10. Ciuman Pertama

6.4K 887 25
                                    

Dengan wajah berseri-seri, Agus berjalan mendahului Lova menuju salah satu meja kantin. Sudut bibirnya tertarik sempurna, sesekali dia berdendang, langkah yang diambilnya begitu penuh percaya diri. Agus yang sekarang, tidak seperti Agus yang biasanya. Bahkan, dia juga yang menempatkan bumbu-bumbu ke hadapan Lova. Tanpa tahu malu, dia juga mengerlingkan matanya berulang kali.

“Spesial hari ini, aku yang bakal bayar makanan kamu, Va,” cetusnya masih dengan senyum yang mengembang. Namun, senyum itu langsung sirna saat dua orang yang lain bergabung di meja mereka.

“Enak aja lo mau bayarin makanan Lova! Emang, lo pikir, lo siapa?” Arvin mendaratkan bokongnya di samping Lova. Matanya menatap Agus tajam, sementara tangannya sibuk mengaduk gado-gado, menu makan siang yang sengaja dia samakan dengan Lova. “Enggak usah pake traktir Lova segala, mending kasih uang lo ke orang yang lebih membutuhkan. Urusan makan Lova itu urusan gue, cowoknya!”

Lova meringis. Selain karena kedatangan tiba-tiba Arvin yang disertai pelototan, juga karena kehadiran Julian yang sedang duduk tepat di seberangnya. Lova masih teringat dengan pertemuan mereka yang terakhir, pertemuan yang benar-benar tidak menyenangkan. Lihatlah laki-laki itu, terlihat tenang dan tanpa dosa terus memperhatikan Lova.

Berusaha untuk tidak menghiraukan Julian, Lova angkat suara. “Agus mau traktir aku karena dia dapet nilai 80 buat ulangan fisika. Sama sekali enggak ada niat apa-apa, Kak.”

Dan ternyata, Arvin memiliki sifat yang lebih menyebalkan dari sebelumnya. Dia mencebikkan bibirnya sambil menatap Agus remeh. “Cih! Nilai 80 doang, lo pake perayaan traktir cewek gue? Gimana kalau dapet nilai 100, lo mau tasyakuran?” Dia geleng-geleng kepala. Sementara Julian sudah terkekeh.

“Lova juga jarang banget dapet nilai 80, lho, Kak.”

Senyum miring Arvin langsung luntur saat itu juga. Dia jadi gelagapan sendiri saat mendapati Lova sedang mengangkat alisnya tinggi-tinggi, sambil terus menatap Arvin. Ini salahnya, yang tidak menyaring kata-kata saat berada di hadapan Lova. Bukan lagi untuk pencitraan, mereka sudah resmi berpacaran. Namun, untuk meminimalisir kemungkinan lidahnya bisa menyakiti perasan gadis yang sangat dia sukai.

“Hahaha ....” Arvin tertawa sumbang. Dia terlihat sangat bodoh sekarang. “Hebat banget lo bisa dapet 80. Nilai gue gak pernah lebih dari 40 di ulangan harian. Emm ... nanti, kita belajar bareng lagi. Gimana?”

“Boleh. Tapi, enggak usah pakai merendah kayak gitu juga, Kak.” Setelah mengatakan itu, Lova fokus pada makan siangnya. Dia terus saja menunduk untuk menghindari Julian. Entah hanya perasaannya atau memang begitu adanya, Julian seperti terus memperhatikannya.

Begitu selesai dengan gado-gadonya, Lova langsung pergi menuju toilet. Dia meninggalkan Agus dengan Arvin tanpa rasa curiga. Tanpa tahu kalau sahabatnya itu bisa saja tidak selamat di tangan Arvin. Malah sekarang, dialah yang terlibat masalah. Jika tahu ada seseorang di toilet itu, pasti Lova tidak akan masuk ke sana. Lova akan lebih memilih untuk menahan sebentar urusan alamnya. Nasi sudah menjadi bubur, dia hanya bisa menunduk saat dia berjalan ke salah satu bilik toilet.

Orang itu berbalik saat mendapati siluet tak asing di matanya. Dan begitu mendapati seorang gadis tengah berjalan mengendap-endap, dia tersenyum miring. “Jalan lo udah kayak maling aja.” Ucapan tajamnya itu sukses membuat Lova menghentikan langkahnya. “Kenapa? Takut gue apa-apain?”

“Eng ... enggak, Kak.” Sialnya, Lova malah menjawab dengan suara tersendat-sendat, membuat ketakutannya semakin jelas terlihat. Dia melangkah mundur saat orang itu mendekatinya.

“Lo pacarnya Arvin, 'kan? Cewek culun yang selalu nemenin Arvin latihan?” Semakin kakinya melangkah mendekati Lova, semakin gadis itu beringsut mundur. Sementara dalam hatinya, menggebu-gebu perasaan senang melihat pemandangan itu. Tapi tidak bisa dipungkiri juga, dia sangat tidak menyukai Lova. “Dari gelagat lo yang kayak gini, lo pasti udah tahu siapa gue. Iya, 'kan?”

Erotomania [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang