Selelah mengganti baju, Rehan berjalan mengikuti Gofar, Latif dan Fathan. Santri di sini selalu memanggilnya dengan julukan GLF karena mereka selalu bersama.
Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka karena keberadaan sosok Rehan, yang amat sangat asing di mata para santri disana.
Mereka memasuki masjid. Disana, tampak terlihat sosok kyai Basyir yang tersenyum ke arah mereka.
"Assalamualaikum," kata mereka serempak, seraya mencium tangan. Rehan juga ikutan lho...
"Waalaikumussalam." kyai Basyir melirik ke arah Rehan, "wah, kata saya juga apa? Kamu lebih cocok berpakaian seperti ini," katanya.
Rehan hanya mengangguk-anggukan kepalanya, walau masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Jadi, tidak ada perkataan yang masuk pada otaknya. Selalu saja seperti itu.
"Kamu bisa adzan?" tanyanya.
Rehan terdiam kemudian menggeleng.
Kyai Basyir tersenyum, "tidak apa-apa, nanti kita belajar ya."
Rehan terdiam. what? Belajar?
"Fathan, adzan," perintah kyai.
Fathan mengangguk dan berjalan menuju mimbar.
"Dengarkan baik-baik."
"Allāhu'akbar Allāhu'akbar...." Suara Fathan mengalun sempurna, terdengar di seantero pesantren At-Thohiriyyah.
"Allāhu'akbar Allāhu'akbar... Asyhadu'allāilāhaillallāh.. Asyhadu'allāilāhaillallāh.. Wa'asyhadu'annamuhammadarrosūlullah.. Wa'asyhadu'annamuhammadarrosūlulah.. Hayya'alasholāh.. Hayya'alasholāh.. Hayya'alalfalāh.. Hayya'alallfalāh.. Allahu'akbar Allahu'akbar... Lāilāha'illallāh..."
*****
Setelah melaksanakan salat ashar, mereka kembali menuju kobong. Tapi, tidak dengan Rehan. Ia di ajak oleh kyai Basyir untuk berlatih adzan.
Niatnya, Rehan ingin sekali membantah. Namun, ada penggalang dalam dirinya sehingga tidak bisa melawan.
Rehan berlatih dengan setengah hati. Iya, males. Tidak ada keinginan sama sekali pada dirinya untuk belajar seperti ini.
Rehan berlatih hingga datangnya waktu maghrib. Jadi, mau tidak mau Rehan harus terus mengikuti.
Lagi-lagi, Rehan tidak di izinkan melangkahkan kakinya pergi dari tempat itu. Karena, seluruh santri ikhwan maupun akhwat di wajibkan untuk bertadarus bersama, sampai datang waktu salat isya. Sabar yah han....
Setelah melaksanakan salat isya, semua santri putra dan melaksanakan mentoring di madrasah yang berada di samping masjid. Namun, akhwat dan ikhwan terpisah.
Rehan menghembuskan nafas lelah, "Pak maaf, izin ke toilet," kata Rehan seraya berlari keluar madrasah, membuat semua santri ikhwan menggeleng takjub.
Ternyata, ada anak yang berani kepada kyai. Mereka, menatap wajahnya saja takut, lah ini? Tak tau sopan santun!!. Sopan santun kau mana?
Rehan berlari secepat kilat menuju toilet, dan kemudian mencuci wajahnya di wastafel.
"Bangsat!" makinya. Jaga bahasa Rehan...
Rehan keluar dari toilet, kemudian melangkahkan kakinya pergi. Bukan kembali menuju madrasah, Rehan malah melangkahkan kakinya menuju taman. Yaitu, taman yang membatasi antara kobong akhwat dan ikhwan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hikmah Mencintaimu
Teen FictionMuhammad Rehan Albana. Kalian pasti berfikir bahwa pria ini baik bukan? Namun ternyata tidak!! Kelakuannya, semua sikap dan sifatnya sangat tidak sesuai dengan namanya. Seorang pria berparas tampan dengan segala sikap pemberontak yang ada pada dirin...