampiri meja sahabatnya. Seperti biasa, mereka berdua selalu menjadi 2 orang paling terakhir keluar kelas. Dilihat dari gelagatnya, Lova seperti tidak memiliki niatan untuk pulang, masih anteng duduk di kursinya. "Aku tebak, deh, pasti kamu mau pulang sama Kak Arvin. Benar?"

Lova hanya bisa menggaruk kepalanya sambil mengangguk kecil. Terkadang, dia tidak percaya dengan situasi yang tiba-tiba saja menghampiri hidupnya. Dia sudah terbiasa hidup tentram, tenang, tetapi tidak bisa berdamai dengan mata pelajaran sekolah. Dan kedatangan Arvin merupakan sebuah kejutan tidak terduga, ditambah lagi dengan fakta erotomania yang diidapnya. Lova sangat berharap bahwa keputusannya untuk mengikuti kemauan Bu Indira bukanlah sebuah kesalahan.

Ikut berdiam di sana, Agus memutuskan untuk duduk di meja Lova. Rambut klimisnya sudah berantakan sejak jam pelajaran matematika tadi pagi. "Kamu masih hutang penjelasan sama aku, Va, tentang kenapa kamu bisa dekat sama Kak Arvin. Perasaan, kamu selama ini cuma sama aku terus, kenapa tiba-tiba Kak Arvin bisa bilang kalau kalian pacaran?"

Selalu saja begini setiap kali ada yang bertanya tentang asal-usul kedekatannya dengan Arvin, Lova selalu mendadak bungkam. Saat bundanya bertanya, dan sekarang Agus, Lova bingung sendiri harus menjawab bagaimana. Tidak mungkin juga Lova mengatakan kebenarannya, karena itu sama saja membuka aib seseorang. Arvin baik, Lova sangat meyakini itu. Setelah segala perlakuan laki-laki itu, rasanya tidak etis kalau Lova memberi tahu tentang erotomania itu pada orang yang tidak berwenang.

"Aku juga bingung kenapa akhirnya bisa dekat." Perkataan yang sama seperti yang Lova katakan pada bundanya, dia berikan pada Agus sekarang. "Mungkin, emang dunia itu sempit, aku bisa jadi akrab sama Kak Arvin."

"Cuma akrab, atau sampai jadian juga?"

Lova tersenyum kecut. Cepat atau lambat, dia tetap akan mengatakan semuanya pada Agus, tentang hubungan pacarannya dengan Arvin. "Kita pacaran, Gus. Tapi, ini semua enggak seperti yang kamu pikirkan. Gimana aku kenal sama Kak Arvin, kita dekat, terus ujung-ujungnya jadian, semuanya enggak kayak pasangan yang lain." Lova semakin panas dingin saat Agus mengangkat sebelah alisnya, meminta penjelasan lebih lanjut. "Kita enggak ada pendekatan sama sekali. Aku mau jadi pacar Kak Arvin atas permintaan Bu Indira waktu kita belajar fisika itu."

"Jadi, waktu kita ke ruang guru buat minta bantuan Bu Dwi, kalian belum pacaran?" Agus membuang napas panjang saat Lova menggelengkan kepala. Jujur saja, dia kurang mengerti dengan penjelasan Lova barusan, terkesan ada yang disebunyikan. Namun, sebagai sahabat, Agus harus bisa menerima keputusan Lova. "Enggak apa-apa kalau kalian jadian, sih, aku cuma bisa terus dukung kamu di belakang. Tapi, kamu juga tahu kalau Kak Arvin itu banyak yang suka, 'kan? Kenal sama Kak Tamara?"

Mendadak, tubuh Lova membeku. Jelas sekali nama itu tidak asing di kepala Lova. Nama itu yang dia dengar tepat di hari pertama kali dia bertemu Arvin. Tidak bisa disebutkan pertama kali juga, mungkin saja mereka beberapa kali berpapasan, tapi Lova tidak menyadarinya. Intinya, pertemuan saat antre untuk makan siang itulah yang Lova ingat sampai hari ini. Dan gadis bernama Tamara inilah yang menjadi topik pembicaraan Arvin dan sahabatnya.

Dengan kepala yang penuh pemikiran negatif, Lova mendekatkan duduknya pada Agus. "Dia siapanya Kak Arvin, Gus?"

Agus geleng-geleng kepala, tidak menyangka kalau Lova bisa se-kudet ini. "Kak Tamara itu ketua tim cheerleader yang selama 2 tahun ini kejar-kejar Kak Arvin. Aku dengar-dengar, mereka juga pernah jadian waktu masih SMP. Jadi, Kak Tamara mau balikan lagi sama Kak Arvin gitu, tapi selalu ditolak." Dari sudut matanya, Agus bisa tahu kalau Lova sedang manggut-manggut. "Yang aku dengar juga, dia lumayan kejam buat menyisihkan saingannya."

Susah payah Lova menelan ludahnya. Tidak cukup hanya menghadapi segala tingkah Arvin yang selalu berhasil membuatnya panas dingin mendadak, sekarang Lova juga harus berhadapan dengan Tamara, gadis yang menyukai Arvin. Dengan semua pengorbanan ini, Lova sangat yakin bahwa derajatnya sudah diangkat tinggi-tinggi oleh Sang Maha Penyayang.

Erotomania [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang